KOMPAS.com - Tepat pada hari pertama 2020, Rabu (1/1/2020), banjir besar melanda wilayah Jabodetabek.
Bencana alam, termasuk banjir, selalu mendatangkan kerugian secara materi.
Berapa catatan kerugian dari sejumlah banjir besar yang terjadi di Ibu Kota? Berikut ulasannya, disarikan dari pemberitaan Kontan dan Harian Kompas.
Banjir 2020
Merujuk Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur DKI Jakarta Tahun 2018, wilayah DKI Jakarta berpeluang mengalami siklus banjir besar setiap 5 hingga 6 tahun sekali.
Paling tidak, banjir besar di DKI Jakarta terjadi tahun 2002, kemudian 2007, dan terakhir tahun 2013.
Dampak karena banjir adalah kerugian yang menimpa masyarakat akibat kerusakan rumah, mobil maupun kehilangan barang berharga.
Kerugian tersebut masih ditambah dengan aktivitas ekonomi yang lumpuh akibat banjir.
Salah satunya, kerugian peritel di wilayah Jakarta bisa mencapai Rp 960 miliar akibat banjir pada Tahun Baru 2020.
Baca juga: Jakarta Floods, seperti Ini Media Internasional Beritakan Banjir Jakarta
Seperti dikutip dari pemberitaan Kontan, Kamis (2/1/2020), Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey menjelaskan, kerugian tersebut berdasarkan eskalasi perhitungan jumlah toko ritel yang tutup akibat banjir.
Selain itu, perhitungan juga dibuat dengan melihat jumlah penduduk yang terdampak banjir dan pengeluaran mereka pada setiap tahun baru.
Ada pun untuk area Jakarta saja, tercatat ada 300 toko yang tutup akibat banjir.
Dengan mengambil pengeluaran berbelanja terkecil, yakni Rp 100.000 dengan jumlah penduduk terdampak langsung sebanyak 32.000 jiwa maka kerugian mencapai Rp 960 miliar.
Lantas berapa nilai kerugian total banjir di Jakarta selama beberapa tahun terakhir?
Baca juga: Traveloka: Banjir, Booking Hotel Tak Sebanyak Tahun Lalu
Kerugian banjir besar di Jakarta
Berdasarkan catatan, dalam 20 tahun terakhir, terjadi beberapa kali banjir besar yaitu pada tahun 2002, 2007, dan 2013.
Dalam setiap bencana banjir, kendala yang selalu muncul pada penanggulangan banjir akhirnya berbanding lurus juga dengan nilai kerugian ekonomi yang terjadi.
Hal tersebut paling tidak tergambarkan dari pengalaman banjir skala besar di Ibu Kota dalam siklus 5 hingga 6 tahun sekali sejak tahun 2002.
Kerugian akibat banjir 2002, 2007, dan 2013
Mengutip pemberitaan Harian Kompas, Jumat (3/1/2020), pada tahun 2002, tercatat kerugian akibat banjir mencapai Rp 5,4 triliun.
Jumlah tersebut sekitar 57 persen dari total APBD DKI Jakarta pada tahun yang sama.
Lima tahun berikutnya, yakni tahun 2007, banjir tercatat menimbulkan kerugian di DKI Jakarta senilai Rp 5,2 triliun.
Lebih kurang seperempat dari total APBD DKI Jakarta tahun 2007.
Pada 2013, proporsi kerugian akibat banjir terhadap APBD DKI lebih rendah ketimbang dua periode banjir besar sebelumnya, yakni lebih kurang 15 persen.
Hanya saja, besaran kerugian secara nominal meningkat signifikan, mencapai Rp 7,5 triliun.
Kerugian di tiga banjir besar terakhir jika dikalkulasikan mencapai Rp 18,1 triliun.
Baca juga: Banjir Jabodetabek, Ini Daftar 13 SPBU yang Masih Belum Beroperasi
Lantas seberapa besarkah makna kerugian tiga banjir tersebut?
Masih mengutip Harian Kompas, jika digambarkan, angka kerugian akibat banjir itu setara lebih dari seperempat (25,8 persen) dari total alokasi dana desa 2019 yaitu senilai Rp 70 triliun.
Nilai kerugian dari tiga bencana banjir besar Jakarta ini jika dikonversi bisa dialokasikan untuk membangun 19.381 desa.
Kerugian lain yang harus ditanggung warga adalah kerugian dari sisi kegiatan ekonomi.
Proporsi kerugian ekonomi karena terhentinya aktivitas warga mencapai separuh lebih dari seluruh nilai kerugian banjir 2007.
Nilai kerugian yang berdampak pada swasta ataupun masyarakat akibat banjir Ibu Kota tahun 2007, mencapai 87 persen dari total kerugian banjir.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pihaknya masih menghitung kerugian berdasarkan laporan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB).
Pihaknya bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), BNPB, Kemensos, pemerintah provinsi, serta pemerintah daerah akan terus berkoordinasi untuk mulai bergerak mengatasi kerugian bencana banjir.
"Inilah salah satu pekerjaan rumah kita untuk menjaga risiko dari berbagai, apakah itu perumahan, fasilitas umum, infrastruktur agar mereka mampu mengatasi terhadap perubahan dari pola bencana alam atau pola iklim ini yang telah menyebabkan dampak terbesar," kata dia dalam pemberitaan Kompas.com, Kamis (2/1/2020).
Baca juga: Banjir Jakarta, Listrik di 322 Wilayah Jabodetabek Masih Padam
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.