Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kehausan, Koala di Australia Minta Minum kepada Pesepeda

Baca di App
Lihat Foto
Instagram.com/@anna.heusler
Koala di Australia meminta minum kepada para pesepeda yang melintas
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Hewan khas Australia, koala, menjadi salah satu korban dari cuaca ekstrim yang tengah melanda di sejumlah wilayah di negara tersebut dalam beberapa waktu terakhir. 

Diperkirakan, lebih dari 2.000 ekor koala mengalami kepanasan dan dehidrasi.

Melansir dw.com, baru-baru ini, seekor koala menghampiri beberapa pesepeda yang melintas untuk meminum air dari botol yang mereka bawa.

Pesepeda yang sedang menuju Adelaide saat suhu mencapai 40 derajat celsius itu, melihat koala di tikungan jalan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Secara alami, kami pun berhenti untuk membantu memindahkannya dari jalan," kata Anna Heusler, salah satu pesepeda, sebagaimana dikutip dalam SCMP.

Heusler menghentikan sepedanya dan koala tersebut menghampirinya dengan cepat. Kemudian, ia memberikan seluruh minuman yang dimiliki.

Baca juga: Australia Kembali Pecahkan Rekor Suhu Terpanasnya, Rata-rata 41,9 Derajat Celcius

"Ia (koala) benar-benar memanjat sepeda saya. Tidak ada yang pernah melihat hal seperti ini sebelumnya," lanjut Heusler.

Heusler juga mengunggah kejadian tersebut melalui akun Instagramnya di @ann.heusler

Menjadi korban gelombang panas

Hingga kini, setidaknya 2.000 ekor koala mati akibat kebakaran hutan yang besar dan meluas di seluruh Australia Selatan dan pantai timur benua, sebagaimana dilaporkan dalam penyelidikan parlemen, awal Desember 2019.

"Hewan-hewan ini tewas, baik karena kebakaran yang terjadi, ataupun kelaparan dan kehausan karenanya," ujar Ketua Aliansi Hutan Timur Laut dan ekologis Dailan Pugh sebagaimana dikutip dw.com.

Selain itu, Direktur Pusat Lingkungan Jeff Angel juga memperingatkan risiko kelangsungan hidup koala yang berada di level darurat akibat kebakaran yang terjadi. 

Ia menilai, situasi ini dapat menyebabkan hilangnya habitat bagi koala.

Oleh sebab itu, Jeff mendesak pemerintah untuk bertindak lebih banyak dan lebih cepat.

Baca juga: Berlibur di Saat Negaranya Alami Krisis Kebakaran Semak, PM Australia Minta Maaf

Melansir SCMP, pantai tengah bagian utara New South Wales merupakan rumah bagi sekitar 28.000 koala.

Akan tetapi, kebakaran yang terjadi secara signifikan menurunkan populasinya dalam beberapa bulan terakhir.

"Lebih dari 30 persen habitatnya rusak," kata Menteri Lingkungan Australia, Sussan Ley, seperti dikutip SCMP.

Penggambaran koala yang tengah diselamatkan dari kebakaran hutan juga viral di media sosial akhir-akhir ini.

"Saya memperoleh surat dari orang-orang seluruh dunia yang tergerak dan takjub dengan respons relawan-relawan kami dan juga perilaku makhluk (koala) ini," tambah Ley.

Krisis kebakaran

Sementara itu, sekitar 5 juta hektar lahan telah terbakar selama krisis kebakaran ini terjadi dengan 9 orang terbunuh dan lebih dari 1.000 rumah rusak.

Status bahaya kebakaran di New South Wales dan Wilayah Ibu Kota Australia meningkat menjadi 'parah' pada Sabtu (28/12/2019).

Pinggiran barat Sidney mencapai suhu 41 derajat celsius.

Adapun, pusat kota mencapai suhu 31 derajat celsius pada Minggu (29/12/2019) sebelum akan menjadi 35 derajat celsius pada Selasa (31/12/2019).

Canberra, ibu kota Australia, mencapai suhu 38 derajat celsius pada Sabtu (28/12/2019), dengan perkiraan suhu yang akan memperberat keadaan selama tujuh hari setelahnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi