Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kasus Bangkai Daging Kambing, Berikut Hal yang Harus Dilakukan apabila Keracunan Makanan

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi keracunan makanan
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Keracunan makanan sering kali muncul akibat salah mengonsumsi atau salah mengolah bahan makanan.

Beberapa kasus, keracunan makanan terjadi lantaran makanan yang dimakan terpapar bakteri seperti salmonella atau Escherichia coli (E. coli).

Terbaru, belasan warga Desa Oebelo, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT harus dilarikan ke puskesmas lantaran mengonsumsi bangkai daging kambing.

Adapun gejala dari keracunan makanan yang biasa muncul adalah perut sakit dan mual, muntah, kram perut, diare, demam, lemas, selera makan hilang, otot nyeri, dan tubuh terasa panas dingin.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak hanya itu, keracunan makanan apabila tidak ditangani dengan serius, dapat menyebabkan penderitanya meninggal dunia.

Baca juga: Dilarang Keras, seperti Apa Bahaya Konsumsi Daging Bangkai?

Lantas bagaimana penanganan untuk keracunan makanan?

Disadur dari Mayo Clinic, perawatan untuk keracunan makanan biasanya tergantung pada sumber penyakit, dan tingkat keparahan gejala keracunan.

Bagi kebanyakan orang, keracunan makanan sembuh tanpa pengobatan dalam beberapa hari, meskipun beberapa jenis keracunan makanan dapat bertahan lebih lama.

Pengobatan keracunan makanan dapat meliputi:

1. Penggantian cairan yang hilang

Cairan dan elektrolit-mineral seperti natrium, kalium dan kalsium yang menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, hilang karena diare dan muntah akibat keracunan makanan.

Beberapa anak-anak dan orang dewasa dengan diare atau muntah yang berkepanjangan, mungkin perlu dirawat di rumah sakit.

Di mana mereka dapat menerima garam dan cairan melalui infus yang terpasang di pembuluh darah (secara intravena), untuk mencegah atau mengobati dehidrasi.

Baca juga: 4 Kasus Keracunan yang Pernah Terjadi, dari Konsumsi Jengkol hingga Umbi Gadung

2. Antibiotik

Antibiotik dapat diberikan oleh dokter jika pasien mengalami keracunan makanan bakteri tertentu dan gejalanya parah.

Keracunan makanan yang disebabkan oleh infeksi bakteri, perlu diobati dengan antibiotik intravena selama rawat inap.

Semakin cepat perawatan dimulai, semakin baik. Selama kehamilan, perawatan dengan antibiotik yang tepat dapat membantu menjaga infeksi dari mempengaruhi bayi.

Antibiotik tidak akan membantu menyembuhkan keracunan makanan yang disebabkan oleh virus.

Antibiotik sebenarnya dapat memperburuk gejala pada jenis keracunan virus atau bakteri makanan tertentu.

Untuk itu, wajib berkonsultasi dengan dokter apabila ingin mendapatkan antibiotik.

3. Pemberian obat tertentu

Obat-obatan yang dijual bebas seperti loperamide dan bismuth subsalicylate bisa membantu mengontrol diare dan muntah.

4. Hindari makanan dan minuman tertentu

Hindari makanan dan minuman serta zat-zat yang keras seperti, alkohol, kafein (soda, minuman berenergi, atau kopi), makanan pedas, makanan tinggi serat, produk susu, makanan berlemak, gorengan, nikotin, dan jus buah.

Di sisi lain, keracunan makanan sering membaik tanpa pengobatan dalam waktu 48 jam.

Untuk membantu diri lebih nyaman dan mencegah dehidrasi ketika sudah pulih, lakukan hal berikut ini:

  • Biarkan perut tenang. Berhentilah makan dan minum selama beberapa jam.
  • Secara bertahap, mulai makan makanan hambar, rendah lemak, mudah dicerna, seperti biskuit, roti bakar, gelatin, pisang, dan nasi. Berhenti makan jika mual datang kembali.
  • Hindari makanan dan zat tertentu sampai merasa lebih baik. Hal Ini termasuk produk susu, kafein, alkohol, nikotin, dan makanan berlemak.
  • Beristirahat. keracunan makanan dan dehidrasi dapat melemahkan dan membuat lelah.

Baca juga: 8 Makanan yang Baik untuk Penderita Diabetes

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi