Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Eks Dirut Garuda Disebut sebagai Anggota BIN

Baca di App
Lihat Foto
Twitter/@do_ra_dong
Tangkapan layar dari unggahan pemilik akun Twitter @do_ra_dong yang menyebut mantan Dirut Garuda Indonesia adalah sebagai anggota Badan Intelijen Negara (BIN).
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sebuah narasi yang menyebutkan mantan Dirut Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra (Ari Askhara) disebut sebagai anggota Badan Intelijen Negara (BIN) beredar luas di media sosial Twitter pada Sabtu (7/12/2019).

Salah satu akun yang menyebarkan narasi tersebut adalah akun Twitter @do_ra_dong.

Namun, narasi tersebut dibantah oleh pihak terkait yakni badan Intelijen Negara (BIN).

Tidak benar bahwa mantan Dirut Garuda Indonesia adalah anggota BIN.

Narasi yang beredar

Salah satu akun media sosial Twitter @do_ra_dong menyebarkan narasi tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adapun narasi yang beredar tersebut adalah sebagai berikut:

"Sebagai informasi

Eks Direktur Utama Garuda I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra (Ari Askhara) adalah anggota BIN (Badan Intelijen Negara)".

Baca juga: [HOAKS] Surat Berisi Cuti Libur Natal Tanggal 23, 24 Desember 2019

Konfirmasi Kompas.com

Mengonfirmasi hal tersebut, Kompas.com menghubungi Juru Bicara Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto.

Ia mengatakan, informasi mengenai mantan Dirut Garuda yang disebut anggota BIN adalah tidak benar alias hoaks.

Wawan menjelaskan, bahwa Ari Askhara yang dicopot sebagai orang nomor satu di maskapai penerbangan Garuda Indonesia tersebut bukanlah anggota BIN.

"Saya pastikan begitu, karena saya sudah cek itu di kepegawaian maupun di struktur yang ada, itu tidak benar. Informasi itu tidak berdasar," kata Wawan saat dihubungi Kompas.com, Kamis (19/12/2019).

Pihaknya sangat menyayangkan perihal adanya informasi tersebut. Untuk itu, ia segera meluruskan kabar yang tidak benar itu agar tidak ada masyarakat yang berpandangan salah.

Lebih lanjut ia menekankan bahwa informasi tersebut dibuat tidak berdasarkan fakta yang ada.

"Sehingga harus diluruskan agar tidak ada kekeliruan di masyarakat. Agar tidak terjadi salah persepsi di tengah masyarakat dan nantinya dapat menimbulkan kegaduhan," kata Wawan.

Kemudian ia juga mengimbau kepada masyarakat agar selalu mengecek atau kroscek terlebih dahulu sebelum menyebarkan berita apapun.

Segala berita atau informasi, imbuhnya, harus dicari tahu dari mana sumbernya.

"Kalau sumbernya tidak jelas ya patut dipertanyakan, dari mana asal muasal kabar tersebut," imbuhnya.

Baca juga: 5 Hoaks Bencana yang Beredar pada 2019

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi