Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Uni Soviet Serbu Afghanistan Saat Tengah Malam

Baca di App
Lihat Foto
AFP/VITALY ARMAND
Konvoi kendaraan lapis baja pasukan Uni Soviet melintasi jembatan di perbatasan Soviet-Afghanistan saat mereka memutuskan menarik diri dari Afghanistan di Termez, Uzbekistan, pada 21 Mei 1988.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Hari ini, 40 tahun yang lalu, tepatnya 24 Desember 1979, Uni Soviet menyerbu Afghanistan.

Penyerbuan tersebut dilakukan dengan dalih menjunjung tinggi Perjanjian Persahabatan Soviet-Afghanistan di tahun 1978.

Ketika tengah malam mendekat, Soviet mulai mengorganisir kekuatan militer penerbangannya secara besar-besaran ke ibu kota Afganistan, Kabul.

Penyerbuan tersebut tercatat melibatkan sekitar 280 pesawat angkut dan tiga divisi yang masing-masing terdiri hampir 8.500 orang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam beberapa hari, Soviet telah berhasil mengamankan Kabul, mengerahkan unit serangan khusus terhadap Istana Tajbeg.

Tentara Afghanistan yang setia kepada Hafizullah Amin, mantan Presiden Afghanistan, melakukan perlawanan yang sengit namun hanya singkat.

Pada tanggal 27 Desember, Babrak Karmal, pemimpin fraksi Parcham dari Partai Demokrat Rakyat Afghanistan (PDPA), diangkat sebagai kepala pemerintahan baru Afghanistan.

Di waktu yang bersamaan, pasukan angkatan darat Soviet, mulai memasuki Afghanistan dari sisi utara.

Soviet mendapatkan perlawanan yang sengit saat mereka memberanikan diri keluar dari benteng mereka ke wilayah pedesaan.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Berakhirnya Perang Verdun dengan Korban 1 Juta Orang

Rudal Amerika

Pejuang perlawanan, yang disebut mujahidin, melihat orang-orang di luar Islam atau atheis Soviet yang menguasai Afghanistan sebagai ancaman bagi Islam dan juga budaya tradisional mereka.

Mereka kemudian memproklamirkan jihad (perang suci) dan mendapat dukungan dari dunia Islam.

Mujahidin tersebut menggunakan taktik gerilya saat melawan Soviet. Mereka menyerang dengan cepat, lalu menghilang ke pegunungan.

Para pejuang menggunakan senjata apa pun yang bisa mereka ambil dari Soviet atau senjata yang diberikan oleh Amerika Serikat.

Gelombang perang berubah dengan diperkenalkannya rudal anti-pesawat terbang Amerika Serikat pada 1987.

Amerika Serikat membiarkan mujahidin menembak jatuh pesawat dan helikopter Soviet.

Pemimpin baru Soviet, Mikhail Gorbachev, kemudian memutuskan untuk menarik pasukannya keluar.

Tanpa kemenangan di depan mata, pasukan Soviet mulai mundur pada 1988. Tentara Soviet terakhir menyeberang kembali melintasi perbatasan pada 15 Februari 1989.

Itu adalah ekspedisi militer Soviet pertama di luar blok Timur sejak Perang Dunia II dan menandai berakhirnya periode peningkatan hubungan (dikenal sebagai detente) dalam Perang Dingin.

Sebanyak 15 ribu tentara Soviet terbunuh. Dampak jangka panjang dari invasi dan perang selanjutnya sangat mendalam.

Pertama, Soviet tidak pernah pulih dari kerugian finansial, yang secara signifikan berkontribusi pada jatuhnya Soviet pada 1991.

Kedua, perang menciptakan tempat berkembang biak bagi terorisme dan kebangkitan Osama bin Laden.

Baca juga: Nyatakan Perang ke Menteri Susi, Siapakah Murad Ismail?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: History
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi