Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Logo Baru Kemenparekraf Disebut Mirip Lembaga Militer AS, Ini Tanggapan Wishnutama

Baca di App
Lihat Foto
Twitter
Logo baru Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Logo baru yang dimiliki Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemen Parekraf) menuai banyak kontroversi di media sosial, khususnya Twitter.

Banyak warganet yang mempertanyakan mengapa logo Kementerian yang membawahi bidang yang lekat dengan budaya dan kesenian justru sangat kaku.

Logo ini berlatar belakang biru tua dengan gambar dan tulisan didominasi warna emas. Logo baru kementerian hasil gabungan dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dan Kementerian Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Salah satu akun bernama @RingSatoe menyebut logo berbentuk lingkaran dengan burung Garuda di tengahnya justru lebih mirip dengan logo lembaga militer Amerika Serikat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada pula yang menyebutnya menyerupai logo salah satu kubu politik saat Pemilihan Presiden 2019 lalu. Yakni tim Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Badan Pemenangan Nasional (BPN).

Namun, ada juga akun yang mencoba memberikan penjelasannya terkait fungsi logo yang bisa digunakan untuk keperluan branding institusi di lingkungan eksternal bisa juga untuk keperluan resmi.

Salah satunya adalah akun @AuditorYeah yang memberikan contoh logo lama Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan yang lama dan yang baru.

Keduanya masih sama-sama dipakai, namun dalam kapasitas yang berlainan.

"Itu logo bukan mewakili kementeriannya. Hanya untuk keperluan branding.
Tolong ga usa dipaksakan logika yg sengaja disesatkan. Pemilik Tweet ini tidak memberikan informasi yg utuh untuk ditangkap pembacanya," tulisnya menanggapi akun @arievrahman yang juga menyorot logo baru Kemenparekraf.

Tanggapan Wishnutama

Banyaknya pro-kontra yang mengiringi logo baru Kementerian yang dipimpinnya, Wishnutama Kusubandio memberikan penjelasan. Terutama alasan penggunaan lambang Garuda, padi, dan kapas di logo tersebut.

Dikutip dari Antara, Wishnutama menyebut, penggunaan logo itu akan diperuntukkan pada hal-hal yang bersifat resmi.

"Sambil menunggu logo 'nation branding' dirilis pada Agustus 2020, untuk kepentingan resmi kami gunakan logo Garuda Pancasila itu. Lalu, untuk kepentingan branding atau promosi kami akan menggunakan logo 'nation branding' yang baru yang masih dalam proses," kata dia, Rabu (15/1/2020).

Baca juga: Bekraf Dilebur Lagi ke Kemenpar, Dipimpin Wishnutama

Sementara, logo baru yang masih dalam tahap pembuatan itu akan digunakan untuk kepentingan pemasaran.

"Nanti untuk pariwisata, untuk kepentingan promosi, kreatif itu akan menggunakan logo 'nation branding' biar tidak rancu," jelasnya.

Jadi, ada perbedaan antara logo yang digunakan untuk kepentingan resmi dan promosi Kementerian.

Menanti logo baru untuk promosi yang belum jadi dan masih dalam tahapan riset, sementara ini Kemenparekraf akan menggunakan logo yang sudah ada, yakni "Wonderful Indonesia.

Ketika ditanya soal tanggapan masyarakat yang menyebut logo baru Kemenparekraf mirip dengan logo institusi atau kelompok lain, Wishnutama membantahnya.

Penggunaan simbol burung Garuda disebutnya sebagai wujud semangat dan ideologi yang coba diangkat dalam Kemenparekraf.

"Ini penting buat Kemenparekraf, ideologi ke-Pancasilaan itu maknanya Pancasila sebagai lambang digunakan dan enggak ada salahnya kan. Kalau dicari mirip-mirip ya logo satu sama lain ya mirip saja, tapi bukan berarti niru," ujarnya.

Adapun lambang padi dan kapas yang ada di samping gambar Garuda merupakan sesuatu yang paten dan tidak bisa sembarangan diubah-ubah.

"Logo, kalau modelnya pakai lambang burung Garuda kan memang baku karena ada aturannya jelas, kalau dibaca itu ada aturan penggunaannya diatur dengan jelas. Akhirnya ya logo yang di sekitar Garuda ya enggak bisa aneh-aneh," jelas mantan CEO NET Mediatama ini.

 Baca juga: Selain Kemenpar, Ini Instansi yang Mengajukan Penundaan CPNS 2019

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi