Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum Keraton Agung Sejagat, 4 Kelompok Ini Juga Sempat Bikin Heboh

Baca di App
Lihat Foto
Keraton Agung Sejagat di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Kabupaten Purworejo.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Keraton Agung Sejagat di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah bikin heboh masyarakat.

Keraton Agung Sejagat ini dipimpin oleh Totok Santosa Hadiningrat. Oleh pengikutnya, Totok dipanggil Sinuwun.

Sementara, istri Totok yang bernama Dyah Gitarja dipanggil Kanjeng Ratu.

Berdasarkan informasi, pengikut dari Keraton Agung Sejagat mencapai sekitar 450 orang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Totok mengklaim bahwa dirinya merupakan Rangkai Mataram Agung yang menjadi juru damai dunia.

"Kita umumkan pada dunia bahwa Keraton Agung Sejagat sebagai induk daripada seluruh Kingdom State Tribune Koloni yang ada di seluruh dunia ini, menyatakan sebagai juru damai terhadap konflik yang terjadi di seluruh dunia," kata Totok dalam video yang beredar di media sosial.

Mengenai keberadaan Keraton Agung Sejagat, pihak kepolisian masih mendalami motif di balik berdirinya Keraton Agung Sejagat.

"Kami ingin mengetahui motif apa di balik deklarasi keraton tersebut," kata Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel dikutip dari Kompas.com, Selasa (14/1/2020).

Sebelum Keraton Agung Sejagat, ada juga kerajaan-kerajaan dan organisasi yang kemunculannya menarik perhatian masyarakat. Berikut beberapa di antaranya...

Baca juga: Mengungkap Fakta Kelompok Keraton Agung Sejagat, Klaim Punya 450 Anggota hingga Disoroti Gubernur Jateng

Kerajaan Tuhan

Sebelum Totok dengan Keraton Agung Sejagat, pada medio 2005 ada Lia Aminudin yang juga sempat bikin gempar.

Syamsuriati alias Lia Aminuddin alias Lia Eden (59) menyatakan diri sebagai pemimpin Kerajaan Tuhan.

Dikutip dari arsip Harian Kompas, 30 Desember 2005, Lia ditahan karena diduga melanggar Pasal 156a dan 157 mengenai penodaan terhadap agama, menghasut, dan mengajak masyarakat mengikuti ajarannya.

Satria Piningit Weteng Buwono

Perkumpulan ini muncul sekitar awal 2009, dipimpin Agus Imam Solichin. Agus mengaku titisan Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno.

Belakangan, Agus mengaku Imam Mahdi, bahkan Tuhan. Pengikut Agus berjumlah 40 orang, laki-laki dan perempuan, bahkan 12 anak-anak.

Agus Imam Solichin kemudian ditangkap polisi karena melanggar Pasal 156A KUHP tentang Penodaan Agama.

Baca juga: Tanggapan Ganjar soal Kelompok Keraton Agung Sejagat di Purworejo yang Hebohkan Warga

Kerajaan Ubur-Ubur

Kerajaan yang mencuat Agustus 2018 ini berada di Kampung Sayabulu, Serang, Banten. Lokasinya berada di rumah milik pasangan AS dan AC.

Mengutip pemberitaan Kompas.com (16/08/2020), ada 12 anggota kerajaan yang diamankan polisi.

Pengamanan itu dilakukan karena warga setempat yang merasa resah menyaksikan kegiatan zikir malam yang berbeda dari ajaran Islam pada umumnya.

Gerakan Fajar Nusantara

Awal 2016, beberapa orang di daerah berbeda tiba-tiba hilang misterius. Setelah dilakukan penyelidikan mengerucut pada organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar)

Dari pemberitaan Kompas.com (13/01/2020) Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan dan Keagamaan dalam Masyarakat (Pakem) di Kejaksaan Agung, Selasa (12/1/2016) menjelaskan bahwa awalnya Gafatar bernama Al-Qiyadah al-Islamiyah.

Gerakan itu adalah sebuah aliran kepercayaan di Indonesia yang menggabungkan ajaran Al Quran, Alkitab Injil dan Yahudi, serta wahyu yang diklaim turun kepada pimpinannya.

"Aliran ini didirikan dan dipimpin oleh Ahmad Moshaddeq alias Abdusalam yang menyatakan dirinya nabi atau mesias," kata Jaksa Agung Muda Intelijen Adi Toegarisman di Kompleks Kejaksaan Agung, Rabu (13/1/2016).

Baca juga: Terjunkan Intelijen, Polisi Cari Tahu Motif hingga Sejarah Berdirinya Kelompok Keraton Agung Sejagat di Purworejo

Mengapa ada yang percaya dan jadi pengikutnya?

Munculnya kelompok-kelompok seperti ini yang memiliki banyak pengikuti memunculkan pertanyaan, mengapa banyak yang percaya sehingga ada pengikutnya?

Fenomena munculnya kerajaan dan kelompok-kelompok dengan sosok juru selamat atau messias, pernah disinggung oleh budayawan Romo Sindhunata di Harian Kompas, 31 Juli 2009.

Menurut Romo Sindhu, sikap kecewa dan putus asa bisa menggiring masyarakat pada gerakan sosial yang memercayai hadirnya juru selamat atau Messias.

”Juru penyelamat dipercayai menjadi cahaya terang yang menuntun masyarakat pada era baru,” katanya.

Lebih lanjut, Sindhunata mengatakan, fenomena messianisme terkadang berada di luar akal sehat.

Hal itu ditunjukkan dengan munculnya keyakinan baru seperti Lia Eden dengan God’s Kingdom atau kerajaan Tuhan, Imam Solihin bersama kelompok Satria Piningit Weteng Buwono, dan muncul sosok Ponari si dukun cilik dari Jombang.

Semua aliran itu berhasil menyedot massa. Penganutnya cukup banyak. Sosok Ponari, misalnya, bahkan sempat memakan korban karena terlalu banyaknya pengunjung yang berobat ke rumahnya.

Kalau dipikir dengan nalar sehat, keberadaan batu geledek tidak mungkin bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Toh masyarakat tak peduli. Mereka tetap datang dan datang lagi.

(Sumber: Penulis: Rima Wahyuningrum | Editor: Egidius Patnistik/Michael Hangga Wismabrata/Teuku Muhammad Valdy Arief)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi