Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Bipolar dari Faktor Genetik, Risiko hingga Pengobatannya

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Bipolar
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Pengusaha muda Medina Zein mengaku bahwa ia mengidap penyakit kesehatan mental, bipolar, sejak tiga tahun terakhir.

Bipolar adalah gangguan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati, mulai dari posisi terendah deresif hingga tertekan ke posisi tertentu.

Menurut Medina, bipolar yang dialaminya karena faktor genetik.

Benarkah bipolar dapat diturunkan dari orangtua kepada anak?

Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa di RS Gading Pluit, Kelapa Gading, Jakarta Utara, dr. Dharmawan menjelaskan, bipolar genetik artinya tak harus selalu diturunkan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisa juga bawaan.

"Gangguan jiwa seperti bipolar, depresi memang memiliki bawaan genetik. Genetik ini tidak harus diturunkan, melainkan juga bisa bawaan," ujar Dharmawan saat dihubungi Kompas.com pada Sabtu (4/1/2020).

Baca juga: Bisa Tiba-tiba Senang atau Sedih Sekali, Ini Jenis Bipolar yang Perlu Diketahui

Bipolar bawaan, lanjut Dharmawan, dibawa sendiri oleh penderitanya.

"Tak tahu dari mana gennya itu," ujar dia.

Menurut Dharmawan, sampai saat ini masyarakat mengetahui ada kelainan genetik, tetapi belum dapat mengisolasi gen spesifik yang menyebabkan gangguan bipolar.

Adapun bipolar ada beberapa jenis, yakni bipolar 1, bipolar 2, dan rapid cycling.

Perbedaan yang paling jelas dari jenis tersebut yakni:

Dharmawan menjelaskan, pembagian jenis bipolar itu sebaiknya tidak untuk self diagnose, melainkan untuk ditangani oleh psikiater.

Benarkah bisa diobati dengan amfetamin?

Terkait pengobatan, Dharmawan mengatakan, pada umumnya bipolar dapat diobati dengan mood stabilizer, anti-depresan, dan anti-psikotik.

Pengobatannya, kata Dharmawan, bukan dengan obat yang bersifat stimulan, misalnya amfetamin dan methylphenidate.

Dalam kasus Medina Zein, ia mengaku bahwa amfetamin yang dikonsumsinya adalah obat bipolar yang didapatkannya melalui resep dokter.

"Jika mengonsumsi bisa buat nambah manik (euphoria). Stimulan untuk depresi hanya terapi tambahan," ujar Dharmawan. 

Baca juga: Medina Zein Mengaku Bipolar, Apa Itu Bipolar, dan Bagaimana Gejalanya?

Mengenai amfetamin yang digunakan oleh penderita bipolar, dokter spesialis kejiwaan dr. Heriani, SpKJ(K) mengatakan, amfetamin merupakan stimulan yang dapat dipakai untuk menangani gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.

"Jadi kalau orang minum amfetamin untuk terapi bipolar, kok aneh. Kalau amfetamin menyebabkan gejala mirip bipolar saat fase manik, itu masuk akal," ujar Heriani saat dihubungi Kompas.com, secara terpisah, Sabtu (4/1/2020).

Ia juga mengungkapkan, gangguan bipolar memang belum jelas penyebabnya. Namun, diyakini gabungan antara faktor genetik dan lingkungan sebagai pemicunya.

Risiko biologis

Sementara itu, dokter spesialis kejiwaan Gina Anindyajati menjelaskan, seseorang dapat mengalami gangguan bipolar jika memiliki risiko biologis, psikologis, maupun sosial.

"Risiko biologis misalnya riwayat keluarga yang juga memiliki gangguan jiwa (termasuk bipolar), adanya masalah perkembangan otak saat dalam kandungan, persalinan, maupun saat tumbuh kembang," ujar Gina kepada Kompas.com, Sabtu (4/1/2020).

Menurut dia, risiko biologis lainnya, misalnya, adanya infeksi atau trauma kepala.

Apakah jika orangtua dengan bipolar akan menurunkan bipolar kepada anaknya?

Gina menjelaskan, hal itu belum tentu terjadi.

Berdasarkan penelitian Fusar-Poli tahun 2012, risiko timbulnya gangguan bipolar adalah 15-30 persen pada orang dengan riwayat orangtua yang menderita bipolar.

Risiko ini masih dipengaruhi oleh perkembangan psikologi dan kondisi sosial.

"Bisa saja, meski orangtua mengalami gangguan bipolar, si anak tetap sehat dan tidak mengalami gangguan," ujar Gina.

Sementara, orang dengan bipolar, baik karena memiliki risiko biologis, psikologis, maupun sosial, terapi dilakukan dengan mengikuti panduan yang telah ditentukan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi