Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Respons Para Pemimpin Dunia terhadap Kematian Qasem Soleimani

Baca di App
Lihat Foto
AFP/ISNA/MEHDI GHASEMI
Foto yang diambil pada 14 September 2013, menunjukkan Komandan Pasukan Quds, cabang dari Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Qasem Soleimani, ketika mendapat ucapan belasungkawa atas kematian ibunya di Teheran. Soleimani tewas dalam serangan yang diperintahkan Presiden AS Donald Trump di Baghdad, Irak, pada 3 Januari 2020.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Pasca terbunuhnya Qasem Soleimani dalam sebuah serangan di Bandara Baghdad atas perintah Presiden AS Donald Trump, para pemimpin negara di dunia telah memberikan responsnya. 

Kebanyakan mengungkapkan kekhawatiran bahwa kejadian ini dapat memicu eskalasi serius di kawasan tersebut dan berpotensi mengarahkan kepada perang.

Melansir Al Jazeera, berikut respons-respons dari para pemimpin negara-negara di dunia:

1. Iran

Setelah terjadinya serangan yang menewaskan Soleimani, Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan AS akan pembalasan dendam yang berat.

Sementara, Menteri Luar Negeri Iran Javed Zarif juga merespons peristiwa ini dengan unggahan di Twitter yang berbunyi:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tindakan terorisme internasional AS, yang menargetkan dan membunuh Jenderal Soleimani (pasukan paling mengesankan dalam memerangi Daesh (ISIS), Al Nusrah, Al Qaeda), adalah tindakan paling berbahaya dan eskalasi yang bodoh," tulisnya.

2. Irak

Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi mengutuk serangan AS tersebut. Ia menyebutnya sebagai "agresi" terhadap Irak dan akan memicu terjadinya perang.

"Pembunuhan seorang komandan Irak adalah agresi terhadap Irak sebagai negara, pemerintah, dan rakyat," kata Abdul Mahdi dalam sebuah pernyataan.

Menurut dia, melakukan operasi likuidasi fisik terhadap tokoh-tokoh Irak atau negara saudara di tanah Irak adalah sebuah pelanggaran besar terhadap kedaulatan Irak. 

"Serangan ini menjadi eskalasi berbahaya yang memicu perang destruktif di Irak dan juga dunia," kata Abdul Mahdi.

Ia menambahkan, serangan ini juga merupakan sebuah pelanggaran yang dilakukan terang-terangan terhadap syarat diizinkannya pasukan AS di tanah Irak.

Baca juga: Saat-saat Terakhir sebelum Serangan AS Menewaskan Qasem Soleimani...

3. Suriah

Pemerintah Suriah menuduh Washington berusaha menyulut konflik di Timur Tengah. 

"Suriah yakin bahwa agresi AS yang pengecut ini hanya akan memperkuat tekad untuk mengikuti jejak perlawanan para martir," kata seorang pejabat Kementerian Luar Negeri sebagamana dikutip dalam Al Jazeera.

Ia juga menggambarkan bahwa peristiwa yang menewaskan Soleimani adalah situasi eskalasi serius di kawasan tersebut. 

4. Israel

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyuhu mengatakan, AS memiliki hak untuk mempertahankan diri dengan membunuh Soleimani.

"Sama seperti Israel yang memiliki hak untuk membela diri, AS memiliki hak yang sama persis," kata Netanyahu.

Menurut dia, Soleimani bertanggung jawab atas kematian warga Amerika dan banyak orang tak berdosa lainnya. 

"Dia merencanakan lebih banyak serangan semacam itu," kata Netanyahu.

5. Turki

Kementerian Luar Negeri Turki menilai, pembunuhan Soleimani akan meningkatkan rasa tidak aman dan ketidakstabilan di dalam kawasan. 

Dalam sebuah keterangan tertulis, kementerian menyampaikan keprihatinannya atas meningkatnya ketegangan AS dan Iran. 

Menurut pernyataan dalam keterangan tersebut, mengubah Irak menjadi sebuah daerah konflik akan merusak perdamaian dan stabilitas di wilayah. 

"Turki selalu menentang intervensi asing, pembunuhan, dan konflik sektarian di kawasan itu," tulis kementerian dalam keterangannya.

Baca juga: Jenderal Qasem Soleimani dan Pasang Surut Hubungan AS-Iran...

6. Rusia

Moskow memperingatkan, pembunuhan Soleimani akan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.

Mengutip Al Jazeera, Kementerian Luar Negeri Rusia juga mengungkapkan pembunuhan Soleimani sebagai langkah yang akan meningkatkan ketegangan di seluruh wilayah.

"Soleimani mengabdi untuk tujuan melindungi kepentingan nasional Iran. Kami menyatakan belasungkawa tulus kepada rakyat Iran," ungkap pihak Kementerian Luar Negeri sebagaimana diberitakan Al Jazeera.

7. China

Pihak China juga turut merespons penyerangan AS yang membunuh Soleimani. 

"Kami mendesak pihak-pihak terkait, terutama AS, untuk tetap tenang dan menahan diri agar menghindari ketegangan yang semakin meningkat," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang seperti dikutip Al Jazeera. 

Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan bahwa AS seharusnya tidak menyalahgunakan kekuatan dan seharusnya mencari solusi melalui dialog.

8. Jerman

Juru Bicara Kanselir Jerman, Ulrike Demmer, mendesak dilakukannya deeskalasi.

"Kita berada pada titik eskalasi yang berbahaya. Sekarang, yang terpenting adalah upaya kehati-hatian dan pengendalian diri untuk berkontribusi melakukan deekskalasi," kata Demmer.

Menteri Luar Negeri Heiko Maas mengatakan bahwa tujuannya sakrang adalah untuk mencegah terjadinya eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah.

Baca juga: Iran-AS Makin Panas, Ribuan Pelayat Iringi Proses Pemakaman Qasem Soleiman

9. Inggris

Sekretaris Negara untuk Urusan Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, mendesak seluruh pihak untuk melakukan deeskalasi.

"Kami selalui memperhatikan ancaman agresif yang ditimbulkan oleh pasukan Quds Iran yang dipimpin oleh Qasem Soleimani. Setelah kematiannya, kami mendesak semua pihak untuk melakukan deeskalasi. Konflik lebih lanjut bukan merupakan kepentingan kami," kata Raab dalam sebuah pernyataan. 

10. Perancis

Prioritas Perancis adalah menstabilkan Timur Tengah.

"Apa yang terjadi adalah apa yang kami takutkan, ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran meningkat," kata Sekretaris Negara Perancis untuk Eropa Amelie de Montchalin sebagaimana dikutip dalam Al Jazeera. 

Menurut Mochtalin, Presiden Perancis Emmanuel Macron akan segera berkonsultasi dengan "para pemain di kawasan tersebut."

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi