Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal ARV, Obat yang Dapat Turunkan Kematian pada ODHA

Baca di App
Lihat Foto
AIDS Coalition
Obat ARV jenis Efavirenz buatan PT.Kimia Farma
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Sari Hardiyanto


KOMPAS.com - Penyakit AIDS yang diakibatkan oleh virus HIV merupakan gangguan kesehatan yang menjadi momok bagi siapa pun.

Sejak muncul pertama kali di Indonesia pada 1987, epidemi infeksi HIV terus meningkat.

Hingga saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan virus HIV tersebut.

Untuk membantu memperlambat perkembangan virus di dalam tubuh hingga menjadi AIDS, penderita HIV biasa menggunakan terapi antiretroviral (ART).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dengan terapi tersebut, pengidap virus dapat bertahan hidup lebih lama dan beraktivitas normal seperti orang sehat pada umumnya.

Terapi ART merupakan kombinasi beberapa obat antiretroviral untuk memberlambat HIV berkembang dan menyebar dalam tubuh.

HIV merupakan retrovirus, maka dari itu diobati dengan mengkombinasikan beberapa obat. Obat ini biasanya disebut sebagai obat antiretroviral (ARV).

Hadirnya ARV menurunkan angka kematian akibat HIV/AIDS.

Baca juga: Mengenal Gejala dan Cara Penularan HIV/AIDS...

Masuk Indonesia

ARV masuk ke Indonesia sejak 1997. Kendati demikian, pemerintah mulai menyediakan obat ARV secara gratis di akhir tahun 2014.

Sebelum ada ARV, Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang terinfeksi oportunistik atau HIV berat umumnya hanya mampu bertahan hidup selama 6 bulan hingga 2 tahun.

Manfaat ARV terhadap penderita HIV mulai terlihat.

ODHA yang mendapatkan terapi ARV dalam keadaan sehat, produktif, hingga berkeluarga.

Dilansir dari WHO, seorang pengidap HIV yang mengonsumsi ART secara efektif, risiko penularan ke padangan seksual yang tidak teinfeksi dapat berkurang hingga 96 persen.

WHO pun merekomendasikan, seorang yang hidup dengan HIV di tubuhnya, harus mendapatkan ART agar memperpanjang harapan hidup dan secara signifikan mengurangi penularan HIV.

Baca juga: Jangan Salah Memahami, Ini Beda HIV dan AIDS

Mengenal HIV

Virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan sistem pertahanan manusia terhadap infeksi dan beberapa jenis kaner.

Saat virus merusak fungsi kekebalan, orang yang terinfeksi secara bertahap menjadi imunodefisiensi.

Jika tidak diobati, infeksi HIV akan berlanjut menjadi AIDS dalam rentang waktu 2-15 tahun, tergantung individu yang terinfeksi.

Gejalanya beragam, seperti flu, demam, sakit kepala, ruam, atau sakit tenggorokan.

Saat infeksi semakin melemahkan sistem kekebalan tubuh, gejala lain yang muncul seperti pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan berat badan, demam, diare, dan batuk.

Dalam kondisi parah, biasanya berkembang menjadi tuberkulosis, meningitis, kanker limfoma, dan sarkoma Kaposi.

Baca juga: 8 Makanan yang Baik untuk Penderita Diabetes

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi