Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelompok Abu Sayyaf dan Penculikan WNI...

Baca di App
Lihat Foto
AFP/MARK NAVALES
Dalam foto yang diambil pada September 2016 ini terlihat beberapa prajurit AD Filipina bersiaga di dekat kendaraan lapis baja di sebuah kamp militer di Jolo, prosvinsi Sulu, di pulau Mindanao, yang menjadi basis kelompok militan Abu Sayyaf.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Kelompok Abu Sayyaf kembali menculik 5 nelayan Indonesia di wilayah perairan Sabah, Malaysia.

Dari delapan kru kapal yang semuanya WNI, lima orang di antaranya diculik. Sementara itu, tiga di antaranya dibebaskan bersama kapal mereka.

Dikutip dari Harian Kompas (20/01/2020), 8 WNI ditangkap kelompok Abu Sayyaf di wilayah perairan Sabah, Malaysia, Kamis (16/1), sekitar pukul 20.00.

Diketahui, aksi penculikan ini merupakan aksi penculikan baru setelah seorang nelayan Indonesia, yang telah ditahan kelompok Abu Sayyaf selama 115 hari, telah dibebaskan di Sulu pada 15 Januari 2020.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas kenapa kelompok Abu Sayyaf kerap melakukan penculikan?

Analis militer dan pertahanan Connie Rahakundini Bakrie menegaskan aksi penculikan terhadap warga negara asing jamak terjadi di seluruh dunia, salah satunya di Somalia.

Ada banyak tujuan melakukan penculikan. "Salah satunya yakni untuk meminta tebusan," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (22/1/2020).

Baca juga: Riwayat Konflik China-Indonesia di Laut Natuna

Pertukaran informasi

Terulangnya kejadian penyanderaan WNI, menurut Connie bukan karena pemerintah lemah menghadapi para perompak. Akan tetapi memang rata-rata mereka berpikir dari pembajak lebih mudah jadi penculik.

Menurut Connie, pemerintah seharusnya dapat lebih konkret mengaktifkan political security pillar ASEAN dalam aspek peningkatan pertukaran informasi dan koordinasi antar kapal negara ASEAN.

Selain itu juga membentuk agen pelaporan dan respons antar negara ASEAN.

Connie merinci langkah yang perlu diambil adalah sebagai berikut:

"Pada intinya sekarang sudah saatnya ASEAN di-drive Indonesia untuk walk the talk," kata Connie.

Baca juga: Jalan Politik Gibran, dari Tukang Martabak hingga Daftar Wali Kota Solo...

Sekilas mengenai political security pillar ASEAN

Pada 2015 ASEAN me-launching 3 pillar utamanya. Salah satunya adalah pilar politik atau political security pillar ASEAN.

Dikutip dari website resmi Asean, para Pemimpin ASEAN telah sepakat untuk membentuk ASEAN Political-Security Community (APSC).

Hal itu untuk membangun apa yang telah dibangun selama bertahun-tahun di bidang kerja sama politik dan keamanan.

APSC bertujuan untuk memastikan bahwa negara-negara di kawasan ini hidup damai satu sama lain dan dengan dunia dalam lingkungan yang adil, demokratis, dan harmonis.

Cetak Biru APSC diadopsi oleh Pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN ke-14 pada 1 Maret 2009 di Cha-am/Hua Hin, Thailand.

Baca juga: Jokowi Dinobatkan sebagai Asian of The Year 2019, Ini 4 Faktanya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi