Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

82.000 Penduduk Mengungsi, Zona Bahaya Gunung Taal Jadi 'Kota Hantu'

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/REUTERS/ELOISA LOPEZ
Penduduk yang tinggal di sekitar Gunung Taal melakukan evakuasi pasca-erupsi di Agoncillo, Batangas City, Filipina, Senin (13/1/2020). Abu vulkanik hingga lumpur menyelimuti sebagian kawasan di Filipina setelah meletusnya Gunung Taal pada Minggu (12/1/2020) lalu, dengan setidaknya 10.000 warga terdampak dilaporkan mengungsi.
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Pasca-erupsi Gunung Taal di Filipina, setidaknya 82.000 orang telah diungsikan. Gunung ini berada di Provinsi Batangas, 66 kilometer di selatan Manila.

Gunung Taal mulai mengeluarkan abu secara sporadis pada Minggu (12/1/2020) dan terus memuntahkan gumpalan abu.

Sejak peristiwa itu, sekitar 40.000 orang telah mengungsi ke tempat pengungsian. Dua orang telah meninggal akibat serangan jantung saat melarikan diri dari letusan Gunung Taal tersebut. 

Melansir SCMP, kedua korban meninggal berasal dari kota Talisay dan Taal di Batangas. Satu orang adalah perempuan berusia 65 tahun. Ia menderita serangan jantung pada hari Senin (13/1/2020).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sementara, satu orang lainnya adalah seorang pria berusia 27 tahun. Ia meninggal pada hari Selasa (14/1/2020).

Sebelumnya, polisi setempat mengatakan bahwa seorang supir truk meninggal dunia pada hari Senin (13/1/2020) karena kehilangan kendali atas kendaraannya. Saat itu, kondisi jarak pandang menjadi buruk akibat abu dari erupsi gunung Taal.

Tim darurat, termasuk polisi dan tentara, dikerahkan pada hari Rabu (15/1/2020) untuk memastikan bahwa penduduk telah meninggalkan lokasi yang berisiko tinggi.

"Kita perlu memastikan evakuasi untuk mencegah orang kembali ke lokasi yang berbahaya," kata Wakil Gubernur Provinsi Batangas, Mark Leviste, sebagaimana dikutip SCMP.

"Abu yang jatuh dari letusan sangatlah tebal dan beberapa daerah sekarang menjadi terlihat seperti gurun atau kota hantu," lanjutnya.

Melvin Casilao, salah seorang penduduk yang kembali ke rumahnya di Talisay mengatakan bahwa ia dan tetangganya harus memberi makan ternak, membersihkan abu tebal dari atap rumahnya dan menarik kapal mereka dari dalam air.

Mereka tinggal di tepi sebuah danau luas yang mengelilingi Taal. Lokasi tersebut merupakan sebuah obyek wisata populer.

"Kami ingin melihat rumah kami dan membersihkan atap. Rumah kami terselimuti abu tebal dan bisa runtuh karenanya," ungkap Casilao.

Baca juga: Kompleksnya Gunung Taal di Filipina, Gunung Bayi yang Berbahaya

Gunung Api Taal adalah gunung api paling aktif kedua di Filipina. Gunung ini telah meletus sebanyak 33 kali sejak tahun 1572.

Letusan terakhir sebelumnya terjadi pada Oktober 1977 dan sempat menunjukkan tanda-tanda keaktifan antara tahun 2008 dan 2011.

Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (Phivolcs) mengatakan bahwa pihaknya telah memantau letusan terus menerus yang terjadi. Namun, letusan umumnya lebih lemah dari kawah utama karena adanya proses magmatik dan hidrovulkanik dalam 24 jam terakhir.

Mereka juga mencatat adanya retakan jalan yang sangat besar dan deformasi tanah di kota-kota sekitar gunung Taal. 

Ratusan gempa vulkanik dan emisi sulfur dioksida yang tinggi menandakan gerakan magmatik berkelanjutan yang dapat menyebabkan peristiwa eruptif yang lebih banyak.

Oleh karena itu, Phivolcs mengulangi rekomendasinya untuk dilakukan evakuasi total pulau dan daerah-daerah berisiko tinggi. 

"Sulit untuk memperkirakan berapa lama gunung ini akan tetap berada pada aktivitas tinggi," kata Direktur Institut Nasional Ilmu Pengetahuan Geologi Universitas Filipina, Mario Aurelio. 

Letusan sebelumnya menunjukkan aktivitas yang intens dapat bertahan selama berminggu, bahkan berbulan-bulan. 

Baca juga: Adakah Dampak Erupsi Gunung Taal di Filipina Bagi Indonesia ?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi