Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Video Perempuan Ambil Tanaman di Tol, Mengapa Perilaku seperti Ini Kerap Terjadi?

Baca di App
Lihat Foto
Twitter
Potongan gambar saat seorang perempuan mencabut tanaman yang ada di pembatas jalan tol.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Seorang perempuan terekam tengah mencabut tanaman berbunga merah muda yang ada di pembatas sebuah jalan tol.

Ia turun dari mobil yang ditumpanginya saat terjebak macet, kemudian mencabut tanaman itu dan dengan bergegas membawanya masuk ke dalam mobil.

Dari video itu, terlihat tanaman yang diambilnya tercabut hingga akar.

Aksi si perempuan itu terekam oleh kamera pengguna mobil yang berada tepat di belakangnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak diketahui siapa yang pertama mengunggah video yang akhirnya viral ini, karena video yang sama diunggah oleh beberapa akun sejak Senin (16/12/2019) pagi.

Beragam komentar membanjiri unggahan ini. Ada yang menyayangkan, karena tindakan ini dianggap tak layak dilakukan.

Bahkan, topik ini menjadi salah satu yang paling banyak dibicarakan warga Twitter.

Baca juga: Kata Dokter soal Viral Tempel Bawang Putih di Tangan Bisa Atasi Sakit Gigi

Hingga sore ini, tagar Plat N masuk jajaran trending topic Indonesia. Plat N adalah plat kendaraan yang dinaiki perempuan tersebut dan tampak jelas pada video. 

Tindakan atau perilaku mengambil sesuatu bagian dari fasilitas umum bukan kali ini terjadi.

Sebelumnya, beberapa tindakan yang hampir sama juga pernah terjadi, misalnya mengambil fasilitas di toilet umum, mur atau baut jembatan, dan lain-lain.

Mengapa perilaku seperti ini kerap terjadi?

Sosiolog asal Universitas Airlangga Bagong Suyanto menilai, perilaku seperti itu menunjukkan rendahnya tanggung jawab terhadap fasilitas umum yang merupakan hak semua orang untuk menikmatinya.

Baca juga: Viral Sepekan, Surat Penetapan NIP CPNS hingga Video Remaja Tenggelam

"Di Indonesia kepedulian dan responsibility masyarakat terhadap fasilitas publik memang rendah. Ini dipicu oleh belum terinternalisasinya panoptikon (pengawasan) di konstruksi mereka," kata Bagong saat dihubungi Kompas.com, Senin (16/12/2019) sore.

Menurut Bagong, ada beberapa hal yang melatarbelakangi hal ini, misalnya, rasa memiliki yang rendah dan dan keterikatan pada komunitas.

Namun, lanjut dia, keberadaan media sosial saat ini bisa membantu proses pengawasan masyarakat. 

Hal baik akan panen pujian, sementara hal buruk akan dengan mudah mendatangkan hujatan dan sanksi sosial lainnya.

"Media sosial bisa menjadi panoptikon. Asal di sana dikembangkan discourse yang mendukung," kata Bagong.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi