Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Editor dan Penulis
Bergabung sejak: 8 Jun 2016

Editor dan Penulis

Xin Nian Kuaile, Selamat Tahun Baru!

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Umat Buddha membersihkan patung yang ada di Kelenteng Hok Tek Ceng Sin, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (21/1/2020). Bersih-bersih Patung dilakukan secara rutin satu tahun sekali. Sehari-hari, hanya altar yang dibersihkan. Ada puluhan Patung yang akan di bersihkan sebelum perayaan Imlek.
Editor: Heru Margianto


MELALUI Keppres Nomor 6 Tahun 2000 tertanggal 17 Januari 2000, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut Inpres Nomor 14 Tahun 1967 tertanggal 6 Desember 1967.

Berdasarkan keputusan Presiden Abdurrahman Wahid, kemudian Presiden Megawati Soekarnoputri secara resmi menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional pada tahun 2003.

Sejak itu warga Tionghoa boleh merayakan Imlek secara terbuka dan tanpa izin khusus.

Kelenteng (Bio)

Sampai hari ini warga Tionghoa di Indonesia bebas merayakan Imlek. Pada malam Imlek (Sin Cia) biasanya warga Tionghoa akan sembahyang ke kelenteng (bio).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di situ mereka melaksanakan ibadat dengan khusyuk. Di dalam kelenteng biasanya dinyalakan ratusan lilin besar kecil, meja berisi sesaji buah-buahan, dan hio.

Hampir semuanya didominasi warna merah menyala. Di dalam kelenteng mereka berdoa dan memanjatkan syukur sekaligus meminta perlindungan di tahun yang baru.

Gong Xi Fa Cai

Pada perayaan Imlek (Sin Cia) kita sering membaca tulisan gong xi fa cai yang artinya semoga tambah kaya.

Gong xi artinya selamat, fa artinya berkembang, dan cai artinya kekayaan.

Tetapi bagi kalangan warga Tionghoa yang sudah tua, ucapan gong xi fa cai pada saat Imlek kurang tepat.

Yang lebih tepat adalah pas sin cun kiong hi, selamat memasuki musim semi (xin chun gong xi). Artinya bisa lebih luas yang boleh diucapkan semoga tambah bahagia, tambah kaya, tambah panjang umur, tambah sukses. (I Wibowo, 2003).

Bakti anak pada orangtua

Bagi warga Tionghoa makna Imlek yang luhur adalah bakti anak kepada orangtua.

Warga Tionghoa sangat menjunjung tinggi rasa hormat dan bakti anak kepada orangtuanya, istilahnya hao (xiao). Artinya, bakti anak kepada orangtua.

Dalam tradisi Tionghoa, anak wajib hao pada orangtuanya. Anak yang tidak berbakti kepada orangtua disebut put hao (bu xiao) artinya terkutuk.

Makna bakti anak kepada orangtua bukan hanya kepada orangtua secara langsung, tetapi juga kepada leluhurnya.

Oleh karena itu, warga Tionghoa biasanya memiliki meja abu di rumahnya sendiri.
Meja abu adalah sebuah meja berkaki empat (bisa ditambahi lagi meja kecil apabila sesaji banyak).

Di atas meja abu, biasanya terdapat foto leluhur, mangkuk berisi abu untuk menancapkan hio, lilin menyala (lampu menyala), sesaji (misalnya kue mangkok warna merah, kue keranjang, ikan bandeng, buah, dsb.), dan hio.

Pada perayaan Imlek ini, semua anak atau cucu, yang memiliki hubungan darah akan menunjukkan hao mereka pada para leluhurnya.

Mereka akan bersembahyang di depan meja abu dengan memegang hio dan mengucapkan kata-kata doa yang dibimbing oleh orangtuanya yang menemaninya saat sembahyang.

Setelah sembahyang mereka sujud (kui) pada leluhurnya.

Angpao

Setelah anak-anak atau cucu selesai bersembahyang di depan meja abu, kemudian mereka akan soja (salam dengan merapatkan kedua tangan) kepada orangtua masing-masing, dan juga kepada saudara-saudara yang lain yang lebih tua.

Pada saat Imlek inilah anak-anak mendapat angpao (amplop merah berisi uang). Warna merah di sini bermakna kesejahteraan, kebaikan, kegembiraan, semangat, yang diharapkan panjang umur dan bernasib baik di tahun yang baru.

Menurut tradisi Tionghoa, pemberian angpao ini tidak diberikan begitu saja. Aturannya diberikan kepada anak-anak (cucu) yang belum menikah, yang masih lajang.

Kemudian angpao juga diberikan kepada orangtua dari anaknya yang sudah menikah. Angpao pun boleh diberikan kepada saudara lainnya yang sedarah dan memiliki ikatan saudara.
Sampai saat ini nominal angpao bebas, tergantung kemampuan ekonomi.

Cap Go Meh

Limabelas hari setelah Imlek, biasanya diadakan acara cap go meh.

Cap berarti sepuluh, go berarti lima, dan meh berarti malam. Jadi, arti cap go meh adalah malam setelah 15 hari selesai Imlek.

Imlek tidak meriah kalau tidak ada cap go meh sebab pada acara ini akan ditampilkan atraksi barongsai dan liong (naga) yang mengejar bulan.

Atraksi ini membutuhkan keterampilan dan kemampuan tersendiri, tidak setiap orang bisa melakukannya. Cap go meh adalah hiburan umum yang boleh ditonton siapa saja.

Shio

Perayaan Imlek berarti pergantian tahun baru. Biasanya warga Tionghoa menghubungkan dengan shio.

Setiap tahun akan ditandai dengan lambang seekor binatang dari 12 binatang yang tertulis, yaitu tikus, kerbau, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, kera, ayam, anjing, dan babi.

Banyak warga Tionghoa meyakini bahwa shio akan memengaruhi perilaku yang memiliki shio tersebut.

Menurut cerita, adanya shio ini berawal ketika Sang Buddha memanggil semua binatang agar memberi penghormatan kepadanya.

Binatang yang datang pada saat itu sebanyak 12 binatang. Sebagai pahala, nama 12 binatang ini dijadikan nama tahun. Dan tahun ini adalah tahun tikus!

Xin nian kuaile, selamat tahun baru!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi