Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siklon Tropis Claudia, Apa Itu Siklon Tropis?

Baca di App
Lihat Foto
Weather Zone
Siklon Tropis Claudia
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Siklon Tropis Claudia beberapa hari terakhir tengah melintasi wilayah Indonesia, khususnya yang ada di bagian tengah yakni Sulawesi Selatan, Bali, dan Kepulauan Nusa Tenggara.

Angin berkecepatan tinggi ini bisa membawa sejumlah dampak pada cuaca di daerah yang dilewatinya, mulai dari hujan intensitas sedang-tinggi, angin kencang, hingga gelombang laut tinggi.

Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), siklon tropis ini akan bergerak ke arah selatan-barat daya tepatnya di Denpasar, Bali, dan perlahan menjauh dari Indonesia, pada hari ini, Selasa (14/1/2020) petang.

Di balik semua itu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Siklon Tropis Claudia?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG, Agie Wandala Putra menjelaskan pengertian  siklon tropis.

"Siklon tropis merupakan badai dengan kekuatan yang besar. Radius rata-rata siklon tropis mencapai 150 hingga 200 km (per jam)," kata Agie, saat dihubungi Kompas.com.

Baca juga: Update BMKG: Siklon Tropis Claudia dan Dampak Cuaca di Indonesia

Kecepatan putaran angin saat ada di sekitar pusat pembentukannya bisa mencapai 63 kilometer/jam.

Siklon tropis biasa disebut dalam berbagai istilah yang berbeda, mulai dari tropical cyclone, typhoon, atau hurricance.

Namun, Agie menjelaskan, penyebutan yang berlainan ini ditentukan dari lokasi tempat terbentuknya si bibit angin ini.

"Siklon tropis dikenal dengan berbagai istilah di muka bumi, yaitu 'badai tropis' atau 'typhoon' atau 'topan' jika terbentuk di Samudra Pasifik Barat, 'siklon' atau 'cyclone' jika terbentuk di sekitar India atau Australia, dan 'hurricane' jika terbentuk di Samudra Atlantik," kata dia.

Berikut ini 7 wilayah pertumbuhan siklon tropis di seluruh lautan dunia:

Rata-rata masa sebuah siklon bertiup adalah antara 3-18 hari. Umur yang tidak terlalu panjang ini disebabkan asal mula terbentuknya.

"Masa hidup suatu siklon tropis rata-rata berkisar antara 3 hingga 18 hari, karena energi siklon tropis didapat dari lautan hangat, maka siklon tropis akan melemah atau punah ketika bergerak dan memasuki wilayah perairan yang dingin atau memasuki daratan," papar Agie.

Adapun, lokasi terbentuknya biasanya ada di jarak 500 kilometer dari garis katulistiwa.

Namun, tidak menutup kemungkinan siklon terjadi di sekitar garis yang membujur membelah bumi menjadi bagian utara dan selatan ini.

"Jumlah siklon tropis yang tumbuh dibelahan bumi utara rata-rata 57.3 kejadian dalam satu tahun dan dibelahan bumi selatan rata-rata 26.3 siklon tropis dalam setahun berdasarkan data tahun 1968-1989," kata dia.

Baca juga: Siklon Tropis Claudia Mulai Memasuki Wilayah NTT

Syarat terbentuk

Lebih lanjut, Agie mengatakan, sejumlah faktor yang membuat sebuah siklon tropis terbentuk dan bertiup.

Hal pertama adalah kondisi suhu permukaan air laut yang hangat, minimal 26,5 derajat Celcius hingga kedalaman 60 meter.

Kedua, kondisi atmosfer yang tidak stabil sehingga memungkinkan awan Cumulonimbus terbentuk.

"Awan-awan ini yang merupakan awan-awan guntur dan merupakan penanda wilayah konvektif kuat, adalah (syarat) penting dalam perkembangan siklon tropis," ujar dia.

Syarat ketiga adalah atmosfer yang lembab di ketinggian sekitar 5 kilometer.

"Ketinggian ini merupakan atmosfer paras menengah, yang apabila dalam keadaan kering tidak dapat mendukung bagi perkembangan aktivitas badai guntur di dalam siklon," kata Agie.

Setelah itu, syarat yang membantu terciptanya siklon tropis adalah adanya gangguan atmosfer di dekat permukaan bumi berupa angin yang berpusar disertai pumpunan angin.

Terakhir, perubahan kondisi angin terhadap  ketinggian yang tidak terlalu besar.

Jika perubahan ini terjadi dalam skala yang besar maka akan mengacaukan proses perkembangan badai guntur.

Baca juga: Siklon Tropis Blake Dekat Indonesia, Apa Efeknya pada Cuaca Ekstrem?

Nama Claudia

Mengenai penamaan Claudia pada siklon tropis yang saat ini tengah berlangsung, Agie menjelaskan, proses penamaan yang diberikan pada sebuah badai atau angin.

Menurut dia, setiap siklon tropis yang bertiup akan memiliki nama yang berbeda-beda.

Kali ini, yang terjadi di Indonesia dinamai Siklon Tropis Claudia.

"Setiap siklon tropis akan bernama berbeda, maka perlu dideteksi. Fenomenanya sama, siklon tropis, tapi karakter dan dampaknya beda-beda," ujar dia.

"Jadi setiap badai tropis yang sudah memenuhi kriteria maka akan diberi nama oleh TCWC yang masuk area bibit badai tersebut," lanjut Agie.

TCWC atau Tropical Cyclone Warning Center adalah badan di bawah BMKG, yang merupakana salah satu pusat pengamatan siklon tropis di dunia yang ada Jakarta.

Setiap siklon tropis akan dinamai menggunakan berbagai penamaan. Misalnya nama-nama manusia, bunga, buah, dan sebagainya.

"Di Samudra Atlantik dan di sekitar Australia, siklon tropis diberi nama seperti nama manusia. Misalnya, ada siklon tropis Andrew yang pernah menyapu bersih pantai Florida pada tahun 1992, atau siklon tropis Tracy yang meratakan 80% pemukiman di Darwin pada tahun 1998," kata Agie.

Sementara, di wilayah lain, seperti Samudera Pasifik barat, penamaan siklon tropis bisa lebih beragam.

Ada yang berasal dari nama bunga, buah, burung, tempat, dan sebagainya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi