Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Trump Nekat "Pancing" Iran melalui Serangan yang Tewaskan Qasem Soleimani?

Baca di App
Lihat Foto
AFP/GETTY IMAGES NORTH AMERICA/WIN MCNAMEE
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan keterangan pers di Gedung Putih, Washington, pada 8 Januari 2020. Trump memberikan pernyataan sikap setelah Iran menyerang dua markas pasukan AS di Irak. Iran mengklaim bertanggung jawab sebagai balasan setelah Komandan Pasukan Quds, Jenderal Qasem Soleimani, tewas diserang rudal AS.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Serangan udara Amerika Serikat yang menewaskan jenderal top Iran Qasem Soleimani memicu panasnya hubungan kedua negara.

Selain Qasem, serangan yang dilakukan pada Jumat (3/1/2020) di Bandara Internasional Baghdad itu juga menewaskan Abu Mahdi al-Muhandis, pemimpin Hashd al-Shaabi di Irak.

Serangan itu dilancarkan atas perintah Presiden AS Donald Trump.

Sejumlah pihak memuji langkah Trump karena Qasem dianggap bertanggung jawab atas terbunuhnya warga AS di Timur Tengah.

Namun, tak sedikit pula yang mengutuk langkah itu karena akan memperburuk situasi di Timur Tengah saat ini.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran tak tinggal diam dan menyatakan akan membalas dendam kematian Qasem.

Hal itu dibuktikan melalui serangan rudal yang dilancarkan ke Pangkalan Militer AS di Irak pada Rabu (8/1/2020).

Mengapa AS nekat memicu pertikaian dengan langsung menarget Jenderal Qasem Soleimani?

Baca juga: Markas Militer AS Dihantam Rudal, Iran Simpan Cadangan Minyak Ratusan Miliar Barel

Dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Siti Mutiah Setiawati menganggap langkah Trump tersebut sebagai upayanya untuk meninggalkan "warisan" menjelang akhir kepemimpinannya.

"Sekarang, Trump itu kan sudah mau habis waktunya. Terus apa peninggalannya? Jadi, sebelum melepas jabatan itu, Trump ingin meninggalkan legacy agar diingat publik," kata Mutiah, yang biasa disapa Titik, kepada Kompas.com, Kamis (9/1/2020).

Menurut dia, kecenderungan politik luar negeri AS di Timur Tengah, presiden selalu meninggalkan "warisan".

Namun, apa yang dilakukan oleh Trump yang berasal dari Partai Republik kali ini justru bertolak belakang dengan langkah para pendahulunya.

Titik mengatakan, jalan yang diambil Trump adalah berusaha membuat Iran mengakui kekuatan dan keunggulan AS dengan cara menghabisi Jenderal Qasem.

"Dia kemungkinan harapannya menghabisi Jenderal Qasem sebagai orang ternama dan panutan di Iran bisa membuat mereka melemah. Tapi justru hal itu malah mendapat perlawanan keras dari seluruh masyarakat Iran, bahkan dari Irak," kata Titik.

"Apalagi ketika melihat pemakaman Qasem yang dihadiri oleh demikian banyak orang dan menyatakan siap berperang melawan AS," lanjut dia.

Baca juga: INFOGRAFIK: Perbandingan Kekuatan Militer Iran Vs Amerika Serikat

Mengetahui reaksi yang tidak sesuai dengan harapannya, Trump kemudian menarik diri dari potensi perang dengan Iran.

Hal itu disampaikan Trump melalui pernyataannya pada Rabu (8/1/2020), di Gedung Putih.

Selain itu, Titik menganggap, mundurnya AS dari potensi perang dengan Iran juga disebabkan oleh banyaknya pertentangan, baik dari masyarakat maupun Pemerintah AS.

Jika menengok kembali sejumlah kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah pada periode presiden sebelumnya, langkah Trump ini berbeda dengan Obama yang justru memberi sinyal ingin berdamai dengan Iran.

"AS sendiri di bawah Obama sudah memberi sinyal untuk membuka hubungan diplomatik dengan Iran. Seandainya waktu itu terjadi, mungkin akan menjadi legacy (warisan) yang berharga bagi AS di Timur Tengah, meski ada pertentangan juga," kata Titik.

Tak hanya Obama, AS di bawah Presiden Bill Clinton juga menginisiasi perundingan damai seperti Perundingan Oslo 1 dan II terkait konflik Arab-Israel yang hasilnya melarang Israel untuk membangun pemukiman di West Bank.

Meski demikian, Titik menilai, langkah Trump ingin menunjukkan bahwa AS sangat kuat.

"Trump ingin menunjukkan bahwa AS itu powerful, maka dia mencoba memantik perang dengan Iran" ujar dia.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Perbandingan Kekuatan Militer AS vs Iran

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi