Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini Dalam Sejarah: Gempa Bumi di Kolombia Tewaskan 1.000 Orang

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi gempa bumi
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Hari ini, 21 tahun yang lalu, tepatnya 25 Januari 1999,terjadi sebuah gempa bumi di Kolombia. 

Dalam peristiwa ini, setidaknya 1.000 orang tewas dan 4.000 orang lainnya terluka. Sementara, 200.000 orang kehilangan rumahnya.

Palang Merah Kolombia melaporkan bahwa 45.000 rumah rusak atau hancur akibat kejadian ini.

Melansir BBC, gempa bumi ini menjadi gempa terkuat yang pernah menghantam Kolombia selama 16 tahun terakhir. Gempa tersebut berkekuatan 6.0 Skala Richter (SR).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa ini dirasakan di pusat daerah penghasil kopi Kolombia, terutama di ibu kotanya, Bogota.

Setelahnya, ada lebih dari 30 gempa susulan yang tercatat, dengan kekuatan terbesar antara 5,5 SR dan 5,6 SR. Pemerintah Kolombia pun menetapkan 20 wilayah dalam zona bencana. 

Kuatnya gempa tersebut pun meruntuhkan blok-blok menara, hotel-hotel, hingga gereja-gereja yang bersejarah. 

Kebanyakan gedung yang runtuh adalah gedung-gedung tua, memiliki konstruksi buruk, atau yang dibangun di atas tanah yang buruk seperti lokasi pembuangan sampah tua hingga lahan dengan lereng curam.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Elizabeth Blackwell, Dokter Perempuan Pertama di Era Modern

Puluhan orang terjebak

Puluhan orang terjebak di reruntuhan atau terperangkap dalam tanah longsor yang dipicu oleh gempa bumi.

Ribuan orang pun kehilangan tempat tinggal.

Kerusakan terburuk dialami ibu kota regional Armenia dan Pereira.

Di Armenia, sekitar 10 mil atau 17 kilometer ke selatan dari pusat gempa, rumah satu lantai pun hancur.

Insinyur geoseismik Zygmunt Lubkowski mengatakan bahwa hilangnya banyak nyawa akibat gempa ini sebenarnya dapat dicegah jika bangunan dan jembatan telah dipastikan untuk dibangun dengan benar sebelumnya. 

Sebab, kebanyakan gedung-gedung baru yang dibangun setelah standar pembangunan diperkenalkan tahun 1984 tidak rusak.

Hambatan evakuasi

Masalah komunikasi yang terjadi akibat gempa menjadi hambatan bagi tim penyelamat untuk menerima detail dari wilayah-wilayah terdampak.

Melansir Harian Kompas, 28 Januari 1999, tim penyelamat menjadi tidak  berdaya menyingkap puing-puing bangunan bertingkat yang porak poranda.

Berbagai peralatan berat pembongkar tanah pun diistirahatkan. Mereka terpaksa memakai alat ringan hingga tangan untuk membongkar puing karena takut melukai korban yang masih selamat atau bertahan di bawah reruntuhan puing.

"Hanya 25 persen reruntuhan akibat gempa yang berhasil dibongkar," ungkap Ketua Kongres Kolombia, Fabio Valencia kepada pers di Armenia.

Baca juga: Lowongan PPK Pilkada Jember 2020 Diminati Milenial, Dibutuhkan 155 yang Daftar 1.041

Penjarahan

Dalam peristiwa ini, ada banyak laporan yang menyebutkan tentang penjarahan di kota Armenia setelah gempa. 

Warga marah dengan lambatnya bantuan. Akibatnya, mereka pun membobol toko makanan hingga mencuri persediaan.

Rasa jengkel dan putus asa mendorong warga melakukan penjarahan di pusat kota yang selamat. Namun, aksi tersebut lama-lama berkembang. Tidak hanya bahan makanan sasarannya, tetapi juga segala benda yang ada di toko, mulai dari sepatu, perhiasan, hingga compact-disc.

Atas kejadian tersebut, Presiden kemudian mengirim pasukan untuk mengembalikan ketertiban. 

Ribuan pasukan bersenjata pun dikerahkan ke Armenia, sekitar 300 kilometer barat Bogota. 

Sebelumnya, Pemerintah Kolombia telah mengumumkan 362 bantuan obat-obatan, dan Program Pangan PBB mengirimkan 200 ton bahan makanan ke lokasi bencana. 

Namun, sebagian warga yang terkena bencana tersebut mengaku belum menerima bantuan.

Presiden Kolombia Andres Pastrana pun melakukan sidan mendadak dengan anggota-anggota kabinetnya akibat tak lancarnya penurunan bantuan ini.

Pastrana hanya mengungkapkan bahwa tidak mudah menyediakan pangan 150 ton per hari terhada ribuan korban bencana seperti ini. Sementara, jalan tertutup timbunan reruntuhan, truk pengangkut tidak tersedia, dan tenaga sukarela pun kurang.

"Rasanya tak ada negara di dunia ini yang sanggup menyediakan sendiri bantuan makan untuk 200.000 orang (kelaparan) yang tertimpa musibah seperti ini," ungkap Menlu Kolombia, Guillermo Fernandez.

Baca juga: Perkiraan Cuaca Tahun Baru Imlek 2571, Jakarta Dilanda Hujan dan Petir

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi