Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembali Menjangkit, Kenali Bahaya dan Penanganan Difteri

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi difteri
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Infeksi difteri kembali menjangkit. Kali ini pada empat orang dalam satu keluarga di Simalungun, Sumatera Utara.

Sebelumnya, infeksi difteri sudah sering kali menjangkit masyarakat di indonesia. Bahkan, beberapa kali menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di daerah tertentu.

Misalnya, pada 2017, difteri sempat menjadi KLB di Kendal dan Jawa Timur. Di Kendal, ada salah satu warga yang meninggal karena penyakit tersebut.

Sementara, di Jawa Timur, catatan Dinas Kesehatan Jatim, penyakit yang disebabkan bakteri itu menyebar di 14 kabupaten dan kota.

Apa itu Difteri?

Mengutip Kompas.com (20/12/2017), difteri adalah penyakit yang menyerang saluran napas atas atau kulit akibat bakteri Corynebacterium diphtheriae. Kuman ini menyebar melalui percikan air liur di udara seperti bersin atau batuk.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oleh karena itu, penularan dari penyakit ini sangat mudah sehingga pasien difteri harus diisolasi.

Baca juga: 4 Anak di Simalungun Terjangkit Difteri, 1 Meninggal Dunia

Melansir dari Kompas.com (7/12/2017), kemunculan difteri tak terbatas pada musim tertentu.

Difteri bersifat mematikan karena bakteri penyebabnya akan menghasilkan toksin dan membentuk membran putih tebal di tenggorokan atau amandel.

Racun difteri juga dapat menyebar ke jantung dan saraf melalui aliran darah hingga dapat menimbulkan kematian.

Gejala

Melansir Kompas.com (12/12/2017), untuk mengetahui terjangkitnya difteri pada seseorang, ada tanda-tanda yang biasanya muncul:

Salah satu gejala khas difteri adalah munculnya selaput putih keabuan di pangkal tenggorokan.

Akan tetapi, tanda tersebut perlu dibedakan dengan tonsilitis atau randang amandel yang sering terjadi pada anak-anak.

Pada difteri, selaputnya tebal dan menutupi pangkal tenggorokan sehingga mengakibatkan susah bernafas. Sementara, bercak-bercak atau selaput putih (beslag) akibat tonsilitis hanya terjadi pada amandel saja.

Baca juga: Dinas Kesehatan Terima Laporan Tiga Warga Bekasi Kena Difteri

Komplikasi

Komplikasi juga dapat terjadi akibat infeksi difteri, diantaranya adalah hal-hal berikut:

Untuk menghindari komplikasi akibat difteri, pasien harus dibawa ke dokter dalam kurun waktu 72 jam setelah tertular.

Pada beberapa orang, difteri juga dapat menyebabkan kematian.

Pencegahan dan Penanganan

Penanganan difteri tidak dapat dilakukan dalam waktu satu atau dua tahun.

Mengutip pemberitaan Kompas.com (6/12/2019), Dokter spesialis anak sekaligus konsultan infeksi tropis RSUP HAM, dr Ayodhia Pitaloka Pasaribu mengatakan bahwa sejak 2017 RSUP HAM telah merawat 30 anak karena difteri.

Penyakit ini dapat menyerang dengan cepat. Namun, penyakit ini sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi dan menjaga kebersihan lingkungan.

Imunisasi tidak hanya dilakukan pada anak-anak. Imunisasi juga perlu dilakukan pada orang dewasa karena kekebalan dari vaksin lama kelamaan akan berkurang.

Pasien yang tidak diimunisasi berisiko lebih besar untuk terjangkit penyakit ini. Begitu pula dengan yang tidak melakukan imunisasi secara lengkap.

Menurutnya, apabila penyakit ini muncul, berarti cakupan imunisasi tidak terlalu baik. Ketika ada satu kasus difteri, akan ada pula kasus-kasus lain.

(Sumber: Kompas.com/ Lutfy Mairizal Putra, Dewantoro, Lusia Kus Anna, Gloria Setyvani Putri |Editor: Shierine Wangsa Wibawa, David Oliver Purba)

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi