Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turbulensi Industri Penerbangan Sepanjang 2019, dari Tiket Mahal hingga Pencopotan Dirut Garuda

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/EXPOSE
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Sejumlah persoalan menerpa dunia penerbangan Indonesia sepanjang 2019 ini. 

Persoalan tersebut cukup beragam, mulai dari mahalnya harga tiket hingga kasus pencopotan Direktur Utama Garuda Indonesia, Ari Askhara yang turut menyita perhatian publik. 

Selain itu, masih ada kasus keretakan pesawat Boeing 737 MAX dan putus nyambung hubungan antara Garuda Indonesia dengan Sriwijaya Air. 

Adanya penyelundupan Harley dan Brompton turut mencoreng dunia penerbangan Indonesia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus tersebut berbuntut panjang dan menyebabkan Menteri BUMN Erick Thohir mencopot sejumlah direksi Garuda. 

Berikut sejumlah persoalan dunia penerbangan Indonesia yang terjadi sepanjang 2019:

1. Tiket pesawat mahal

Persoalan tiket mahal masih menjadi permasalahan maskapai penerbangan di Indonesia.

Tercatat sejak akhir 2018 hingga 2019, persoalan perihal harga tiket pesawat ramai diperbincangkan publik.

Dikutip dari Kompas.com, 20 Desember 2019, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra yang saat itu masih menjabat sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk membenarkan kenaikan harga tiket pesawat mencapai 40 persen sampai dengan 120 persen.

Baca juga: Kaleidoskop 2019: Harga Tiket Pesawat Mahal!

Menurut Ari yang sekaligus Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) mengatakan hal ini akibat modal yang dikeluarkan maskapai tidak sedikit.

Dia mengeluhkan biaya avtur yang mahal dan mendominasi sekitar 40 persen dari struktur biaya operasional maskapai.

Selain itu, biaya operasional penerbangan, seperti leasing pesawat dan perawatan lain menjadi lebih mahal karena kurs dollar AS yang melambung tinggi.

Mahalnya harga tiket pesawat juga merembet ke banyak hal. 

Pemerintah lalu merilis peraturan untuk menurunkan harga avtur dan tarif batas bawah maskapai penerbangan berjadwal kelas ekonomi.

Tetapi,  Garuda Indonesia belum menurunkan harga tiket sesuai yang diinstruksikan.

Sehingga, pemerintah merilis Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 106 tahun 2019 tentang Tarif Batas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri dengan menambah penurunan tarif batas atas sebanyak 12 sampai 16 persen.

Baca juga: Harga Avtur Pertamina Mahal, Menhub Akan Undang Pemasok Swasta

2. Bagasi berbayar

Seiring dengan kenaikan harga tiket pesawat, konsumen harus menghadapi penerapan bagasi berbayar oleh maskapai bertarif rendah atau Low Cost Carrier (LCC). 

Awalnya, ada dua maskapai yang menerapkan kebijakan tersebut yakni Lion Air Group (Lion Air dan Wings Air) dan Citilink.

Dikutip dari Kompas.com, 30 Januari 2019, Managing Director Lion Air Group, Daniel Putut Kuncoro mengatakan pihaknya telah menghapus layanan bagasi gratis mulai 22 Januari 2019.

Para penumpang sudah tidak lagi mendapatkan bagasi cuma-cuma 20 kilogram, hanya digratiskan untuk membawa satu bagasi kabin seberat 7 kilogram dan satu barang pribadi.

Sementara, Citilink memilih menunda pemberlakuan kebijakan bagasi berbayar hingga kini.

Awalnya, Citilink berniat untuk menerapkan bagasi berbayar mulai 8 Februari 2019.

Pada September 2019, Lion Air dan Wings Air mengubah tarif bagasi mereka.

Baca juga: Kemenhub Akan Atur Tarif Bagasi Berbayar

3. Keretakan pesawat Boeing 737 MAX

Kasus keretakan Boeing 737 MAX merupakan kelanjutan dari jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 pada akhir 2018 yang menggunakan pesawat jenis tersebut.

Pesawat Lion Air JT-610 lepas landas pada pukul 06.20 WIB dari Bandara Soekarno Hatta dengan rute Bandara Depati Amir di Pangkal Pinang, Bangka Belitung.

