Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencopotan Direksi Garuda Bisa Jadi Shock Therapy Pimpinan BUMN...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/RAKHMAT NUR HAKIM
Menteri BUMN Erick Thohir di Istana Kepresidenan, Jakarta
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

 

KOMPAS.com - Sejumlah gebrakan terus dilakukan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir di perusahaan pelat merah.

Selain mengangkat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai Komisaris Utama PT Pertamina, Erick juga mencopot 5 direksi Garuda Indonesia.

Pencopotan tersebut berkaitan dengan kasus dugaan penyelundupan motor Harley Davidson dan sepeda Brompton.

Anggota Komisi VI DPR Andre Rosiade mengatakan miss manajemen dan korupsi menjadi salah satu persoalan yang membelit BUMN dari tahun ke tahun.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dari zaman Bu Rini menteri sebelumnya ada 11 direksi BUMN yang jadi tersangka. Ada 6 dirut, ini memprihatinkan jadi harus dilakukan pembenahan," katanya kepada Kompas.com (13/12/2019).

Keenam Direktur Utama BUMN di masa Menteri BUMN Rini Soemarno yang terjerat kasus korupsi adalah Direktur Utama PLN, Sofyan Basir, Direktur Utama PT PAL Indonesia M Firmansyah Arifin dan Dirut Jasindo Budi Tjahjono.

Kemudian Dirut Perum Perindo Risyanto Suanda, Dirut PTPN III Dolly Pulungan dan Direktur Utama PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) Darman Mappangara.

Baca juga: Duh, Sudah 13 Petinggi BUMN Era Rini Soemarno yang Tersandung Kasus

Dia juga meminta kepada Erick Thohir untuk konsisten menjalankan kebijakannya dalam membenahi BUMN.

"Ini kan soal komitmen. Jangan sampai anget-anget tai ayam," paparnya.

Untuk itu, pihaknya memberikan dukungan politik penuh terhadap Erick Thohir untuk melakukan pembenahan di BUMN. Kemudian, akan dilakukan evaluasi setelah 6 bulan.

Dia juga mengingatkan calon pimpinan BUMN yang diangkat Erick Thohir harus benar-benar memiliki profesionalitas, kapabilitas dan kredibilitas. 

Kasus pemecatan direksi Garuda Indonesia pun menurutnya bisa menjadi shock therapy bagi pimpinan BUMN lainnya.

"Sehingga, direksi-direksi lain benar-benar ke depan berhati-hati dan jangan sampai melakukan penyalahgunaan kewenangan," terangnya. 

Dia menambahkan, kasus yang menimpa Garuda Indonesia hanyalah kasus kecil di antara kasus besar lain yang menjerat perusahaan pelat merah tanah air.

Baca juga: Soal Proyek di Garuda, Ini Kata Erick Thohir

Dia mencontohkan, salah satu kasus besar yang turut menimpa BUMN adalah gagal bayar polis asuransi jiwa Jiwasraya.

Dikutip dari pemberitaan Kontan, Senin (9/12/2019), total kewajiban klaim asuransi perusahaan BUMN ini sebesar Rp 16,3 triliun dengan sebanyak Rp 572 miliar polis asuransi yang belum dibayarkan milik nasabah asing asal Korea Selatan.

Para nasabah meminta Kementerian BUMN sebagai pemegang saham wajib turun tangan melunasi kewajiban Jiwasraya kepada pemegang polis.

Selain itu, dia juga menyoroti sejumlah regulasi yang mempersulit posisi BUMN.

"Regulasi impor semen dan baja yang banyak membuat Semen Indonesia, Krakatau Steel posisinya sulit," terangnya.

Salah satunya adalah merevisi Peraturan Kementerian Perdagangan (Permendag) No 7 Tahun 2018 yang mengatur tentang ketentuan impor semen klinker dan semen.

Peraturan menteri tersebut membuka keran impor untuk beberapa jenis semen klinker dan semen portland (semen biasa) ke Indonesia.

Baca juga: Erick Thohir Kaget Ada Direksi BUMN Jadi Komisaris di 6 Perusahaan Anak Cucu

"Jadi menyelamatkan BUMN bukan hanya memperbaiki manajemen tetapi bagaimana mendata berbagai regulasi. Jangan sampai regulasi yang dimiliki oleh kementerian lain malah merugikan BUMN," terangnya.

Apalagi, pemerintah juga tengah melakukan program restrukturisasi Krakatau Steel untuk menangani kerugian perusahaan yang telah terjadi selama enam tahun berturut-turut.

Sejauh ini, KS diketahui memiliki tumpukan utang senilai Rp 40 triliun dan memiliki 60 anak perusahaan.

"Jangan sampai KS-nya sudah rapi udah sehat tapi masalahnya di sisi regulasi," ungkapnya.

Baca juga: 5 BUMN yang Masih Rugi, dari Krakatau Steel hingga Kertas Leces

 

Di sisi lain, Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto mengapresiasi tindakan cepat yang dilakukan oleh Erick Thohir untuk pembenahan BUMN.

Terutama pada BUMN strategis yang masih memiliki persoalan seperti Pertamina, PLN maupun Garuda Indonesia.

"Pertamina problem-nya berkaitan dengan bagaimana mereka bisa bekerja dengan cara yang lebih efisien. Kaitannya dengan fungsi Pertamina sebagai importir," katanya saat dihubungi Kompas.com, baru-baru ini.

Terkait dengan sejumlah perubahan di BUMN, semisal pencopotan direksi Garuda Indonesia, dan penunjukan Komisaris Utama PT Pertamina, menurutnya diperlukan untuk mengembalikan krisis reputasi lantaran adanya sejumlah kasus yang menerpa.

"Jadi perlu dicari strong leader yang bisa memberikan kepercayaan publik," katanya.

 Baca juga: Erick Thohir Mau Batasi Jatah Direksi BUMN Jadi Komisaris di Anak Usaha

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi