KOMPAS.com - Hari ini, 64 tahun yang lalu, tepatnya 1 Desember 1955, Rosa Parks dipenjara karena menolak memberikan tempat duduknya kepada seorang laki-laki berkulit putih.
Peristiwa tersebut terjadi di Montgomery, Alabama.
Tindakannya dianggap melawan hukum segregasi ras di kotanya.
Gerakan boikot bus yang berhasil awalnya diinisiasi oleh seorang menteri muda bernama Martin Luther King, Jr., yang kemudian diikuti oleh aksi ketidakpatuhan warga seperti Park.
Melansir laman History, berdasarkan peraturan kota yang berlaku tahun 1955, warga Amerika Afrika harus duduk di bagian belakang bus umum.
Selain itu, warga Amerika Afrika diwajibkan memberikan tempat duduknya kepada penumpang berkulit putih jika bagian depan bus sudah terisi penuh.
Baca juga: 30 November 1954, Kisah Seorang Wanita di Alabama Tertabrak Meteorit
Lawan rasisme
Kemudian, pengemudi yang berkulit putih memintanya memberikan tempat duduk kepada seorang pria berkulit putih.
Penolakan Park bersifat spontan karena ia tengah kelelahan. Selain itu, ada alasan lain.
Pemimpin hak-hak sipil di lingkup lokal telah berencana untuk menantang hukum bus yang rasis di Montgomery dalam beberapa bulan terakhir dan Parks telah mengetahui pembahasan ini.
Belajar dari penahanan Parks, National Association for the Advancement of Colored People (NAACP) dan para aktivis Amerika Afrika lainnya, segera dikumpulkan untuk melakukan boikot bus oleh warga berkulit hitam pada 5 Desember 1955.
Boikot tersebut dipimpin oleh Martin Luther King Jr. dan berjalan sukses.
Setelahnya, King menerima berbagai ancaman dari lawan integrasi hingga rumahnya pun dibom.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Berakhirnya Aksi Terorisme Mematikan di Mumbai
Namun, ia dan keluarganya dapat lolos dalam kejadian tersebut.
Boikot tersebut terjadi selama lebih dari satu tahun. Para pelaku boikot menaiki mobil atau berjalan kaki untuk pergi ke sekolah dan bekerja.
Dengan persentase warga Amerika Afrika sebesar 70 persen dari seluruh penumpang bus Montgomery, sistem transportasi pun terpuruk selama boikot.
Aturan pemisahan tempat duduk dicabut
Peraturan tersebut pun diundangkan pada 20 Desember 1956 dan boikot berakhir keesokan harinya.
Atas perannya dalam membuat suksesnya kampanye, kondisi ini membawa nama King kuat di skala nasional.
Sementara, Parks dikenal sebagai ibu pergerakan hak asasi sipil.
Pada 1957, Parks, suami, dan ibunya, pindah ke Detroit, di mana dari tahun 1965 hingga 1988, dia menjadi anggota staf kongres Michigan John Conyers, Jr.
Saat itu, ia pun tetap aktif di NAACP.
Baca juga: Hari Ini Dalam Sejarah: Pesawat Tak Berawak Mars 2 Tabrak Daratan Mars
Kemudian, Southern Christian Leadership Conference pun menetapkan Rosa Parks Freedom Award untuk menghargai jasanya. Penghargaan ini diadakan tiap tahun.
Pada 1987, ia turut serta mendirikan Rosa and Raymond Parks Institute untuk pengembangan karir dari anak-anak muda.
Parks telah menerima sejumlah penghargaan, termasuk Presidential Medal of Freedom pada tahun 1996 dan The Congressional Gold Medal pada 1999.
Rosa Parks meninggal pada 24 Oktober 2005.
Tiga hari setelahnya, senat di Amerika Serikat memberikan sebuah resolusi untuk menghormati Parks dengan mengizinkan tubuhnya disemayamkan di Capitol Rotunda Amerika Serikat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.