Namun, 13 menit setelah mengudara, pesawat jatuh pada pukul 06.33 WIB.

Dikutip dari Kompas.com, 11 Oktober 2019, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pun melakukan grounding tiga pesawat jenis Boeing 737 NG yang dioperasikan maskapai Indonesia.

Tiga pesawat itu ialah satu milik Garuda Indonesia dan dua milik Sriwijaya Air.

Kebijakan itu terkait dengan langkah Boeing telah memeriksa 810 unit pesawat tipe 737 Next Generation (NG) di seluruh dunia.

Jenis pesawat 737 NG meliputi Boeing 737-600, Boeing 737-600, Boeing 737-700, Boeing 737-800, dan Boeing 737-900.

Dari pemeriksaan itu, Boeing menemukan retakan struktural di 38 unit pesawat sehingga membutuhkan perbaikan dan penggantian.

Baca juga: Retakan di Pesawat, Garuda Pertimbangkan Minta Ganti Rugi ke Boeing

4. Putus nyambung Garuda Indonesia-Sriwijaya Air

Industri penerbangan Indonesia juga diwarnai oleh putus nyambung hubungan antara Garuda Indonesia dengan Sriwijaya Air.

Pada akhir 2018, Garuda Indonesia Group menjalin kerja sama dengan Sriwijaya Air. 

Kerja sama itu dilakukan untuk membantu Sriwijaya melunasi utang ke beberapa BUMN, di antaranya ke anak perusahaan Garuda PT GMF AeroAsia, PT Pertamina (Persero), dan PT Angkasa Pura I dan II. 

Dikutip dari Kompas.com, 8 November 2019, kisruh bermula saat PT Citilink Indonesia melayangkan gugatan kepada Sriwijaya Air Group yang terdiri atas PT Sriwijaya Air dan PT NAM Air.

Pada 1 Oktober 2019, Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air Group sepakat melanjutkan kerja sama manajemen (KSM).

Pada awal November 2019, Garuda Indonesia kembali retak dengan Sriwijaya Air.

Mengutip laporan keuangan Garuda Indonesia September 2018, Sriwijaya Air memiliki utang ke perusahaan tersebut senilai 9,33 juta dollar AS atau sekitar Rp 135 miliar (kurs Rp 14.600).

Utang tersebut untuk pengerjaan overhaul 10 engine CFM56-3.

Pembayarannya akan dilunasi melalui angsuran selama 36 bulan.

Baca juga: Kisruh Garuda-Sriwijaya: Putus, Nyambung, Putus Lagi...

5. Penyelundupan Harley Davidson dan sepeda Brompton di pesawat Garuda Indonesia

Kasus terbaru yang menimpa dunia penerbangan adalah dicopotnya lima direksi Garuda Indonesia oleh Menteri BUMN Erick Thohir.

Dikutip dari Kompas.com, 7 Desember 2019, pencopotan terkait kasus penyelundupan onderdil Harley Davidson keluaran tahun 1972 serta dua sepeda Brompton.

Penyelundupan dilakukan dalam penerbangan perdana pesawat Airbus A33O-900 neo dari pabriknya di Perancis ke Indonesia.

Erick Thohir pun lalu mengangkat Fuad Rizal sebagai Pelaksana Tugas Direktur Utama Garuda Indonesia.

Fuad sekaligus rangkap jabatan sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko, Pelaksana Tugas Direktur Operasi dan Pelaksana Tugas Direktur Teknik dan Layanan.

Sementara Pikri Ilham Kurniansyah menjabat sebagai Direktur Niaga.

Dia juga rangkap jabatan sebagai Pelaksana Tugas Direktur Human Capital, serta Pelaksana Tugas Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha.

Baca juga: Seludupkan Harley dan Brompton, Garuda Harus Bayar Sanksi Rp 100 Juta

(Sumber: Kompas.com/ Ade Miranti Karunia, Mutia Fauzia, Rina Ayu Larasati, Akhdi Martin Pratama, Kiki Safitri, Elsa Catriana | Editor: Sakina Rakhma Diah Setiawan, Bambang Priyo Jatmiko)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi