Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Lampion Identik dengan Imlek? Berikut Makna dan Sejarahnya

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Aji YK Putra
Lampion berbentuk naga dipamerkan dalam Sriwijaya Lantern Festival di Jalan Reziden Abdul Rozak, Kecamatan Ilir Timur III, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (23/1/2020). Festival yang menampilkan 10.000 lampion tersebut digelar untuk menyambut perayaan Imlek yang jatuh pada 25 Januari mendatang.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Perayaan Tahun Baru Imlek jatuh pada 25 Januari 2020. Perayaan Imlek 2571 yang jatuh pada Sabtu ini merupakan Tahun Tikus Logam.

Diketahui perayaan Tahun Baru Imlek setiap tahunnya tidak lepas dari atraksi barongsai dan pemasangan lampion.

Sejumlah daerah pun berbenah menyambut perayaan Imlek, salah satunya yakni Solo.

Bahkan untuk menyemarakkan Imlek, setidaknya 5.000 lampion dipasang menghiasi kota selama sebulan penuh.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilansir Kompas.com (19/01/2020), lampion-lampion tersebut mulai dinyalakan 15 januari hingga 15 Februari 2020. Tepatnya di kawasan Pasar Gede Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca juga: Suka Cita Perayaan Imlek Terbuka Pertama di Indonesia...

Awal mula lampion 

Dikutip Culture Trip, lentera China atau yang kerap disebut dengan lampion tujuan awalnya hanyalah untuk menjadi sumber cahaya.

Orang-orang dari Dinasti Han Timur kuno (25-220 M) membuat lampion dari rangka bingkai bambu, kayu, atau jerami gandum.

Lalu meletakkan lilin di tengahnya dan merentangkan sutra atau kertas di atasnya sehingga nyala api tidak akan tertiup angin.

Di kemudian hari, lampion diadopsi para biksu Buddha sebagai bagian dari ritual ibadah mereka pada hari ke-15 bulan pertama kalender lunar.

Atas perintah seorang kaisar, orang-orang bergabung dalam ritual itu lalu menyalakan lentera untuk menghormati Buddha dan membawanya ke istana di Luoyang.

Baca juga: Gara-gara Virus Corona Perayaan Tahun Baru Imlek di Beijing Batal

Festival lampion

Saat Dinasti Tang, hal tersebut berubah menjadi sebuah festival yang dirayakan setiap tahun.

Pada hari ke-15 kalender lunar, orang China merayakan festival dan menyebutnya Festival Lentera. Hal itu dianggap sebagai akhir tahun baru China.

Masih dari sumber yang sama, berikut beberapa jenis lampion:

1. Tomato Light

Bentuk paling dasar dikenal sebagai Tomato Light, yang oleh sebagian besar orang di seluruh dunia diasosiasikan dengan lampion China.

2. Crystal Magic

Tipe ini dapat dibuat dalam bentuk geometris apa saja, dari persegi ke heksagonal, maupun lainnya.

Lampion jenis ini biasanya didekorasi dengan hiasan, mengingatkan tentang salah satu tujuan awal mereka sebagai lentera istana.

3. Gastronomi Buddha

Ini adalah jenis lampion China yang paling umum. Biasanya ada di festival dan parade di seluruh China, seperti yang ada di Yu Gardens Shanghai.

Jenis ini tidak memiliki batas pada bentuknya, dan berevolusi menjadi lebih rumit setiap tahunnya.

Baca juga: Soal Wabah Virus Corona, Mengapa Sejumlah Virus Berbahaya Muncul dari China?

Makna lampion

Lantas kenapa di setiap perayaan Imlek selalu identik dengan lampion?

Menurut sejarawan JJ Rizal, lampion adalah tradisi yang dibawa dari negeri China. Tetapi dimaknai sama, yaitu simbol tolak bala.

"Orang China menggunakan lampion untuk Tahun Baru Imlek seiring dengan mengenal teknik membuat kertas di masa-masa paruh pertama tahun masehi," katanya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (25/01/2020).

Warnanya yang merah, imbuhnya menggambarkan pengharapan di tahun baru.

Harapannya segala kesedihan dan kegelapan akan sirna digantikan kebahagiaan.

Diberitakan Kompas.com (19/1/2020), setidaknya ada dua makna warna merah pada setiap perayaan Imlek.

1. Lambang kebahagiaan

Rohaniawan Tionghoa asal Surakarta, WS. Adjie Chandra menjelaskan bahwa warna merah melambangkan kebahagiaan.

Warna tersebut biasanya digunakan saat ada suatu keluarga yang memiliki hajat mantu. Hal itu menggambarkan keluarga yang mempunyai hajat mantu sedang berbahagia.

2. Simbol kebaikan hati

Menurut pemberitaan Harian Kompas (30/1/2018) seseorang yang mempraktikkan feng shui tradisional, Suhana Lim menjelaskan bahwa warna merah juga menjadi simbol dari kebaikan hati, kebenaran, dan ketulusan hati.

Lebih lanjut dia menjelaskan bunyi karakter "merah" atau "hung" identik dengan karakter "makmur".

Baca juga: Wabah Virus Corona dan Ditutupnya Tembok Besar China...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi