Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Refleksi dari Meninggalnya Bayi 40 Hari karena Tersedak Pisang yang Diberi Ibunya...

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi bayi, ibu dan bayi
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Seorang bayi perempuan berinisial AH yang masih berusia 40 hari meninggal dunia akibat tersedak pisang saat disuapi oleh ibunya.

Bayi tersebut meninggal pada Minggu (8/12/2019) dini hari setelah sempat dibawa ke Puskesmas Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Ibu sang bayi, YS (27), mengaku memberikan sedikit potongan pisang kepada AH.

Ia tidak menduga apa yang dilakukannya justru membuat putrinya meninggal dunia.

YS mengaku tak hanya memberikan ke AH, tetapi juga ke kembarannya. Namun, kembaran AH tidak mengalami masalah apa pun.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peristiwa ini memunculkan keprihatinan dan menyayangkan hal ini.

Baca juga: Bayi 40 Hari Meninggal Tersedak Pisang, Kenali Fase Pemberian MPASI

Bayi seusia itu tak seharusnya diberikan makanan lain selain air susu ibu (ASI).

Apa pelajaran dan refleksi yang bisa diambil terkait peristiwa ini?

Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Umar menyatakan prihatin dan sangat menyayangkan terjadinya peristiwa tersebut.

“Ini suatu pukulan tersendiri buat kita semua. Bagaimana seorang ibu bisa tidak tahu memberikan MPASI terlalu dini bisa seberbahaya itu,” kata Nia saat dihubungi Kompas.com, Senin (12/12/2019).

Pasalnya, kejadian tersebut terjadi di kota besar yang seharusnya fasilitas tenaga kesehatan dan akses informasi mengenai apa yang boleh dan tidak boleh diberikan kepada bayi seharusnya sudah didapatkan ketika ibu selesai persalinan.

Baca juga: Fakta Kematian Bayi 40 Hari karena Tersedak Potongan Kecil Pisang

“Seharusnya ketika ibu keluar rumah sakit, sudah tahu misal cara menyusui yang baik gimana, cara menyusui gimana, boleh dikasih apa saja? Padahal harus tahu bayi eksklusif 6 bulan ASI. Sepertinya informasi tersebut tak tersampaikan dengan baik,” kata dia.

Menurut Nia, perihal ibu menyusui seharusnya bukan hanya tanggung jawab sang ibu, tetapi juga tanggung jawab suami sebagai ayah, tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, dan pemerintah.

Terkait kejadian yang menimpa AH, kata dia, tak bisa serta merta hanya menyalahkan si ibu.

Nia mengatakan, setiap ibu hamil seharusnya sudah memahami informasi terkait menyusui saat dia hamil.

Informasi itu, salah satunya, ketika bayi menangis tidak selalu berarti bahwa ia kekurangan ASI.

Selain itu, informasi lain yang harus dipahami adalah cara payudara bekerja, mengenali posisi menyusui yang baik, dan mengerti bahwa menyusui itu butuh proses agar ASI bisa memenuhi dan sesuai permintaan bayi.

“ASI itu baru keluar setetes, baru bertambah pelan-pelan beberapa hari kemudian. Informasi ini kelihatannya tak tersampaikan dengan baik ke ibu. Sehingga dia berasumsi si anak mesti dikasih ini biar enggak menangis,” ujar Nia.

Baca juga: Kepada Polisi, Ibu di Kedoya Mengaku Tak Tahu Bayi Berusia 40 Hari Belum Bisa Mencerna Pisang

Belajar dari apa yang terjadi pada YS dan bayi AH, Nia mengimbau kepada para ibu hamil untuk memperbanyak pengetahuannya selama kehamilan.

Salah satunya dengan dengan bergabung grup pendukung ibu menyusui seperti AIMI, dan memperbanyak membaca.

Bisa juga bertanya ke bidan maupun mendatangi fasilitas kesehatan lain untuk meminta info sebanyak-banyaknya.

Nia berpesan, seorang ibu harus proaktif, dan sebaiknya tak lelah untuk terus belajar.

“Jadi orangtua pun perlu belajar, dan harus belajar karena juga harus jadi guru anak-anak kita,” kata Nia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi