Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Program Mendikbud Mahasiswa Magang 3 Semester, Pengamat: Pahami Karakter Perguruan Tinggi

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO
Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim mengeluarkan empat kebijakan Merdeka Belajar di lingkup pendidikan tinggi bernama “Kampus Merdeka”. Kebijakan Kampus Merdeka merupkan langkah awal dari rangkaian kebijakan untuk perguruan tinggi.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar yang ditujukan bagi pendidikan tinggi.

Kebijakan tersebut diberi nama Kampus Merdeka.

Salah satu isinya adalah memberikan hak kepada mahasiswa untuk mengambil mata kuliah di luar program studi.

Nadiem menilai saat ini bobot SKS untuk kegiatan pembelajaran di luar kelas sangat kecil dan tidak mendorong mahasiswa untuk mencari pengalaman baru.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlebih di banyak kampus, pertukaran pelajar atau praktik kerja justru menunda kelulusan mahasiswa.

Namun rencana kebijakan mantan bos Gojek itu mendapatkan kritikan dari beberapa pihak.

Baca juga: Ini Rangkuman 4 Kebijakan Kampus Merdeka Mendikbud Nadiem

Karakter perguruan tinggi

Salah satu kritikan datang dari pengamat pendidikan Darmaningtyas. Ia menganggap bahwa Mendikbud Nadiem Makarim tidak memahami karakter perguruan tinggi.

Menurut Darmaningtyas Nadiem perlu memahami terlebih dulu karakter masing-masing perguruan tinggi di yang ada di Indonesia. 

Perguruan tinggi di Indonesia, kata Darmaningtyas ada beberapa macam, yaitu politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas.

"Nadiem itu tidak paham tentang pendidikan tinggi yang beragam. Pendidikan tinggi itu ada politeknik, sekolah tinggi, institut, ada universitas," katanya kepada Kompas.com, Sabtu (25/1/2020).

Ia menyebutkan bahwa politeknik memang diharapkan menghasilkan lulusan yang langsung siap kerja.

Tapi hal itu menurut Darmaningtyas berbeda dengan universitas yang memang ditujukan untuk menyiapkan analis, konseptor serta pemikir.

Baca juga: Mendikbud Nadiem Luncurkan 4 Kebijakan Kampus Merdeka, Ini Penjelasannya

Karenanya, ia menilai bahwa desain pendidikan di setiap bentuk perguruan tinggi harus berbeda.

"Kalau politeknik memang diharapkan lulus langsung kerja seusai dengan bidangnya. Karena itu, pemagangan jadi sangat penting bagi kompetensi mereka," jelasnya.

Apabila konsep tersebut diterapkan, maka ia khawatir perguruan tinggi hanya akan melahirkan manusia-manusia pekerja, bukan manusia pemikir.

Sehingga akibatnya, Indonesia akan mudah ditipu oleh bangsa lain yang memiliki pemikir-pemikir handal.

"Kalau konsep itu dilaksanakan, justru nanti hanya akan melahirkan manusia-manusia pekerja, tapi enggak ada yang bisa berpikir. Akibatnya kita dikadalin bangsa lain yang punya pemikir-pemikir ulung," jelasnya.

Baca juga: Mendikbud Nadiem Makarim Mengaku Penggemar Netflix

Kembangkan fakultas sains dan teknologi

Dibandingkan dengan menerapkan konsep itu, Darmaningtyas menilai jika pengembangan fakultas-fakultas sains dan teknologi untuk saat ini lebih penting.

Sebab, saat ini universitas di Indonesia masih didominasi oleh fakultas sosial humaniora.

Selain itu, banyaknya perguruan tinggi abal-abal juga harus menjadi perhatian serius pemerintah.

"Intinya, yang harus diperbaiki itu universitas kita yang banyak fakultas-fakultas humaniora dan PTS yang abal-abal," tutur pria yang pernah menjadi pengurus Majelis Luhur Taman Siswa itu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi