Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengingat Kembali Perang Teluk Irak-Kuwait

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi rudal.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Hari ini, 28 tahun yang lalu, batas akhir PBB agar Irak menarik pasukannya dari Kuwait telah berakhir pada 16 Januari 1991.

Pentagon bersiap memulai operasi ofensif untuk mengeluarkan Irak secara paksa dari pendudukan Kuwait yang telah berlangsung selama lima bulan.

Pendudukan ini dilatarbelakangi oleh kondisi perekonomian Irak yang tak kunjung membaik usai perang 8 tahun melawan Iran.

Dengan berpegang pada peta masa lalu, Irak menganggap kemerdekaan Kuwait tidak sah karena mencaplok wilayah Irak.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain memiliki kekayaan minyak, Kuwait juga mempunyai akses laut yang luas untuk mendukung perdagangan minyak.

Dikutip dari History, pada pukul 16.30, pesawat tempur pertama diluncurkan dari Arab Saudi. Kapal induk AS dan Inggris yang berada di Teluk Persia juga bergerak dengan misi pengeboman di Irak.

Sepanjang malam, pesawat dari koalisi militer pimpinan AS menyerang sasaran di sekitar Baghdad.

Peristiwa penyerangan ini disiarkan langsung melalui televisi yang ditransmisikan melalui satelit dari Baghdad.

Baca juga: Iran, Amerika Serikat, dan Potensi Perang Dunia Ketiga...

Operasi Badai Gurun

Operasi Badai Gurun, nama kode untuk serangan besar-besaran pimpinan AS terhadap Irak, secara resmi diumumkan di Gedung Putih.

Operasi tersebut dilakukan oleh koalisi internasional di bawah komando Jenderal AS Norman Schwarzkopf dan melibatkan pasukan dari 32 negara, termasuk Inggris, Mesir, Perancis, Arab Saudi, dan Kuwait.

Selama enam minggu berikutnya, pasukan sekutu terlibat dalam perang udara besar-besaran terhadap infrastruktur militer dan sipil Irak.

Meski sempat mendapat perlawanan sengit dari angkatan udara Irak, pasukan darat Irak tak berdaya menghadapi serangan ini.

Satu-satunya aksi balasan yang berarti dari Irak adalah meluncurkan serangan rudal SCUD terhadap Irak.

Mengapa Israel? Saddam Hussein berharap bahwa serangan rudal itu akan memprovokasi Israel untuk memasuki konflik.

Sehingga membubarkan dukungan Arab terhadap perang. Namun, atas permintaan AS, Israel tetap keluar dari perang.

Pada 24 Februari, serangan besar-besaran dilancarkan oleh pasukan koalisi internasional.

Irak pun kewalahan menghadapi serangan itu karena kualitas senjata mereka kalah jauh dengan pasukan koalisi.

Kuwait akhirnya dapat dibebaskan dalam waktu kurang dari empat hari. Mayoritas angkatan bersenjata Irak menyerah dan mundur ke Irak.

Pada 28 Februari 1991, Presiden George HW Bush mengumumkan gencatan senjata. Irak pun berjanji menghormatinya dan memenuhi persyaratan damai PBB.

Baca juga: Melihat Perbandingan Kekuatan Militer Iran dan Amerika

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi