Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dipecat Jadi Dirut, Helmy Yahya dan TVRI Jadi Trending di Twitter

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Tri Susanto Setiawan
Helmy Yahya di Gedung TVRI, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (14/2/2018).
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Helmy Yahya dikabarkan dipecat dari jabatan Direktur Utama (dirut) TVRI oleh Dewan Pengawas Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI. 

Dilansir dari Antara (17/01/2020), kabar tersebut dibenarkan oleh anggota komisi I DPR Farhan ketika dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.

Sebelumnya, pada Kamis (16/1/2020) beredar surat pemberhentian Helmy Yahya yang ditandatangani oleh Ketua Dewan Pengawas TVRI, Arief Hidayat Thamrin.

Dalam surat tersebut ada 5 poin yang menjadi dasar pemberhentian Helmy dari jabatannya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warganet Ramai di Twitter

Hingga Jumat (17/01/2020) siang, warganet ramai membicarakan diberhentikannya Helmy Yahya di lini masa Twitter. Banyak yang tidak setuju karena menilai TVRI sudah mengalami peningkatan di bawah kepemimpinan Helmy Yahya. 

Setidaknya ada 15.500 cuitan dengan tanda pagar (tagar) #TVRI sampai pukul 16.34 WIB. Sedangkan cuitan dengan tagar #Helmy Yahya ada lebih dari 6.704 twit.

Salah satunya ditulis @orgilican, yang suka menonton TVRI karena bisa nonton Liga Inggris dan bulu tangkis. 

"Salah satu tv favorit gw sekarang ya TVRI, bisa nonton liga inggris, bisa nonton badminton, apalagi TVRI sports HD lebih lengkap lagi, Helmy Yahya sudah bagus meningkatkan motivasi masyarakat untuk kembali ke TVRI setelah dilupakan. Sayang sekarang dipecat," tulis pemilik akun @orgilican.

Selain itu Dandhy Dwi Laksono, seorang aktivis, jurnalis, sekaligus sutradara film dokumenter juga ikut berkomentar di Twitter. 

Menurutnya, pencopotan Helmy Yahya terkesan hanya perkara administrasi. Dia berkomentar setelah membaca 5 alasan pencopotan Helmy.

"Membaca kelimanya lebih terkesan perkara administrasi birokrasi daripada menguji apakah konten TVRI saat ini benar-benar menjalankan mandat sebagai TV publik. Sepanjang sejarah keributan di TVRI, tak pernah masuk pada substansi ini," tulisnya.

Dia berkomentar, TVRI sebagai media televisi nasional sebenarnya sudah lama kehilangan pengaruh. Beberapa penyebabnya adalah sebagai berikut:

Baca juga: Gara-gara Hak Siar Liga Inggris, Helmy Yahya Dicopot dari Dirut TVRI?

Menanggapi netizen yang mengelu-elukan TVRI karena Liga Inggrisnya, menurutnya, Liga Inggris bukan substansi "TVRI sedang berbenah".

Akan tetapi hal itu bisa menjadi indikator TVRI akan membawa penonton untuk melihat program lain.

Penayangan Liga Inggris memang menjadi salah satu alasan diberhentikannya Helmy Yahya dari posisi Dirut TVRI. Sebab, dia tidak memberikan penjelasan terkait program siaran Liga Inggris yang berbiaya besar. 

Dandhy juga menanggapi dalam cuitannya, "Jika Liga Inggris dipersoalkan, mestinya ini titik anjaknya. Kecuali ada korupsi, tinggal dibuka," tulisnya. 

Menurutnya, TVRI tetap menjadi TV publik, yaitu TV yang tetap memproduksi konten atau program, meski tidak punya nilai komersial atau "disukai pasar".

5 alasan pemberhentian Helmy Yahya 

Dikutip dari Tribunnews, (17/01/2020), kelima alasan pemberhentian Helmy Yahya adalah sebagai berikut:

  1. Tidak memberi penjelasan soal pembelian program siaran berbiaya besar seperti Liga Inggris.

  2. Terdapat ketidaksesuaian re-branding TVRI dengan rencana kerja yang sudah ditetapkan. Selain itu, produksi siaran tidak mencapai target karena anggarannya tidak tersedia.
  3. Beberapa dokumen menyatakan sebaliknya dari jawaban terhadap penilaian pokok surat pemberitahuan rencana pemberhentian (SPRP), antara lain mutasi pejabat struktural yang tidak sesuai norma dan standar manajemen ASN.
  4. Penunjukan kuis Siapa Berani melanggar Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.
  5. Premis-premis yang diajukan Helmy tidak bisa meyakinkan Dewan Pengawas Lembaga Penyiaran Publik TVRI.

Baca juga: Wakil Ketua DPR Harap Pencopotan Helmy Yahya Tak Ganggu TVRI

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber: Antara
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi