Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Iran Akui Tembak Pesawat Ukraina, Pedemo Tuntut Ayatollah Mundur

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Pemerintah Iran mengaku bahwa pihaknya telah menembak pesawat milik Ukraina yang menewaskan 176 orang di dalamnya.

Pengakuan ini memicu terjadinya protes terhadap otoritas Iran di Teheran dan kota lainnya. 

Mengutip Reuters, pihak Iran mengatakan pada Sabtu (11/1/2020) bahwa angkatan udara mereka melakukan kesalahan penembakan rudal pada Rabu (8/1/2020). 

Sebelumnya, Iran membantah bahwa mereka yang telah menjatuhkan pesawat milik Ukraina tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas apa dampaknya?

Protes

Protes terjadi di seluruh Iran, termasuk di Teheran, Shiraz, Esfahan, Hamedan, dan Orumiyeh meski para pejabat tinggi Iran dan pihak militer menyatakan permintaan maafnya atas penembakan pesawat tersebut. 

Melansir Business Insider, mereka menuntut pengunduran diri pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

Dalam sebuah video yang direkam oleh New York Times, para pendemo yang marah meneriakkan "kematian bagi diktator," dan "tidak tahu malu".

Selain itu, para pemrotes yang tersebar di kampus-kampus universitas juga dilaporkan menyebut Garda Revolusioner Islam "tidak kompeten" dan menjadi "beban malu masyarakat".

Pemerintah luar negeri pun mengutuk kasus jatuhnya pesawat tersebut. Ukraina juga menuntut kompensasi atas kesalahan ini. 

Sementara, Kanada, Ukraina, dan Inggris, menyebut bahwa pengakuan Teheran sebagai langkah awal yang penting.

"Apa yang diakui oleh Iran sangatlah serius. Menembak jatuh pesawat sipil sangat buruk. Iran harus mengambil tanggung jawab penuh," kata Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau. 

Dia pun berkomitmen dengan Presiden Iran Hassan Rouhani untuk berkolaborasi dengan penyelidik Kanada, bekerja sama menurunkan ketegangan di wilayah tersebut, serta melanjutkan dialog. 

Baca juga: Raup Pendapatan Rp 37 Triliun, Ini Produsen Drone Pembunuh Jenderal Iran

Krisis legitimasi

Kasus penembakan pesawat Ukraina tersebut membuat pemimpin Iran harus menghadapi krisis legitimasi di tengah kemarahan rakyatnya. 

Sementara, Garda Revolusi Iran juga telah meminta maaf dan menerima tanggung jawab penuh.

Terlambatnya pengakuan Garda Revolusi Iran atas kasus tersebut dianggap menyia-nyiakan persatuan nasional yang muncul setelah terbunuhnya Soleimani.

Komandan Garda Senior Amirali Hajizadeh mengatakan, ia telah diberitahu otoritas Iran pada Rabu (8/1/2020) tentang serangan yang tidak disengaja.

Mengutip Reuters, sebuah pernyataan politik mengatakan bahwa pesawat Ukraina terbang mendekat ke lokasi Garda Revolusioner yang tengah berada pada status siaga tinggi.

Namun, pihak Ukraina mengatakan bahwa pesawatnya berada dalam jalur penerbangan normal. Hal tersebut pun disampaikan oleh Organisasi Penerbangan Sipil Iran.

Ukraine International Airlines juga menegaskan Iran seharusnya menutup bandaranya.

Pihaknya menyebut tidak menerima indikasi bahwa akan menghadapi ancaman dan dizinkan untuk lepas landas.

Penembakan pesawat tersebut memang meningkatkan tekanan internasional terhadap Iran setelah berbulan-bulan berkonflik dengan Amerika Serikat dan serangan tit-for-tat.

Sementara itu, Presiden Iran Hassan Rouhani juga menyatakan penyesalan melalui akun Twitternya. 

"Republik Islam Iran sangat menyesal atas kesalahan yang membawa malapetaka ini," tulis Rouhani melalui Twitter.

Dia bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy  juga telah sepakat bekerja sama untuk memecahkan kode kotak hitam dari pesawat yang jatuh.

Volodymyr juga mendesak mitra internasional Ukraina untuk bersatu hingga penyelidikan selesai.

Baca juga: Mengenal MQ-9 Reaper, Drone Pembunuh Jenderal Iran Qasem Soleimani

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi