Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Markas Militer AS Dihantam Rudal, Iran Simpan Cadangan Minyak Ratusan Miliar Barel

Baca di App
Lihat Foto
Thinkstockphotos
Ilustrasi produksi minyak
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

 

KOMPAS.com - Ketegangan masih terus terjadi di kawasan Timur Tengah pasca-serangan AS yang menewaskan Jenderal Iran Qasem Soleimani, di Bandara Baghdad.

Setelah itu, Iran membalas dengan menghantamkan puluhan rudal ke markas militer AS di Irak. 

Konflik di Timur Tengah turut berdampak terhadap berbagai aspek. Salah satunya adalah harga minyak dunia. 

Komoditas penting tersebut terus bergejolak. Sebab, wilayah Timur Tengah merupakan produsen minyak terbesar di dunia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran juga menjadi salah satu penghasil minyak terbesar dengan cadangan raksasa. 

Lantas, berapa jumlah cadangan minyak Iran? 

Cadangan minyak Iran

Melansir Forbes, Timur Tengah memproduksi sekitar sepertiga dari total minyak bumi dunia.

Adapun peringkat negara penghasil minyak dunia berdasarkan data tahun 2018 adalah sebagai berikut:

  1. Arab Saudi (12,3 juta barel per hari)
  2. Iran (4,7 juta barel per hari)
  3. Irak (4,6 juta barel per hari)
  4. UEA (3,9 juta barel per hari)
  5. Kuwait (3,0 juta barel per hari)
  6. Qatar (1,9 juta barel per hari)

Berdasarkan data tersebut, Iran menjadi produsen minyak terbesar kedua di Timur Tengah.

Melansir laman Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), cadangan minyak mentah Iran tahun 2018 mencapai 155,6 miliar barel.

Mengutip CNBC, saat ini Iran menjadi negara dengan cadangan minyak terbesar keempat di dunia setelah Venezuela, Arab Saudi, dan Kanada.

Di akhir November 2019, Iran juga kembali menemukan sebuah ladang minyak baru dengan cadangan minyak hingga 50 miliar barel.

Ladang minyak yang baru ditemukan memiliki luas sekitar 2.400 kilometer persegi dengan kedalaman sekitar 80 meter.

Baca juga: Iran Serang Pangkalan Militer AS, Harga Minyak Berpotensi Tembus 90 Dollar AS Per Barel

Cadangan minyak Indonesia

Total cadangan minyak bumi di Iran jumlahnya puluhan kali lebih besar dibandingkan yang dimiliki Indonesia. 

Bandingkan, sementara Iran memiliki cadangan minyak sebesar 155,6 miliar barel, Indonesia hanya mempunyai 3,3 miliar barel hingga akhir 2018. 

Besarnya cadangan tersebut menjadikan Indonesia masuk ke dalam 20 produsen minyak dunia teratas.

Produksi minyak bumi mencapai 808.000 barel per hari. Jumlah ini menunjukkan penurunan sebesar 3,5 persen dari rata-rata produksi tahun 2017.

Kebanyakan aktivitas hulu minyak bumi dilakukan di wilayah Indonesia bagian barat, dengan wilayah utama produksi minyak bumi di Sumatera, Laut Jawa, Kalimantan timur, dan Natuna.

Sedangkan untuk sektor hilir, ada 9 kilang minyak di Indonesia dengan kapasitas mencapai 1,1 juta barel per hari.

Indonesia juga memiliki sejarah panjang terkait sektor minyak dan gas bumi. 

RI telah aktif dalam sektor minyak dan gas selama lebih dari 130 tahun, setelah penemuan minyak bumi pertama di Sumatera Utara pada tahun 1885.

Indonesia juga menjadi anggota OPEC sejak tahun 1961 dan sempat ditangguhkan keanggotaannya pada tahun 2009 karena produksi yang menurun.

Pada tahun 2009, Indonesia bergabung lagi dan kembali ditangguhkan keanggotaannya pada November 2016.

Baca juga: Iran, Amerika Serikat, dan Potensi Perang Dunia Ketiga...

Pertamina batal akuisisi blok migas di Iran

Melansir Kontan, pada tahun 2017 PT Pertamina (Persero) sempat mengajukan minat untuk melakukan kerja sama dengan National Iranian Oil Company (NIOC) di dua blok migas Iran.

Hingga awal Januari 2018, Pertamina masih fokus melakukan akuisisi blok migas di Iran.

Saat itu, Pertamina berada pada tahap merampungkan kerja sama untuk mendapatkan salah satu blok migas di Iran, yaitu Blok Mansouri.

Pertamina harus menunggu keputusan dari pemerintah Iran yang disampaikan pada April 2018 sebelum dapat secara resmi mendapatkan blok tersebut.

Namun, pada Mei 2018, Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa pihaknya mendorong sekutu untuk memotong impor minyak mentah dari Iran menjadi nol.

Upaya ini merupakan bagian dari sanksi yang diberlakukan setelah Presiden Donald Trump memutuskan untuk mengeluarkan AS dari kesepakatan nuklir dengan Iran.

Melansir Reuters, saat itu, Indonesia menjadi mitra dagang energi Amerika Serikat. Keduanya memiliki kesepakatan pasokan gas alam cair selama 20 tahun dengan eksportir AS Cheniere Energy yang dimulai di tahun yang sama.

Adanya kondisi tersebut membuat pemerintah Indonesia kemudian memutuskan untuk membekukan kesepakatan Pertamina untuk mengoperasikan ladang minyak Mansouri di Iran.

 Baca juga: Trump Menarik Diri dari Peluang Perang dengan Iran

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi