Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Film Dokumenter Sobat Ambyar Didi Kempot...

Baca di App
Lihat Foto
Twitter: @sobatambyarrr
Mahasiswa ISI Surakarta membuat film dokumenter mengenai penggemar Lord Didi Kempot, Sobat Ambyar Didi.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Akun Twitter penggemar Didi Kempot, SadPeopleClub #sobatambyar, @Sobatambyarrr mengunggah twit mengenai adanya film dokumenter "Sobat Ambyar Didi (S.A.D)" produksi mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta pada Sabtu (18/1/2020).

Film tersebut dinarasikan tentang perjalanan Sobat Ambyar saat berkumpul dalam konser tembang campursari yang dinyayikan oleh idolanya, Lord Didi Kempot.

Baca juga: Sobat Ambyar dan Sihir Didi Kempot

Adalah Yosua Putra Wisena (21),  merupakan pembuat film dokumenter tersebut dan dibantu oleh rekannya, Fajar Romadona, Angga Sad Squad, Fakih Pati, dan Gofar Hilman.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yosua mengungkapkan bahwa ia bersama timnya membuat film tersebut sejak Lord Didi mengadakan konser di Taman Balekambang pada pertengahan 2019 dan menjadi viral di media sosial.

"Shoot filmnya sejak 2019, ketika awal di Balekambang lalu Didi Kempot viral. Itu sebenarnya awal saya untuk memulai riset mengenai penggemar Didi Kempot, sadboys dan sadgerls," ujar Yosua saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (18/1/2020).

Baca juga: Didi Kempot hingga NOAH Dipastikan Hadir, Apa Itu Synchronize Fest?

Diajak nonton konser

Yosua mengisahkan bahwa saat itu temannya, Fajar Romadona mengajak dirinya untuk menonton konser Lord Didi dan ia pun turut serta.

Pada awal konser di Balekambang hanya dihadiri oleh penggemar musik campursari dari orang berusia lanjut, hanya segelintir anak muda saja yang hadir dalam pertunjukan musik tersebut.

"Saat itu hanya ada gerombolanku sekitar 15 orang yang datang," ujar Yosua.

Meski begitu, konser campursari berlangsung meriah dan tetap ramai penonton.

Lord Didi menyanyikan tembang-tembang andalannya dan diikuti oleh penontonnya.

Atas keriuhan ini Fajar tidak ingin melewatkan kesempatan emas untuk merekam saat Lord Didi dan penggemarnya bernyanyi berbarengan.

Kemudian, video tersebut diunggah di akun Twitter Trialdino, teman Fajar.

"Nah akhirnya malam itu juga Didi Kempot trending di Twitter. Setelah itu saya mengikuti terus perkembangannya," kata dia.

Baca juga: Mengenang Seniman Musik Djaduk Ferianto...

Lahirnya sadboys

Akhirnya, Fajar dan teman-temannya mencetuskan sobat ambyar dan sadboys, dan terbentuklah musyawarah 'loro ati (sakit hati)' di rumah bloger, Kelurahan Manahan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta.

Yosua terus mengikuti konser Lord Didi di Solo dan paling jauh di Yogyakarta.

Kemudian, Yosua memilih tidak mengikuti Lord Didi dan berfokus pada sadboys.

"Akhirnya saya enggak ngikutin Didi Kempot, tapi ke sadboys sendiri. Jadi subjekku bukan Didi Kempot," ujar mahasiswa semester 5 jurusan Seni Media Rekam, prodi Televisi dan Film di ISI Surakarta.

Yosua mengungkapkan dalam riset saat konser-konser Lord Didi digelar, ia menuangkan ide tersebut dan mengisahkan proses terbentuk sadboys melalui film dokumenter "Sobat Ambyar Didi".

"Ketika ada kopdar, aku ikutin terus," ujar dia.

Meski tidak dapat mengulas isi film, Yosua berharap film dokumenter berdurasi 18 menit ini dapat ditonton oleh masyarakat luas.

Namun, film ini belum dapat diputar di layar publik.

Sebab, film tersebut merupakan salah satu tugas kuliahnya.

Baca juga: Mengenang Habibie, dari Dunia Dirgantara hingga Kecamannya terhadap Musik Rap

Kejadian menarik

Yosua mengungkapkan ada kejadian unik yang terjadi secara besar-besaran, yakni mulai muncul pemuda-pemudi yang menonton konser Lord Didi.

Sementara itu, pada konser Lord Didi yang diselenggarakan di Benteng Vastenburg, Yosua juga sempat mengalami kejadian menarik, seperti membeludaknya sadboys dan sadgerls di lokasi konser.

"Di situ banyak banget yang nonton, sampai di luar hampir ricuh. Akhirnya dibolehin masuk semua sampai naik ke atas benteng yang seharusnya tidak diperbolehkan," kenang Yosua.

Hingga kini, film tersebut masih disiapkan untuk penilaian oleh dosennya.

Baca juga: Mengapa Orang Tua Tidak Menyukai Musik Modern?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi