Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

28 Desember 2014, Air Asia QZ8501 Hilang dan Jatuh di Selat Karimata

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS / LASTI KURNIA
Bangkai pesawat yang berhasil diangkat dalam operasi lanjutan oleh tim SAR gabungan Basenas diturunkan dari kapal Crest Onyx di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (2/3/2015). Bangkai yang merupakan bagian dari serpihan utama pesawat yang jatuh di Selat Karimata tersebut diserahkan Basarnas ke Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk kelanjutan investigasi.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Hari ini 5 tahun lalu, tepatnya 28 Desember 2014, pesawat AirAsia dengan kode penerbangan QZ8501 jatuh.

Pesawat ini terbang dari Surabaya menuju Singapura pada Minggu pagi, 28 Desember 2014, pada pukul 05.36 WIB, dengan mengikuti jalur yang biasa yaitu M635.

Pesawat AirAsia berjenis A 320-200 tersebut dikemudikan pilot Irianto dan kopilot Remi Emmanuel Plesel.

Melansir Harian Kompas, 29 Desember 2014, pesawat melakukan kontak terakhir dengan ATC Jakarta.

Saat itu, pilot meminta menghindar ke arah kiri dan meminta izin untuk naik ke ketinggian 38.000 kaki dari 32.000 kaki.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan untuk menghindar ke kiri disetujui ATC, tetapi untuk naik ke ketinggian 38.000 kaki belum disetujui.

Kontak terakhir terpantau di antara Pulau Belitung dan Pulau Kalimantan.

Pukul 06.17, pesawat hanya tinggal sinyal di dalam radar ATC.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami Messina Tewaskan 100.000 Orang

Pesawat AirAsia QZ8501 ini membawa 155 penumpang yang terdiri atas 138 penumpang dewasa, 16 anak-anak, dan 1 bayi.

Pesawat ini diketahui hilang kontak dengan pemandu lalu lintas udara pada pukul 06.18 WIB.

Sebelumya, pesawat dijadwalkan tiba di Singapura pada pukul 06.57 WIB.

Operasi pencarian

Untuk memastikan keberadaan pesawat tersebut, pemerintah melakukan operasi pencarian besar-besaran setelah pesawat hilang kontak.

Adapun armada pencarian saat itu adalah sebagai berikut:

Selain itu, pencarian ini juga melibatkan BPPT dalam pengerahan kapal riset untuk memetakan kondisi dasar laut.

Para nelayan di wilayah Belitung Timur juga terlibat untuk membantu pencarian serpihan pesawat atau barang milik penumpang.

Pencarian pesawat ini pun juga dibantu oleh tim-tim dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Adapun armada-armada dari negara tetangga tersebut terdiri atas 2 unit pesawat Hercules dan 5 unit kapal.

Hasil temuan

Melansir Kompas.com , 1 Desember 2015, Komite Nasional Keselmatan Transportasi (KNKT) kemudian merilis hasil investigasi setelah hampir setahun pesawat AirAsia QZ8501 hilang.

Hasil investigasi tersebut dilakukan setelah kotak hitam pesawat yang jatuh ditemukan di perairan dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Menurut KNKT, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan.

Pada pukul 06.01 WIB, pilot mendeteksi adanya gangguan melalui tanda peringatan. Gangguan terjadi pada sistem Rudder Travel Limiter (RTL) yang terletak di bagian ekor pesawat

Pilot mengatasi gangguan itu dengan mengikuti prosedur dalam Electronic Centralized Aircraft Monitoring (ECAM).

Gangguan yang sama muncul pada pukul 06.09 sehingga pilot melakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang sama.

Gangguan pada bagian yang sama dan tanda peringatan yang sama terjadi kembali empat menit setelah gangguan kedua.

Pilot kembali melakukan prosedur sesuai ECAM. Namun, dua menit setelahnya, masalah pada bagian yang sama kembali timbul.

Pada gangguan keempat tersebut, pilot mengubah tindakan dengan tidak sesuai dengan prosedur ECAM. Masalah yang terjadi ternyata berbeda pada tiga gangguan sebelumnya.

Saat itu, circuit breaker (CB) pada flight augmentation computer (FAC) direset oleh teknisi pesawat.

Kemungkinan pilot QZ8501 melakukan reset ulang CB untuk mengatasi gangguan pada RTL. Hal tersebut ternyata menonaktifkan FAC 1 dan 2.

Setelah kedua komputer tidak aktif, kendali pesawat berganti dari normal law ke alternate law.

Dengan kata lain, kendali penerbangan tidak lagi otopilot, tetapi dilakukan secara manual.

Setelah itu, pesawat pun kehilangan kendali dan berguling. Pesawat yang berguling tersebut dapat kembali normal setelah ada input.

Pada ketinggian pesawat saat itu, badan pesawat kembali dalam posisi normal, tetapi di luar kendali pilot hingga akhirnya jatuh ke laut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi