Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LIPI Sebut Perbedaan Ular Berbisa di Indonesia Tidak Bisa Dibandingkan dengan Luar Negeri

Baca di App
Lihat Foto
Twitter: @Fahminii
Tangkapan layar unggahan akun Twitter @Fahminii mengenai perbedaan fisik ular berbisa dengan tidak berbisa.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Pemberitaan perihal kemunculan ular kobra di tengah pemukiman warga ramai terjadi, utamanya di Pulau Jawa akhir-akhir ini.

Kemunculan ular kobra ini selain mengejutkan, juga dinilai oleh masyarakat berbahaya karena ular kobra mempunyai bisa yang cukup mematikan.

Dari beredarnya kabar itu, salah satu pengguna Twitter @Faminii mengunggah foto perbedaan jenis ular yang berbisa dengan yang tidak berbisa pada Kamis (19/12/2019).

"Lebih berhati-hati dan jangan asal menghakimi, mereka semua tidak akan menyerang kita kalau kita tidak memprovokasi, jika bertemu lebih baik diam dan teriak, atau ambil jurus langkah 1.000, ular ga akanbisa ngejar kita, masa kita dikasih kaki kalah sama dia yang gak punya kaki, aneh," tulis @Faminii dalam twitnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan LIPI

Menanggapi adanya unggahan berupa foto perbedaan fisik dari ular yang berbisa dengan yang tidak berbisa, Ahli Herpetologi (reptil dan amfibi) dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy menyampaikan bahwa foto tersebut ada yang kurang tepat.

"Jadi gini ada yang tidak pas (dalam foto), sebab si pengunggah ingin menjelaskan mengenai mimikri yakni perilaku yang dilakukan oleh satu spesies terhadap spesies lain dengan cara menirukan," ujar Amir saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (21/12/2019).

Ia menegaskan, tujuan ular melakukan mimikri agar dapat bertahan hidup terhadap lingkungannya.

Baca juga: INFOGRAFIK: Pertolongan Pertama yang Harus Dilakukan jika Digigit Ular

Dalam konteks mimikri, Amir memisalkan, ketika ular berbisa memiliki karakter tertentu secara fisik, maka ular yang tidak berbisa itu mencoba meniru perilaku dari ular yang berbisa.

Sehingga, ular yang tidak berbisa ini terhindar dari predator.

Namun, hal itu menjadi salah kaprah ketika mengategorikan mimikri, misal ular belang putih (weling) di Indonesia dibandingkan dengan ular belang putih yang ada di Meksiko.

"Jadi, kalau ular yang berbelang putih di Indonesia rata-rata berbisa kemudian dibandingkan dengan ular belang putih di Meksiko itu tidak bisa dibedakan, mimikri hanya ada di satu wilayah sama," kata dia.

Menurutnya, jika ular berada di satu lokasi yang sama, artinya proses mimikri dapat berjalan, tetapi kalau lokasinya ada di dua tempat yang berbeda dan letaknya sangat berjauhan, tidak bisa dibandingkan.

"Itu bukan proses mimikri," kata dia.

Sebab, karakter ular yang berbisa di Asia dengan ular berbisa di Amerika atau daerah yang jauh itu memiliki perbedaan.

Tetapi jika ada suatu sifat yang mirip berarti jenis tersebut bersifat simetrik.

Lantas, bagaimana edukasi cara membedakan ular yang berbisa dengan ular yang tidak berbisa?

Amir mengungkapkan bahwa terkait penjelasan perbedaan ular yang berbisa dengan tidak berbisa sebaiknya masyarakat dapat bertanya kepada dokter atau akademisi yang paham betul tentang ular, dan tidak dari orang yang sekadar hobi.

Ia mengatakan, cara sederhana untuk membandingkan ular yang berbisa atau tidak di lingkup Indonesia, yakni dengan cara memperhatikan habitatnya.

"Misalnya ada dua ular (berbeda spesies) yang habitatnya berdekatan, weling yang neurotoksin tinggi, dan ular cabe kecil. Keduanya memiliki warna mirip dan hidupnya sama," ujar Amir.

Dari kesamaan atau kedekatan habitat inilah yang kemudian kembali lagi ke pembahasan sebelumnya tentang mimikri.

Baca juga: Mengapa Ular Kobra Tiba-tiba Muncul di Mana-mana?

Ular berbisa yang hidup dekat permukiman

Sementara itu, Amir mengungkapkan ada dua jenis ular berbisa yang habitatnya di daerah perkotaan atau permukiman, yakni Kobra Jawa (Naja sputatrix) dan Weling (Bungarus candidus).

"Dua ular ini yang biasanya memiliki kemampuan adaptasi pada human modified habitat (persawahan, tegalan, pekarangan)," ujar Amir.

Adapun banyak ular yang adaptif di lingkungan permukiman dikarenakan para ular tersebut mampu beradaptasi dan ada mangsanya, yakni tikus, kodok, dan lainnya.

Selain itu, ular juga menyukai tempat-tempat yang ada celah ruang untuk tempat tinggal.

Hal itu juga didukung dengan tidak adanya predator yang memangsa ular, seperti biawak dan elang.

Sehingga memicu populasi anakan ular lebih tinggi.

Upaya pencegahan

Meski begitu, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan pencegahan agar ular tidak masuk ke dalam rumah.

"Bersihkan rumah dengan wangi-wangian yang menyengat, seperti aroma pembersih lantai agar mencegah ular masuk dalam rumah," ujar Amir

Selain itu juga penting untuk tidak meninggalkan makanan yang mengundang tikus.

"Karena menimulkan predator tikus muncul yakni ular," pungkasnya.

Baca juga: Teror Kobra di Sejumlah Daerah, Ini Cara agar Ular Tak Masuk Rumah

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi