Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Yenny Wahid, Putri Gus Dur Ditunjuk Jadi Komisaris Garuda Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/ALIF ICHWAN
Yenny Wahid, saat mengisi diaog lintas agama dengan mengambil tema Ritus Kekerasan Berbasis Agama: Mengapa Harus Terjadi berlangsung di Wahid Institute, Jakarta, Senin (28/2/2011).
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Yenny Wahid ditetapkan sebagai Komisaris Independen Garuda Indonesia melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Rabu (22/1/2020).

Dalam RUPS tersebut juga menetapkan Irfan Setiaputra sebagai Direktur Utama dan Triwan Munaf menjadi Komisaris Utama Garuda Indonesia.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan penetapan Triawan Munaf sebagai Komisaris Utama diharapkan mampu memberikan masukan strategi pemasaran untuk meningkatkan citra Garuda Indonesia yang sempat terganggu.

"Khusus untuk Ibu Yenny Wahid, figur perempuan yang sangat mumpuni, bu Yenny merupakan komisaris independen perwakilan publik yang dapat dipercaya“, kata Erick dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Rabu (22/1/2020).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, seperti apa kiprah Yenny Wahid sehingga bisa diangkat sebagai Komisaris Independen Garuda Indonesia?

Baca juga: Triawan Munaf hingga Yenny Wahid Masuk Jajaran Komisaris Garuda Indonesia

Profil Yenny Wahid

Perempuan bernama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid ini lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 29 Oktober 1974.

Dia merupakan putri kedua dari Presiden Indonesia keempat, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Saudaranya adalah Alissa Qotrunnada Munawaroh Rahman (kakak), Anitta Hayatunnufus Rahman (adik), dan Inayah Wulandari Wahid (adik).

Yenny Wahid lulus sebagai sarjana di Desain dan Komunikasi Visual Universitas Trisakti. Kemudian, dia melanjutkan studinya di Harvard Kennedy School of Government jurusan Public Administration.  

Pada tahun 1997 sampai 1999, dia pun pernah menjadi koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne).

Setelah itu, dia menjadi pendamping ayahnya, Gus Dur saat menjadi Presiden.

Pada 2006, Yenny Wahid juga pernah menjabat Staf Khusus Bidang Komunikasi Politik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Kemudian, pada 2009, dia dinobatkan sebagai salah satu penerima penghargaan Young Global Leader oleh World Economic Forum, bersama dengan orang-orang seperti Tiger Woods dan
Mark Zuckenberg. Saat ini, Yenny menjadi anggota Global Council on Faith.

 

Baca juga: Yenny Wahid: Perempuan Punya Potensi Mencegah Radikalisme

Kenangan Yenny Wahid tentang Gus Dur

Yenny Wahid memiliki kenangan akan mendingan ayahnya, Gus Dur. Dia mengungkapkan, keluarganya menerapkan prinsip bahwa laki-laki dan perempuan harus berbagi peran dalam kehidupan rumah tangga.

 

Yenny pun menceritakan soal peran sang ayah mencuci piring hingga menyiapkan bahan jualan.

"Waktu saya bayi, kalau saya mandi, yang mengangkat bayi dari boks diberikan ke ibu saya itu Gus Dur, bapak saya. Dari kecil kami sangat terbiasa melihat Gus Dur bantuin cuci piring, bantuin ibu saya bungkusin kacang besoknya mau dijual ke warung," tutur Yenny.

Menurut dia, hanya ada empat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keempatnya yaitu, perempuan dapat menstruasi, mengandung, melahirkan anak, dan menyusui.

Keempat hal tersebut merupakan kodrat perempuan yang tidak dapat dilakukan laki-laki.

"Memang ada konstruksi sosial, budaya, agama, tapi sudah jelas bahwa kalau ini datang dari yang di atas, yang membedakan antara laki-laki dan perempuan hanya empat itu saja," kata Yenny.

Untuk menerapkannya, Yenny menekankan pada pentingnya komunikasi pasangan. Tidak masalah, katanya, apabila seorang perempuan bekerja.

Ketika seorang laki-laki melakukan pekerjaan rumah seperti mengepel juga tidak masalah. Ia menambahkan, tidak masalah pula bila perempuan ingin menjadi ibu rumah tangga asal berdasarkan kesepakatan bersama.

Baca juga: Kenangan Yenny Wahid soal Gus Dur yang Sering Bantu Cuci Piring...

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi