Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Aplikasi 'Tuker Sampah' Mahasiswa UNS yang Meraih Medali Perunggu di AI-JAM Japan 2019

Baca di App
Lihat Foto
Humas UNS
Lima mahasiswa UNS bersama medali perunggu yang berhasil diraih dalam ajang AI-JAM Japan 2019 melalui aplikasi Tuker Sampah
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berhasil meraih medali perunggu dalam ajang Advanced Innovation Jam (AI-JAM) Japan 2019 yang digelar di Accenture Innovation Hub Tokyo, Minggu (8/12/2019).

Kontingen mahasiswa UNS ini terdiri atas Muhammad Tema Rizan Mumtaza, Nur Hijrah Assalam Al-Ihsan, Intan Wahyu Ningsih, Sada Nada Hidayatus Sangadah dan Mochammad Nibraasuddin.

Dalam ajang ini, mereka mengenalkan aplikasi bernama 'Tuker Sampah'.

Aplikasi ini bertujuan untuk menjawab problematika sampah Indonesia yang belum terkelola dengan baik.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat dihubungi Kompas.com, Selasa (24/12/2019), tim tersebut menjelaskan ajang dan ide yang mereka tuangkan dalam 'Tuker Sampah'.

"Jadi, kalau ajangnya sendiri itu ajang teknologi sama inovasi internasional yang diselenggarakan sama AI-JAM. Di kompetisi ini, ada dua bagian, yang satu software yang satu hardware. Nah kami ikut yang bagian software," kata Nur Hijrah.

Baca juga: Rektor Termuda Risa Santoso Bolehkan Mahasiswa Lulus Tanpa Skripsi, Ini Tanggapan Dikti

Awal Mula Ide 'Tuker Sampah'

Awal ide 'Tuker Sampah' berasal dari gagasan tentang mengelola sampah ecobrick.

"Nah, ecobrick itu bisa untuk furniture gitu. Terus selama ini, cara untuk membuat ecobrick membutuhkan waktu yang lama. Nah, kita itu ingin menemukan sebuah inovasi untuk mempercepat pembuatan ecobrick," katanya lagi.

Namun, karena tema yang diangkat pada AI-JAM adalah seputar teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), robotik, hardware, dan data mining, mereka memutuskan untuk membuat sistem pengelolaan dari ecobrick tersebut.

"Dari situlah, kemudian temen saya, konsultasi sama dosennya. Setelah konsultasi, dosen menyarankan jangan hanya ecobrick. Gunakan sampah-sampah yang lain juga dalam aktualisasi manajemen sampah kalian," ungkap Nur.

Aplikasi 'Tuker Sampah'

Menurutnya, aplikasi yang diciptakan oleh timnya adalah media yang menjadi penghubung beberapa aspek, yaitu pemilik sampah, pengelola sampah, dan pemerhati sampah.

Sementara, terkait sistemnya, aplikasi 'Tuker Sampah' akan memanfaatkan tempat-tempat pengumpulan sampah agar dapat menampung sampah yang dikumpulkan oleh pengguna aplikasi 'Tuker Sampah'.

Selanjutnya, sampah-sampah yang berhasil dikumpulkan akan diakumulasikan dalam bentuk poin.

“User pakai aplikasi kita terus mereka datang membawa sampah mereka. Lalu, ada salah satu tempat buat penukaran sampah, nanti tinggal menghitung jumlah sampahnya itu ada berapa poin. Poin tersebut akan masuk ke akun user dan dapat ditukarkan dengan jasa pelayanan kesehatan, cash money, bibit pohon dan donasi,” tambah Nur Hijrah.

Adapun jenis sampah yang diatur dalam aplikasi tersebut berjumlah 4, yaitu sampah plastik, kaca, besi, dan kertas.

Namun, rencananya, jenis-jenis tersebut akan dikembangkan.

"Kalau dari aplikasi yang kemarin, kami atur cuma 4, sampah plastik, kaca, besi, dan kertas. Tapi itu kan baru jenis sampahnya, tapi nanti akan ada pembagian khususnya lagi. Pokoknya nanti biar bisa terukur dengan jelas dengan poin yang akan didapatkan," imbuh dia.

Baca juga: Tanggapi Menristek Dikti, Rektor UMM: Mahasiswa Sudah Kritis

Rencana Pengembangan

Saat ditanya terkait rencana pengembangan ide, Nur Hijrah dan timnya mengaku berencana merealisasikan ide yang mereka miliki.

"Kami pilih untuk merealisasikannya ke dalam tempat yang spesifik agar mudah mengontrol dan merealisasikannya, yaitu aplikasi khusus tukar sampah untuk sampah pegunungan," lanjutnya. 

Ia menjelaskan rencana dari aplikasi khusus yang akan dikembangkan di kemudian hari. 

"Nantinya, sampah-sampah yang ditemukan dan dibawa oleh para pendaki gunung yang naik ataupun turun dari gunung dapat ditukarkan menjadi poin di basecamp terakhir. Setelah itu, dapat ditukarkan dengan barang-barang yang sudah disepakati," kata Nur.

Nur Hijrah dan timnya mengaku sangat terbuka dengan berbagai pihak yang ingin bekerja sama untuk merealisasikan ide yang dimiliki.

Baca juga: Soal Aksi Mahasiswa, Pantaskah Menristek Dikti Memberi Sanksi Rektor?

Kini, mereka berencana untuk terlebih dahulu fokus mengembangkan aplikasi dan sistemnya.

"Sebisa mungkin gak hanya dapat dana dari investor, tapi dari pemerintah juga. Kan kita bergeraknya semi sosial, jadi kami butuh, kayak tadi barang-barang yang akan ditukar kan kami perlu modal," pungkas Nur Hijrah mewakili timnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi