Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laut Natuna Kembali Jadi Sengketa, Berapa Nilai Proyek China di Indonesia?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/HADI MAULANA
Sejumlah KIA asing yang berhasil ditangkap kapal pengawasan perikanan. Saat ini KIA asing tersebut kembali merajalela melakukan pencurian ikan di perairan Natuna.
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Indonesia kembali menghadapi konflik dengan China terkait Perairan Natuna.

Konflik dipicu masuknya kapal berbendera China ke Perairan Natuna tanpa izin. Pemerintah pun mulai menentukan sikap terkait persoalan tersebut.

Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menilai masuknya kapal ikan asing ke Perairan Natuna dinilai menjadi peringatan bagi Indonesia untuk lebih memperketat pertahanan serta pengawasan.

"Sebenarnya enggak usah dibesar-besarin lah. Soal kehadiran kapal itu (di Natuna), sebenarnya kita juga kekurangan kemampuan kapal untuk melakukan patroli di ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif)," ujar Luhut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sementara Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto memastikan, penangkapan tiga kapal asing asal China yang melalui Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Perairan Natuna tidak akan menghambat investasi dengan China.

"Ya saya rasa harus kita selesaikan dengan baik. Bagaimana pun China adalah negara sahabat," ucap dia. 

Lantas, berapa nilai investasi China di Indonesia?

Baca juga: China Klaim Punya Hak di Perairan Natuna, Apa Itu Nine-Dash Line?

Nilai investasi China di Indonesia

China masuk dalam tiga besar negara dengan realisasi investasi tertinggi di Indonesia.

Berdasarkan data Badan Koordinator dan Penanaman Modal (BKPM) realisasi investasi dari China di Indonesia selama triwulan ketiga 2019 mencapai 1,023 miliar dollar AS atau sekitar Rp 14,322 triliun (kurs Rp 14.000).

Nilai tersebut membuat China berada di posisi ketiga dengan realisasi investasi terbesar di Indonesia. 

Jumlah proyek China di Indonesia mencapai 555 proyek.

Sementara realisasi investasi China pada periode Januari hingga September 2019 mencapai 3,313 miliar dollar AS atau Rp 46,382 triliun. 

Jumlah proyek China di Indonesia pun mencapai 1.619 proyek.

Jumlah tersebut membuat China berada di posisi kedua setelah Singapura, negara dengan realisasi investasi terbanyak di Indonesia.

Baca juga: Menyelisik Klaim China atas Laut Natuna...

Nilai realisasi investasi Singapura di Indonesia selama periode tersebut mencapai 5,38 miliar dollar AS atau Rp 75,32 triliun dengan total 4.955 proyek.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan juga pernah berkomentar bahwa negara China banyak berinvestasi di Indonesia.

Bahkan, saat Luhut bertemu dengan Presiden China Xi Jinping, pada awal bulan November 2019 lalu, menurutnya China berkomitmen menjadi investor terbesar di Indonesia.

Luhut mengatakan, investasi yang ditanamkan Singapura ke RI juga ternyata banyak dari China sehingga secara tidak langsung China memiliki investasi yang cukup besar di Indonesia.

"Tapi dana China banyak juga masuk dari Singapura. Jadi, saya rasa tetap China investor terbanyak ke Indonesia," kata Luhut dikutip dari pemberitaan Kompas.com, 10 Desember 2019.

Baca juga: Kapal Asing Terobos Natuna, TNI Kerahkan Pasukan hingga Alutsista

Proyek China di Indonesia

Selain berinvestasi, China juga banyak mendanai proyek infrastruktur di Indonesia.

Salah satunya proyek Bendungan Pelosika di Sulawesi Tenggara yang melibatkan pemerintah China.

Pemerintah China memberikan dana hibah sebesar 28,19 juta RMB Yuan atau sekitar Rp 56,1 miliar.

Sementara konstruksi Bendungan Pelosika dijadwalkan untuk dimulai pada 2020.

Mengutip dari pemberitaan Kontan, 9 April 2019, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menyepakati enam proyek dalam program Global Maritime Fulcrum-Belt and Road Initiative (BRI)B alias jalur sutera modern.

Enam proyek tersebut adalah Kawasan Industri Kuala Tanjung (Sumatera Utara), Pelabuhan Kuala Tanjung, Kawasan Industri Kualanamu, proyek energi bersih Sungai Kayan (Kalimantan Utara), Kura-kura Island Tech Park (Bali) dan program peremajaan perkebunan kelapa sawit.

Total nilai enam proyek tersebut mencapai 5 hingga 6 miliar dollar AS atau Rp 70 hingga 84 triliun (kurs Rp 14.000). 

Baca juga: Jaga Kedaulatan Wilayah, TNI Siaga Tempur di Natuna

Selain itu, salah satu proyek infrastruktur yang digarap oleh pemerintah China dan Indonesia adalah Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB).

Proyek ini digarap oleh PT Kereta Cepat Indonesia China.

PT KCIC merupakan konsorsium BUMN, PT Pilar Sinergi BUMNB dengan porsi kepemilikan saham 60 persen, dan konsorsium China Beijing Yawan HSR Co. Ltd, dengan porsi 40 persen.

Sementara PT Pilar Sinergi BUMN terdiri dari gabungan BUMN meliputi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk sebagai pemimpin proyek.

Anggotanya antara lain PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero), serta PT Kereta Api Indonesia (Persero).

Sedangkan Beijing Yawan HSR Co Ltd terdiri dari China Railway International Co Ltd, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, CRRC Corporation Limited, dan China Railway Signal and Communication Corp.

Baca juga: Mengenal Kabupaten Natuna, Ada di Jalur Pelayaran Internasional dengan Wilayah Lautan Seluas 98,84 Persen

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi