Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Fenomena Unik di Langit Kalasan, Apa Itu?

Baca di App
Lihat Foto
Twitter.com/@merapi_news
Fenomena langit yang terlihat di Kalasan, Sleman, Senin (30/12/2019)
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Sebuah foto yang menunjukkan fenomena di atas langit di Tirtomartani, Kalasan, Senin (30/12/2019) siang, menyebar di media sosial.

Salah satu akun yang mengunggahnya adalah akun @merapi_news. 

Fenomena apakah ini?

Astronom amatir Marufin Sudibyo mengatakan, fenomena  yang terekam pada foto yang beredar disebut 'pelangi api' atau istilahnya dikenal dengan busur sirkumhorisontal. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Fenomena ini terbentuk oleh proses serupa dengan Halo Matahari. Hanya saja kristal-kristal es heksagonal di Cirrostraus itu berkedudukan horizontal," kata Marufin saat dihubungi Kompas.com, Selasa (31/12/2019). 

Ia menjelaskan, dalam 'pelangi api' ini, cahaya matahari masuk ke kristal melalui sisi tegak.

"Setelah terbiaskan, cahaya ini keluar lagi melalui sisi datar di bagian bawah. Cahaya hasil pembiasan membentuk busur cahaya yang berjarak sudut 46 derajat dari kedudukan tampak (apparent) matahari," lanjut dia.

Baca juga: Viral Video Seorang Ibu Tampar Siswa SD, PR Memutus Rantai Kekerasan terhadap Anak...

Sementara, waktu munculnya fenomena ini tidak menentu.

Menurut Marufin, 'pelangi api' dapat muncul jika ada awan Cirrostratus dan tepian awan berjarak sudut 40-an derajat terhadap kedudukan matahari. 

Cirrostratus adalah awan yang terlihat tipis, kabur, seragam, dan halus.

Biasanya, cirrostratus lebih gelap daripada cirrus dan cukup tipis bagi cahaya matahari dengan intensitas tertentu untuk menembusnya. 

Sementara, melansir NASA, pelangi api adalah awan yang berwarna-warni.

Awan ini terjadi karena tersusunnya oleh air dengan ukuran seragam. Awan ini mampu memantulkan, membiaskan, dan mendifraksi cahaya. 

Jadi, secara prinsip, proses pembentukan 'pelangi api' mirip seperti pelangi pada umumnya.

Fenomena ini juga terjadi karena adanya proses pemantulan, pembiasan, dan difraksi cahaya matahari. 

Demikian pula dengan warna yang dihasilkan, 'pelangi api' terdiri atas warna-warna seperti merah, jingga, hijau, kuning, biru, nila, dan ungu.

Baca juga: Viral Sepekan, Kentut Bisa Bunuh Nyamuk hingga Pengangkatan PNS Tanpa Tes

Perbedaan 'pelangi api' dengan pelangi pada umumnya terletak pada proses tertentu yang lebih mempengaruhi pembentukan.

Pelangi terbentuk lebih karena proses pemantulan dan pembiasan. Sementara, 'pelangi api' lebih disebabkan oleh proses difraksi. 

Dalam proses pembentukan pelangi, cahaya dibelokkan saat melewati lapisan dengan massa jenis berbeda.

Cahaya akan memantul dengan sudut yang sama dengan sudut datangnya. 

Dalam proses difraksi, gelombang cahaya akan diubah bentuknya seperti cincin.

Sementara, terkait kapan saja fenomena ini dapat terjadi, Marufin mengungkapkan bahwa fenomena ini adalah fenomena yang sering terjadi.

"Sering kok. Sama dengan kejadian halo matahari. Hanya yg ini jarang menarik perhatian karena lebih kecil lingkupnya," kata Marufin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi