Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Disalahkan Saat Banjir, Bagaimana Ciliwung dari Masa ke Masa?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/AFDHALUL IKHSAN
Sejumlah anak-anak berenang dan menemukan sampah plastik di bantaran Sungai Ciliwung yang tercemar gunung sampah yang ada di Kampung Kedunghalang Lebak, Desa Cilebut Timur, Kecamatan Sukaraja, Bogor, Jawa Barat, Rabu (25/9/2019).
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sungai Ciliwung kerap menjadi pembahasan ketika terjadi banjir di Jakarta dan sekitarnya.

Memiliki panjang 120 kilometer, Sungai Ciliwung melintasi Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Jakarta.

Eksistensi Sungai Ciliwung sendiri jauh telah ada sejak Indonesia belum merdeka.

Di awal abad 20, Ciliwung masih berupa sungai yang jernih tanpa sampah. Banyak warga yang memanfaatkan aliran sungai ini untuk kebutuhan sehari-hari dan berenang sesuka hati.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang dengan leluasa terjun dari atas jembatan menikmati segarnya aliran Sungai Ciliwung, seperti yang digambarkan oleh Mahbub Djunaidi dalam artikelnya "Asal-usul: Batavia" yang diterbitkan oleh Harian Kompas, 28 November 1993.

Hal yang tak banyak diketahui tentang Sungai Ciliwung adalah hampir semua situs prasejarah Jakarta ada di pinggirian Sungai Ciliwung.

Harian Kompas, 19 Juli 1977 memberitakan, banyaknya situs prasejarah ini menegaskan bahwa eksistensi Sungai Ciliwung sudah berabad-abad tahun yang lalu.

Penggalian tahun 1964, 1969, dan 1970 di daerah Buni dan sekitarnya berhasil menemukan benda-benda prasejarah, seperti gerabah dalam berbagai bentuk, beliung persegi, alat-alat dari logam dan besi, gelang dari batu pasir dan gelas, perhiasan dari emas, bandul jaring, manik-manik, dan tulang belulang manusia.

Baca juga: PNS Korban Banjir Bisa Ajukan Cuti, Bagaimana Mekanismenya?

Keranjang sampah

Sementara penggalian di Kelapadua menemukan kapak persegi, gerabah yang terdiri dari pecahan periuk, cawan dan pedupaan, batuh asahan, serpihan batu, gelang batu dan manik-manik.

Selain dua tempat itu, terdapat delapan tempat lain yang menyimpan situs prasejarah di sepanjang pinggiran Ciliwung.

Seiring berjalannya waktu, Sungai Ciliwung tak hanya berfungsi sebagai sumber kehidupan, tetapi juga keranjang sampah Jakarta.

Harian Kompas, 5 Juni 1979 memberitakan, sampah plastik mulai banyak memenuhi air sungai dan bergantungan di antara dahan-dahan pohon sepanjang Sungai Ciliwung.

Semua jenis plastik dan kaleng digunakan masyarakat sehari-hari bisa ditemukan di sungai ini.

Tak hanya itu, penggalian liar untuk mencari batu dan pasir juga mulai banyak ditemukan.

Baca juga: Disebut RK Mampu Kurangi Dampak Banjir Jakarta, Berikut Fakta soal Bendungan Ciawi dan Sukamahi

Pencemaran Limbah

Pencamaran limbah pabrik pun mulai menjadi ancaman bagi warga sekitar sungai.

A Hadyana Pudjaatmaka dalam artikelnya "Beberapa Pencemaran Air Ciliwung oleh Pabrik" yang diterbitkan oleh Harian Kompas, 30 Agustus 1997 menyebutkan Sungai Ciliwung telah tercemari oleh beberapa jenis pabrik.

Ada lima jenis pabrik yang diketahui telah menyumbang angka pencemaran, yaitu pabrik tekstil, pabrik farmasi, pabrik ban, pabrik susu, dan pabrik kulit.

Jumlah penduduk yang terus bertambah juga memaksa ukuran sungai itu terus terkikis karena bangunan-bangunan liar.

Hingga saat ini, Sungai Ciliwung masih menanggung derita akibat sampah dan limbah.

Bahkan, Sungai yang dulu pernah menjadi jantung peradaban ini sering disalahkan atas banjir yang menggenangi Ibu Kota.

Baca juga: Cerita soal Banjir Jakarta, dari Rebutan Sampah hingga Evakuasi Tahanan KPK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi