Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciptakan Alat Deteksi Kapal Tenggelam, Mahasiswa UNS Raih Perak di Ajang Internasional

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Agung
3 Mahasiswa UNS memenangkan medali silver di ajang kompetisi Internasional usai membuat detektor kapal tenggelam
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Tiga mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jawa Tengah, belum lama ini mendapatkan medali perak pada ajang kompetisi internasional “10th International Innovation and Invention Competition”.

Kompetisi ini diselenggarakan oleh Chinese Innovation and Invention Society yang diselenggarakan di Taipei Ambassador Hotel, Taiwan, pada 14 November 2019.

Ketiga mahasiswa UNS tersebut adalah Agung Prasetyo dari Jurusan Informatika, Fajar Julian Santosa dari Penyuluhan Komunikasi Pertanian serta Muhammad Afriyansyah dari Jurusan Teknik Mesin.

Mereka memenangi kompetisi melalui inovasi alat deteksi kapal tenggelam yang diberi nama RADAR (Remotely Alert Coordinat of Ship Dissapear).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat dihubungi Kompas.com, Kamis (28/11/2019), Agung menceritakan karyanya bersama kedua rekannya.

Agung mengungkapkan, inovasi ini terinspirasi dari pemberitaan mengenai kapal tenggelam yang tidak diketahui keberadaannya, atau baru diketahui setelah beberapa hari setelah peristiwa.

Melalui alat buatannya, kapal nelayan yang tenggelam bisa diketahui koordinatnya.

“Kapal kalau tenggelam dalam kedalaman tertentu akan menghasilkan tekanan. Dengan adanya sensor tekanan maka akan menghasilkan input. Ditambah dengan modul koordinat longitude latitude, kemudian akan dikirim melalui SMS,” papar Agung.

Alat ini dipersiapkan selama dua bulan untuk diadu pada kompetisi tersebut. Kompetisi ini diketahuinya setelah seorang dosen pernah mengikuti gelaran yang sama.

“Setelah saya buka alamat webnya tahun ini ternyata diadakan lagi,” kenang Agung.

Setelah itu, ia mendaftarkan diri.

“Saya kan punya ide, saya tulis. Kemudian seleksi awal diminta kirim abstract,” ujar dia.

Agung menyebutkan, alat yang mereka ciptakan hanya menghabiskan biaya sekitar Rp 200.000-Rp 300.000.

“Jadi kami berusaha cari alat yang biayanya enggak mahal biar nelayan bisa memakainya. Kalau mahal-mahal nelayan enggak mau beli,” ujar dia.

Dukungan positif didapatkan dari pihak kampus yang menyambut baik karya Agung bersama teman-temannya.

Untuk biaya Ke Taiwan, Agung mengatakan, ia dan kedua temannya dibantu oleh pihak kampus.

Agung berharap, alat tersebut nantinya bisa dikembangkan dan diproduksi secara massal agar bermanfaat bagi masyarakat.

Menurut Agung, ajang "10th International Innovation and Invention Competition" ini diikuti oleh lebih dari 100 peserta dari 12 negara.

Selain UNS, turut serta universitas asal Indonesia lainnya, yaitu Universitas Padjajaran dan Universitas Brawijaya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi