Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Kerajaan Fiktif, Mengapa Masyarakat Mudah Percaya dan Tergoda Jadi Anggotanya?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/istimewa
Kerajaan Agung Sejagat
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Dalam pekan ini, masyarakat dihebohkan dengan munculnya sejumlah keraton atau kerajaan fiktif di sejumlah wilayah Indonesia.

Adapun keraton atau kerajaan fiktif tersebut tersebar di sejumlah wilayah, mulai dari Keraton Agung Sejagat di Purworejo, hingga Sunda Empire di Bandung.

Sementara kabar perihal keberadaan Kerajaan Djipang dibentuk untuk keperluan pariwisata daerah, sementara Sunda Empire masih dalam penyelidikan kepolisian.

Diketahui, Keraton Agung Sejagat merupakan kerajaan tipu-tipu yang dicetus oleh Toto Santoso Hadiningrat selaku Raja Keraton Agung Sejagat dan Fanni Aminadia selaku Ratu Keraton Agung Sejagat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keduanya saat ini terjerat Pasal 378 KUHP tentang penipuan dan Pasal 14 UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana.

Diketahui jumlah anggota Keraton Agung Sejagat juga tidak sedikit. Setidaknya ada 450 orang bergabung dalam keraton palsu ini.

Baca juga: Mengapa Keraton Agung Sejagat Muncul di Purworejo?

Konsep Ratu Adil

Lantas, apa yang menyebabkan banyak masyarakat tergiur menjadi anggota Keraton Agung Sejagat?

Sosiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Bagong Suyanto menjelaskan bahwa masyarakat yang mau menjadi anggota Keraton Agung Sejagat (KAS) merupakan masyarakat yang memiliki mental irasional.

Mental irasional yang dimaksud adalah masih terpatrinya ingatan tentang Ratu Adil yang akan datang di masa mendatang.

"Orang-orang di Jawa itu masih ada konsep Ratu Adil akan datang, konsep masa depan akan datang. Nah konsep seperti itu yang kelihatannya dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu," ujar Bagong saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (18/1/2020).

Menurut Bagong, adanya kerajaan abal-abal juga termasuk dalam memodifikasi budaya setempat.

Dengan begitu, raja dari kerajaan abal-abal itu dapat memanipulasi pikiran-pikiran masyarakat tertentu.

"Untuk menyumbang uang, kan ketahuan kalau utangnya miliaran dan warga disuruh bayar dengan janji-janji masa depan, jabatan, yang kelihatannya terjadi," katanya lagi.

Baca juga: Mengenal Desa-Desa Fiktif Penerima Dana Desa...

Membedakan keraton asli dengan palsu

Sementara itu, Bagong mengungkapkan bahwa sebagian masyarakat ingin menjadi anggota Kerajaan Agung Sejagat dikarenakan mereka ingin masuk dalam lingkaran kelompok orang yang dihormati karena status sosialnya.

"Seperti saat kita membaca berita keluarga kerajaan Inggris yang menikah, itu ditayangkan di seluruh dunia yang menggambarkan rasa penasaran terhadap keluarga-keluarga yang eksklusif ini," ujar Bagong.

Selain hal di atas, meski orang tersebut merupakan warga biasa, tetapi jika ada kesempatan masuk dalam lingkaran tersebut, mungkin orang lebih mudah untuk terperdaya.

Apalagi dengan kepercayaan masyarakat yang masih percaya dengan gagasan Ratu Adil.

Menurutnya, orang dengan pemikiran tersebut lebih mudah untuk dibujuk masuk ke kerajaan itu.

Baca juga: Deretan Kasus Penipuan Berkedok Investasi, dari MeMiles hingga Swissindo

Memiliki keinginan namun tidak kesampaian

Terkait adanya kerajaan palsu ini, Bagong menjelaskan bahwa biasanya orang yang terperdaya itu merupakan masyarakat yang tidak memiliki tujuan hidup yang jelas dan mereka memiliki keinginan namun tidak kesampaian.

"Kan sama seperti pengikut arisan bodong. Ini ada manipulasi budaya untuk menguatkan masyarakat, itu masuknya modus," imbuh dia.

Atas kemunculan nama-nama keraton dan kerajaan palsu tersebut, Bagong juga menyampaikan, hal tersebut sebenarnya sudah berlangsung lama, namun baru terekspose pada waktu dekat ini.

Adanya keraton dan kerajaan juga tidak sepenuhnya dipercayai oleh masyarakat setempat dan nama-nama tersebut dimungkinkan belum terungkap semua.

"Menurut saya (kerajaan) ini masih ada," paparnya lagi.

Baca juga: [POPULER TREN] Viral Keraton Agung Sejagat | Jadwal Tes SKD CPNS 2019

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi