Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Virus Corona China Berasal dari Kelelawar dan Ular?

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Shutterstock
Ilustrasi kelelawar buah.
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Virus corona yang tersebar di China dan wabah SARS di tahun 2003 memiliki dua kesamaan. Keduanya berasal dari keluarga virus corona dan ditularkan melalui hewan ke manusia.

Virus corona merupakan penyakit zoonosis. Artinya, mereka disebarkan ke manusia dari hewan. Pasar-pasar yang menempatkan manusia dengan hewan mati atau hidup di tempat yang sama, dapat menjadi kondisi di mana virus mudah tersebar.

"Pasar hewan hidup yang diatur dengan buruk, dicampur dengan perdagangan satwa liar ilegal menjadi peluang bagi virus untuk menyebar dari inang satwa liar ke populasi manusia," kata Wildlife Conservation Society, sebagaimana dikutip Business Insider.

Dalam kasus SARS, dan mungkin juga di wabah virus corona ini, kelelawar menjadi inang. Kemudian, mereka menginfeksi hewan lain melalui kotoran atau saliva dan perantara pun tanpa disadari menularkan virus tersebut kepada manusia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kelelawar dan burung dianggap sebagai spesies reservoir untuk virus dengan potensi pandemi," ungkap ahli virus di Pusat Medis Erasmus Rotterdam Belanda, Bart Haagmans.

Dalam 45 tahun terakhir, setidaknya ada tiga pandemi lainnya (selain SARS) yang ditelusuri penyebabnya dari kelelawar.

Hewan-hewan tersebut juga merupakan sumber asli dari penyakit Ebola yang telah menewaskan 13.500 orang pada tahun 1976.

Selain itu, juga sindrom pernapasan Timur Tengah yang lebih dikenal dengan MERS. Virus ini ditemukan di 28 negara.

Kemudian, juga virus Nipah, yang memiliki tingkat kematian sebesar 78 persen.

Baca juga: Waspada! 10 Negara Ini Konfirmasi Telah Terjangkit Virus Corona

Kondisi saat ini

Sejauh ini, virus corona yang muncul di Wuhan telah menewaskan 26 orang dan menginfeksi lebih dari 900 orang.

Para ahli belum mengonfirmasi spesies hewan yang mampu menyebarkan virus ini ke manusia. Akan tetapi, ada beberapa dugaan.

Ilmuwan di China membandingkan kode genetik dari virus corona Wuhan dengan virus corona lainnya. Hasilnya, terdapat kesamaan paling besar pada sampel virus corona dari dua kelelawar.

"Ada indikasi bahwa ini adalah virus kelelawar," kata ilmuwan Rocky Mountain Laboratories, Vincent Munster.

Sementara, menurut kelompok ilmuwan lainnya yang menyunting Journal of Medical Virology, spesies perantara dalam kasus ini diduga adalah kobra China.

Alasannya, analisis genetik lebih lanjut menunjukkan bahwa blok pembangun genetik virus corona Wuhan sangat mirip dengan ular.

Jadi, para peneliti berpikir bahwa populasi kelelawar dimungkinkan menginfeksi ular, yang kemudian menularkan virus tersebut kepada manusia.

Namun, satu-satunya cara untuk memastikan dari mana virus ini berasal adalah dengan mengambil sampel DNA dari hewan-hewan yang dijual di pasar dan dari ular serta kelelawar di daerah tersebut.

Ancaman kelelawar

Berdasarkan sebuah studi tahun 2017, kelelawar memiliki proporsi virus zoonosis yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan mamalia lain.

Para ahli berfikir bahwa kondisi ini disebabkan oleh kemampuan kelelawar terbang melintasi jarak geografis yang luas dengan membawa penyakit tertentu.

Kelelawar menyebarkan virus melalui kotorannya. Jika mereka menjatuhkan kotoran di buah yang akan dimakan oleh hewan, hewan pemakan pun menjadi pembawa penyakit.

"Kami mengetahui cukup banyak virus dalam cetak biru WHO yang memiliki kaitan langsung ataupun tidak langsung dengan kelelawar," kata Munster.

Maret lalu, sebuah penelitian pun memprediksi bahwa kelelawar dapat menjadi sumber wabah jenis virus corona baru di China.

Baca juga: Fakta tentang Virus Corona, Gejalanya Sangat Umum, Satu Orang Diduga Terinfeksi

Pencegahan

Di pasar, kedekatan antara pembeli dengan kios penjual serta hewan, baik hidup atau mati, menciptakan tempat perkembangbiakkan untuk penyakit zoonosis.

"Untuk alasan budaya di wilayah ini, orang ingin melihat hewan yang mereka beli disembelih di depan mereka, sehingga mereka tahu persis produk yang mereka bayar," tutur dokter spesialis penyakit menular di Universitas Kedokteran Chicago, Emily Langdon sebagaimana dikutip Business Insider.

Saat ini, pihak berwenang di Wuhan telah melarang perdagangan hewan hidup di pasar ini. Mereka menutup pasar hewan laut tempat diduga bermulanya wabah virus corona.

Para ahli mendukung hal tersebut untuk membantu pencegahan penyebaran virus.

Namun, menurut ilmuwan senior di John Hopkins University, Eric Toner, wabah dari hewan ke manusia tetap akan meningkat tanpa adanya pasar tersebut.

"Saya berpikir cukup lama bahwa virus yang paling mungkin menyebabkan pandemi baru adalah virus corona," kata Toner.

Namun demikian, wabah virus corona Wuhan tidak dianggap sebagai pandemi. Sejauh ini, WHO belum menyatakan wabah ini sebagai darurat kesehatan masyarakat global. 

Sebab, China telah mengarantina Wuhan dan kota-kota terdekat lainnya untuk menghentikan penyebaran virus ini. 

Baca juga: 3 Turis Diduga Terjangkit Virus Corona, Dinkes Bali Minta Warga Tak Panik

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi