KOMPAS.com - Tiga orang korban banjir di Jakarta meninggal dunia karena hipotermia.
Tiga korban tersebut adalah warga Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur.
Hipotermia biasanya berpotensi terjadi pada pendaki gunung. Namun, ternyata juga bisa terjadi saat banjir melanda sejumlah wilayah seperti saat ini.
Mengutip pemberitaan Kompas.com, Kamis (2/1/2020), Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB mengatakan, hipotermia sangat mungkin menyerang korban banjir.
"Ya karena hujan dan terkurung banjir sehingga suhu udara dingin. Belum lagi mereka bisa saja masih terkena hujan yang membuat bajunya basah yang memperburuk suhu tubuh turun," ujar Ari.
Baca juga: 3 Korban Banjir Jakarta Meninggal karena Hipotermia, Ini Tips Pencegahannya
Apa itu hipotermia? Bagaimana gejala dan cara mencegahnya?
Hipotermia merupakan kondisi mekanisme tubuh mengalami kesulitan untuk mengatur suhu tubuh pada tekanan suhu dingin.
Biasanya, tubuh manusia mampu mengatur suhu antara 36,5-37,5 derajat celcius pada zona termonetral.
Hipotermia terjadi karena kelelahan fisik, berendam di air dingin dalam jangka waktu cukup lama, terpapar udara dingin dan berangin, serta saat melakukan operasi.
Gejala hipotermia
Gejala hipotermia antara lain menggigil, pusing, halusinasi layaknya orang kesurupan, bicara menyeret, napas cepat, kulit dingin atau pucat.
Bagaimana menangani korban hipotermia?
Jika penderita hipotermia masih sadar, tidak kaku dan bisa membuka mulut, berikan minuman dan makanan hangat. Namun, hindari minuman berkafein.
Jika badannya basah, pindahkan orang yang mengalami dehidrasi ke lokasi yang kering. Lalu, ganti bajunya dengan baju kering.
Untuk menghangatkan badannya, bisa dengan metode skin to skin.
Baca juga: 4 Fakta soal Hipotermia yang Perlu Anda Tahu
Cara melakukan skin to skin, saling berpelukan tanpa memakai pakaian dalam di dalam sleeping bag atau selimut agar suhu tubuh kembali normal.
Saat melakukan ini, kedua orang harus memiliki jenis kelamin yang sama atau pasangan suami-istri agar tidak terjadi tindakan asusila.
Utamakan menghangatkan dada dan kepala korban dulu. Hindari menghangatkan tangan dan kaki, karena bisa memicu syok.
Perlu diperhatikan, kondisi hipotermia tidak bisa dianggap enteng. Penanganan yang tepat bisa menyelamatkannya.
Berikut ini hal-hal yang sebaiknya dihindari:
- Jangan merendam korban dengan air hangat atau panas
- Jangan berikan alkohol dan minuman berkafein
- Hindari menempelkan koyo atau kompres panas pada tubuh korban, seperti dada, ketiak, leher, dan pangkal paha.
Pencegahan
Tak hanya masyarakat yang terjebak banjir yang bisa mengalami hipotermia. Relawan yang datang menolong juga berpotensi mengalaminya.
Menurut Emergency Management British Columbia (2012), ada beberapa rekomendasi untuk orang-orang yang berada di lingkungan dingin.
Salah satunya mengenakan pakaian tiga lapis, yang terdiri dari:
- Lapisan paling luar untuk menahan angin
- Lapisan tengah gunakan wol untuk menyerap keringat dan memberikan isolator bila basah
- Lapisan dalam adalah katun atau tenun sintetik untuk memberikan ventilasi. Sebaiknya kenakan topi.
Lebih dari 40 persen panas tubuh hilang ketika kepala terbuka, jadi selalu sediakan pakaian kering sebagai ganti bila pakaian basah.
Ingat, jangan mengenakan pakaian ketat. Pakaian longgar baik untuk memberikan ventilasi.
(Sumber: KOMPAS.com (Retia Kartika Dewi | Editor: Sari Hardiyanto, Resa Eka Ayu Sartika)