Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampanye "No Plastic Bag", Begini Cara Warga Thailand Bawa Barang Belanjaan

Baca di App
Lihat Foto
AFP
Seorang lelaki membawa barang belanjaan menggunakan rak susun yang terbuat dari bahan jaring.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Thailand baru saja memulai kampanye pengurangan penggunaan plastik di negaranya per 1 Januari 2020.

Kampanye ini merupakan simulasi sebelum peraturan tersebut sepenuhnya diberlakukan pada 2021.

Melnsir Reuters, pada awal tahun ini, sebagian besar pertokoan di Thailand sudah mulai meniadakan penggunaan plastik sekali pakai.

Salah satunya toko waralaba 7-Eleven.

Aksi ini sebagai tindak lanjut atas imbauan pemerintah untuk mulai membiasakan diri meninggalkan plastik untuk mengurangi sampah yang pada akhirnya bermuara di lautan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesadaran masyarakat Thailand terhadap kerusakan lingkungan mulai tumbuh beberapa tahun ini, setelah ditemukan sejumlah kasus binatang mati dengan ditemukan sampah plastik di dalam perutnya.

Baca juga: Selain Jadi Bahan Bakar Pabrik Tahu, 4 Cara Lain Kelola Sampah Plastik

Menyikapi kampanye yang terus digencarkan oleh pemerintah, masyarakat Thailand mendukungnya dengan cara mengganti penggunaan kantong plastik saat berbelanja dengan berbagai alat pengganti yang cukup unik.

Dalam sejumlah foto yang beredar, ada yang menggunakan jemuran baju, gerobak semen, karung, ember, dan sebagainya.

Foto-foto warga yang tengah berbelanja dengan alat-alat unik ini pun banyak menyebar di dunia maya, seperti Twitter dan Instagram.

Diberitakan Channel  News Asia, Jumat (3/1/2020), masyarakat banyak yang mengunggah kegiatan belanja mereka di media sosial.

Dari foto-foto itu, mereka memanfaatkan berbagai barang sebagai pengganti kantong plastik.

Sebelumnya, rata-rata orang diperkirakan menggunakan 8 kantong plastik per harinya.

Sebenarnya kantong plastik masih ada di toko-toko di Thailand, hanya saja konsumen yang akan menggunakannya harus membayar biaya lebih.

Oleh karena itu, para pembeli banyak yang lebih memilih membawa peralatan dari luar toko dan mengunggahnya di media sosial daripada membayar untuk mendapatkan kantong plastik.

Misalnya, seorang laki-laki yang membawa rak susun yang terbuat dari kain jaring berlubang.

"Ini biasanya dipakai untuk melindungi makanan dari lalat," kata dia.

Ada juga yang membawa gerobak yang biasa digunakan untuk mengangkut bahan bangunan. Gerobak itu digunakan untuk membawa barang belanjaannya.

Baca juga: Pabrik Tahu Gunakan Sampah Plastik sebagai Bahan Bakar, Ini Rekomendasi IPEN

Masyarakat mengaku siap untuk perubahan ini.

Para pemerhati lingkungan mengapresiasi larangan yang dikeluarkan Pemerintah Thailand dan menyebutnya sebagai langkah awal yang penting.

Namun, masih banyak hal lain yang harus dilakukan untuk benar-benar menghilangkan kebiasaan yang sudah berlangsung lama di masyarakat, terkait penggunaan plastik sekali pakai.

Bukan hal mudah

Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan Thailand, Varawut Silpa-Archa menyebutkan, kampanye ini dilakukan karena buruknya peringkat negaranya sebagai penyumbang sampah di lautan.

"Thailand menempati posisi ke-6 sebagai negara di dunia yang paling banyak menyebabkan sampah di lautan. Selama 5 bulan, kita sudah turun di peringkat ke-10. Terima kasih untuk masyarakat Thailand yang kooperatif," kata dia, Rabu (1/1/2020), seperti dikutip dari Reuters.

Kementerian terkait menyebut Thailand sudah mengurangi penggunaan kantong plastik sebanyak 5.765 ton selama fase pertama kampanye pengurangan plastik pada 2019.

Di fase itu, toko-toko masih menyediakan plastik, tetapi konsumen sudah mulai memiliki kesadaran untuk menolaknya.

Menurut dia, bukan hal mudah mengubah cara berpikir dan perilaku masyarakat yang sebelumnya sudah terbiasa menggunakan kantong plastik.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 4 Cara Kelola Sampah Plastik

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi