Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Gempa Bumi Armenia Tewaskan Lebih dari 25.000 Jiwa

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi puing-puing akibat gempa di Armenia
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - 31 tahun yang lalu, tepatnya 7 Desember 1988, gempa bumi terjadi di Spitak, bagian utara Armenia dan menewaskan lebih dari 25.000 orang.

Di hari itu, ada dua gempa yang terjadi dan berjarak hitungan menit. Masing-masing memiliki kekuatan sebesar 6,9 Magnitudo dan 5,8 Magnitudo. Gempa ini dirasakan hingga Georgia, Turki, dan Iran.

Melansir History, gempa pertama terjadi sekitar pukul 11.41 sekitar 3 mil dari Spitak, sebuah kota yang berjarak sekitar 20 mil ke barat laut dari Kirovakan. Kota ini memiliki penduduk sekitar 25.000 orang.

Episentrum dari gempa ini tidak jauh dari permukaan dan menjadi bagian dari kerusakan yang mengerikan. Kemudian, empat menit setelahnya, gempa berkekuatan 5,8 meruntuhkan bangunan yang nyaris roboh pada gempa pertama.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa bumi tersebut menghantam sekitar 40 persen wilayah Amerika. Namun, jumlah korban paling banyak ada di Spitak.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: NASA Ungkap Keberadaan Air di Mars

Kerusakan

Spitak mengalami kerusakan total. Struktur-struktur di kota kebanyakan dibangun dengan biaya murah atau hanya menggunakan bata dan atap batu sehingga hampir seluruhnya runtuh akibat getaran.

Melansir Armenian National Survey for Seismic Protection, 170 perusahaan industri dihentikan. Kerugian besar juga terjadi di pedesaan dan kompleks agroindustri sebagaimana monumen-monumen budaya, sejarah, dan arsitektural.

Akibat gempa bumi ini, sekitar 917 bangunan umum rusak.

Di Leninakan, kota kedua terbesar di Armenia dengan 300.000 penduduk, sekitar 80 persen bangunan tidak dapat bertahan. Lebih buruknya, pemerintah yang saat itu dikontrol oleh pemerintah Soviet menunda pemberian izin untuk tim penyelamat atau evakuator dan relawan memasuki wilayah gempa.

Kemudian, 10 hari setelah gempa, seluruh orang asing diperintahkan untuk keluar.

Para evakuator yang berhasil masuk ke wilayah gempa bekerja selama lebih dari seminggu untuk dapat menemukan korban. Korban terakhir diselamatkan dari bawah puing pada 15 Desember.

Para ahli memperkirakan bahwa korban tewas mungkin melebihi perkiraan awal karena ribuan orang juga mengalami luka selama gempa. Korban-korban ini menderita masalah-masalah ginjal setelah mengalami trauma.

Kemudian, kebanyakan dari mereka pun meninggal karena para petugas kesehatan tidak memiliki peralatan yang cukup untuk merawatnya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Skuadron Pesawat Hilang di Segitiga Bermuda

Pemulihan

Bencana yang tidak terduga ini membuat sejumlah badan dan organisasi harus bekerja sama untuk menanggapi keadaan darurat yang terjadi.

Sejak gempa pertama, penduduk sudah mulai melakukan penyelamatan. Akan tetapi, kurangnya pengalaman dan pengetahuan dasar menyebabkan kesulitan dalam operasi penyelamatan.

Dengan upaya masyarakat dan penyelamat, 45.000 orang dapat diangkat dari puing-puing baik dalam keadaan hidup ataupun mati. Sementara itu, 12.500 orang pun harus dibawa ke rumah sakit.

Adapun kerugian besar yang dialami disebabkan oleh banyak alasan. Beberapa yang menjadi penyebab utama adalah sebagai berikut:

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi