Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Mengenang Tragedi Ambruknya Jembatan Mahakam

Baca di App
Lihat Foto
HARRY SUSILO
Proses Pencarian Korban - Proses pencarian korban akibat runtuhnya Jembatan Kartanegara terus berlangsung di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Senin (28/11). Sejauh ini, jembatan sepanjang 710 meter yang runtuh pada Sabtu (26/11) sore lalu membuat 13 korban meninggal, 40 luka-luka, dan 30 dinyatakan hilang. Selain menelan korban jiwa, kejadian itu menyebabkan perekonomian Kukar terganggu. Kompas/Harry Susilo (ILO)
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Hari ini 8 tahun lalu, Jembatan Mahakam yang terletak di Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur ambruk pada 26 November 2011.

Akibat ambruknya jembatan itu, puluhan orang yang melintas di atasnya meninggal dunia dan sebagian lainnya mengalami luka-luka.

Jembatan Mahakam yang disebut juga dengan Jembatan Kartanegara itu merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia.

Dibangun sejak tahun 1995, jembatan tersebut diresmikan pada tahun 2001 dan memakan biaya pembangunan sebesar Rp 150 miliar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Rusak Diterjang Banjir Bandang, Jembatan Waikaka Belum Juga Diperbaiki

Penyebab

Berdasarkan analisis para ahli, runtuhnya Jembatan Mahakam disebabkan oleh kegagalan struktur.

Dikutip dari Harian Kompas, 1 Desember 2011, ahli konstruksi jembatan Institut Teknologi Surabaya Hidajat Sugihardjo mengatakan pylon jembatan bergeser karena blok angkur juga tergeser dari tempatnya.

Hal itu menyebabkan gelagar jembatan melengkung ke bawah hingga 72 sentimeter. Proses tersebut berakumulasi selama bertahun-tahun.

Tentang kegagalan pada sistem sambungan kabel utama dengan kabel penggantung, ahli konstruksi jembatan Universitas Gadjah Mada Bambang Suhendro mengatakan ada beberapa faktor, di antaranya karena retakan pada sistem sambungan akibat karat.

Sementara itu, pegawai teknis Direktorat Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Iwan Zarkasi mengaku, pihaknya telah memberikan empat rekomendasi untuk pemeliharaan kepada Dinas PU Kartanegara pada tahun 2006.

"Isinya, pemasangan sambungan siar (expansion joint), pengisian pasir di angkur, pengencangan baut klem, dan pembentukan gelagar (chamber)," kata Iwan.

Namun, dari empat rekomendasi itu, Dinas PU baru melaksanakan dua rekomendasi, yaitu pemasangan sambungan siar dan pengisian pasir.

Kesaksian Korban

Yaya Harina (42) tak berhenti mengucapkan rasa syukur karena dirinya berhasil selamat dari tragedi itu.

Saat kejadian, Yaya yang diboncengkan sepada motor oleh Nursiyamah (34) melewati jembatan sepulang dari kuliah di Universitas Terbuka Kutai Kartanegara.

Begitu tiba di jembatan itu, Nursiyamah memperlambat laju kendaraan karena jembatan sedang diperbaiki.

Namun, tiba-tiba kawat penahan jembatan bergoyang diikitu suara gemuruh kencang. Jembatan itu pun tiba-tiba miring ke arah utara dan ambruk.

Semua kendaraan yang melintas di atas jembatan terperosok ke dasar Sungai Mahakam, tak terkecuali motor yang dikendarai Yaya dan Nursiyamah.

"Yang saya ingat langsung keluarga. Saya sudah tidak sempat berbuat apa-apa," kata Yaya dikutip dari Harian Kompas, 28 November 2011.

Ia kemudian berusaha berenang dan mencari panduan keluar ke permukaan sungai. Hingga akhirnya menemukan kerangka jembatan yang terlepas.

Ia memanjat kerangka itu dan berhasil mendarat ke tepi sungai. Di kerangka itu juga, Yaya mendapati Nursiyamah yang tengah berusaha keluar dari sungai melalui kerangka jembatan.

Yaya dan Nursiyamah adalah dua dari 40 korban luka-luka yang selamat dari peristiwa runtuhnya Jembatan Kartanegara.

"Kejadiannya cepat sekali, mungkin hanya hitungan detik. Saya kira ini akan jadi akhir hidup saya," kata Yaya.

Sulitnya Evakuasi

Berdasarkan pencitraan alat side scan sonar (pemindai di bawah permukaan air) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), terdaoat 13 obyek yang diduga kendaraan tenggelam di sungai mahakam.

Salah satu obyek memiliki panjang 5,7 meter dan diduga sebagai bus berisi penumpang, seperti dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 4 Desember 2011.

Arus bawah sungai dan angin kencang menyulitkan petugas untuk melakukan evakuasi korban.

Akibatnya, pengangkatan kendaraan dengan meletakkan pengait ke obyek seringkali gagal.

Selain itu, banyaknya kendaraan yang tertimpa badan jembatan juga menyulitkan petugas untuk mengangkat kendaraan yang berisi para korban.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi