Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Latte Factor, Pengeluaran Kecil yang Membuat Keuangan Tekor

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Pengeluaran rutin untuk hal-hal kecil yang tidak penting tanpa kita sadari justru menjadi penyebab tekornya kondisi keuangan. 

Konsep ini merupakan bagian dari The Latte Factor, yang dipopulerkan oleh David Bach.

Pada dasarnya, konsep yang diangkat oleh Bach dalam teorinya cukup sederhana. 

Ia menggunakan kata Latte yang diasosiasikan dengan kebiasaan orang-orang yang menghabiskan uang secara rutin untuk mengonsumsi kopi kekinian. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Bach, ini menjadi sebuah contoh pengeluaran rutin yang jika diakumulasi akan membuat pengeluaran menjadi besar. 

Baca juga: Sambut 2020, Bagaimana Perencanaan Keuangan yang Baik?

Apa saja yang menjadi Latte Factor?

Melansir Business Insider, Latte Factor adalah tentang pengeluaran-pengeluaran kecil yang tidak terpikirkan setiap bulannya.

Orang-orang menghabiskan uang karena terbiasa, alasan kenyamanan, hingga alasan emosional.

Bach menyebut salah satu yang menjadi Latte Factor adalah kopi. 

Ilustrasinya, jika setiap hari seorang pekerja memiliki kebiasaan membeli kopi kekinian sekitar Rp 18.000 per cup, maka dalam 24 hari kerja dia menghabiskan Rp 432.000 ribu per bulan hanya untuk membeli kopi. 

Nah, inilah yang disebut Latte Factor. 

Meminimalkan Latte Factor bukan berarti melarang orang minum kopi. Tetapi, pecinta kopi bisa membeli kopi bubuk dan menyeduhnya sendiri agar lebih hemat. 

Dalam lamannya, Bach mengungkapkan bahwa Latte Factor bukan hanya kopi. 

Latte factor bisa macam-macam, mulai dari biaya membeli air mineral kemasan, belanja cemilan, hingga biaya transfer antar bank. Setiap orang memiliki Latte Factor-nya masing-masing.

Survei yang dilakukan Bank Permata pada tahun 2017 menunjukkan sejumlah pengeluaran yang sering dilakukan dan tergolong sebagai Latte Factor.

Pengeluaran-pengeluaran tersebut terdiri atas:

  • Biaya transfer antar ATM dan tarik tunai beda bank
  • Belanja di luar belanja bulanan (baju, sepatu, lipstik, dll)
  • Biaya administrasi bank
  • Makanan dan minuman ringan
  • Taksi atau transportasi online
  • Air mineral
  • Kopi 
  • Rokok

Pengeluaran secara rutin untuk hal-hal di atas jika diakumulasikan akan menjadi pengeluaran yang besar. 

Dana untuk pengeluaran tersebut pun bisa dialihkan untuk hal-hal lain yang lebih menguntungkan. Di antaranya berinvestasi guna mendapatkan return atau imbal hasil. 

Baca juga: Stres Kondisi Keuangan Tak Menentu? Ini Cara Mengatasinya

Kunci Latte Factor

Kunci utama dari dari Latte Factor adalah bahwa kebanyakan uang yang dihabiskan tersebut tidak benar-benar menambah kebahagiaan hidup.

Seringkali seseorang berpikir bahwa pengeluaran kecil tertentu dapat menambah kebahagiaan hidupnya. Akan tetapi, pada kenyataannya, efek dari pengeluaran tersebut terhadap kebahagiaan tidak begitu besar. 

Latte Factor bukanlah tentang mengorbankan kebahagiaan dari "Latte" atau pengeluaran lain sehari-hari. Akan tetapi, tentang memahami apa yang benar-benar memberi nilai. 

Mengutip Forbes, Bach mengatakan bahwa kesederhanaan adalah yang terpenting. 

"Biasanya, ini (kesederhanaan) merupakan ide paling sederhana yang mengubah hidup seseorang, bukan hal-hal rumit lain," kata Bach.

Nilai "Latte" mungkin dapat sangat berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.

Jika orang-orang memikirkan dengan matang hingga pada pengeluaran terkecil dari uang yang dimiliki, tidak akan terjadi pengeluaran pada hal-hal yang tidak menambah nilai secara signifikan pada hidup.

Apabila diaplikasikan dengan benar, Latte Factor tersebut dapat memotong pengeluaran yang tidak begitu penting.

Dalam jangka panjang, upaya ini juga dapat memberikan dampak yang besar pada kondisi keuangan pribadi. 

Baca juga: Ini Pentingnya Bikin Perencanaan Keuangan Sejak Muda...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi