Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran-AS Kian Panas, Apa Dampaknya ke Harga BBM dan Tarif Listrik di Indonesia?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi kenaikan harga minyak dunia
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Memanasnya situasi konflik Iran dengan Amerika Serikat membuat harga minyak dunia meningkat.

Konflik antara dua negara ini dikarenakan tewasnya Qasem Soleimani akibat serangan udara yang diluncurkan Amerika Serikat atas perintah Presiden AS, Donald Trump.

Dikabarkan, harga minyak dunia menembus level 70 dollar AS per barel pada Senin (6/1/2020).

Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira, ketegangan antara dua negara ini akan berdampak pada kenaikan harga minyak dunia. 

Selanjutnya, meroketnya harga minyak dunia dapat berimbas pada harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif listrik. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebab, harga minyak dunia berpengaruh terhadap formula pembentuk harga BBM dan tarif listrik di Indonesia. 

"Paling cepat dirasakan ke harga minyak mentah dunia yang meroket berimbas pada beban subsidi BBM (bahan bakar minyak) dan tarif listrik yang bengkak di awal 2020," kata Bhima saat dihubungi Kompas.com, Senin (6/1/2020) sore.

Bhima menjelaskan, asumsi harga minyak Indonesian Crude Price (ICP) tahun 2020 dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah 63 dollar per barel.

Sementara harga acuan Brent hari ini, 6 Januari 2020, telah mencapai 70,24 dollar AS per barel.

Di sisi lain, harga BBM non subsidi jenis Pertamax maupun Pertamina Dex pun berisiko mengalami penyesuaian setelah sebelumnya turun di awal Januari 2020. 

Hal tersebut dapat berujung pada inflasi yang lebih tinggi dibandingkan tahun 2019 lalu.

Baca juga: Konflik Iran-AS Kian Panas, Harga Minyak Dunia Tembus 70 Dollar AS Per Barel

Adanya inflasi dapat berdampak terhadap kenaikan harga bahan pokok di Indonesia. 

Bhima menambahkan, jika tekanan harga kebutuhan pokok naik, akan membuat daya beli tertekan dan pertumbuhan ekonomi diprediksi merosot di bawah 4,8 persen.

"Kalau di pasar keuangan dampaknya adalah volatilitas yang membahayakan ekonomi dalam jangka panjang," tuturnya.

Ini akan berdampak pada investor yang merasa takut untuk berinvestasi ke pasar negara berkembang.

Bhima menyampaikan, terdapat kecenderungan investor semakin bermain aman, semisal membeli dollar atau emas. Harga emas dunia telah naik 3,5 persen dibandingkan pekan lalu menjadi 1.572 dollar AS per ons.

"Dan dollar index menguat tipis 0,85 persen menjadi 96,8 dalam sepekan terakhir," papar dia.

"Harga BBM dan listrik berisiko naik, daya beli merosot, rupiah melemah, investor mnyimpan di aset aman, dan kinerja ekspor maupun investasi makin berat," lanjut Bhima.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Harga Minyak jika Pecah Perang AS-Iran?

Lantas, apa yang seharusnya dilakukan pemerintah?

Bhima menyarankan, pemerintah dapat menekan ketergantungan dalam hal mengimpor BBM.

"Pemerintah perlu mempercepat pembangunan kilang, dan implementasi teknis B30," ujar dia.

Selain itu, pemerintah harus memastikan daya beli masyarakat terjaga, dengan mendorong stimulus fiskal khususnya pada masyarakat rentan miskin dan miskin.

Bhima memandang, pemerintah juga perlu melakukan perubahan APBN 2020.

Hal itu dilakukan agar asumsi makro, khususnya harga minyak disesuaikan dan alokasi subsidi BBM, listrik, dan LPG 3 kilogram dapat ditambah.

Selain itu, lanjut Bhima, pemerintah dapat mendorong korporasi yang meminjam utang dengan valas agar melakukan lindung nilai atau hedging, antisipasi pelemahan kurs rupiah.

Baca juga: Harga BBM Turun Saat Minyak Dunia Melonjak, Ini Kata Kementerian ESDM

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi