Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pemimpin Redaksi Kompas.com
Bergabung sejak: 21 Mar 2016

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Editor's Letter untuk Virus Corona, Harun Masiku, Sandiaga dan Sukiyah

Baca di App
Lihat Foto
AFP/HECTOR RETAMAL
Sebuah mobil melaju sendiri di jalanan kota Wuhan, China, yang sepi akibat wabah virus corona yang mematikan, Minggu (26/1/2020).
Editor: Amir Sodikin

What’s Hot

Hujan yang turun merata saat Tahun Baru Imlek cukup membuat kita merasa diberkati. Genangan memang didapati di beberapa lokasi, namun segera surut.

Di Jakarta yang masih dibayang-bayangi banjir 1 Januari 2020, akhir pekan lalu ada 17 titik genangan seperti di sekitar Monumen Nasional. Tidak lebih dari satu jam, banjir yang datang jelang Imlek itu pergi.

Selamat Tahun Baru Imlek 2571. Selamat datang Tahun Tikus.

Apa yang panas dan menandai awal Tahun Tikus yang digambarkan sebagai cerdik dan licik ini?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama, virus corona.

Hingga Minggu (26/1/2020) kemarin, 13 negara mengonfirmasi menemukan kasus dengan virus yang bermula dari Wuhan, China, ini di negara masing-masing.

Negara itu adalah China, Vietnam, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Taiwan, Kanada, Singapura, Thailand, Nepal, Perancis, Malaysia dan Australia.

Muasal kepanikan dunia awal tahun ini adalah didapatinya virus corona di China pada 31 Desember 2019.

Hingga kemarin, 56 orang di China tewas karena virus yang gejalanya demam, batuk kering, lemas, dan kesulitan bernafas ini.

Atas merebaknya konfirmasi virus ini, sejumlah negara merespons cepat.

Hong Kong misalnya, membatalkan semua rencana kunjungan resmi ke semua wilayah di China. Penerbangan dan perjalanan kereta cepat ke Wuhan dihentikan. Sekolah di Hong Kong juga diliburkan lebih panjang sampai 17 Februari 2020.

Di Indonesia, ada beberapa dugaan kasus virus corona yang tengah ditangani. Namun, sampai kemarin, dugaan itu dinyatakan negatif dan yang lainnya belum terkonfirmasi.

Sementara kabar virus corona menulari dua perawat RSUP Sardjito dibantah. Di tengah kepanikan seperti ini, hoaks tumbuh.

Konfirmasi informasi yang kalian dapat dari media sosial ke sumber-sumber terpercaya ya. Jika ragu akan informasi yang beredar, cek kebenarannya di media yang memiliki reputasi baik.

Tetap waspada karena virus corona makin meluas dan tentu saja berbahaya.

Kedua, Harun Masiku.

Misteri keberadaan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) ini belum terpecahkan juga. Kebenaran mungkin akan menemukan jalannya sendiri.

Itu terlihat dari bagaimana upaya mengaburkan keberadaan HAR, insial tersangka kasus korupsi KPK ini terkuak sendiri.

Lewat keterangan Dirjen Imigrasi Ronny Sompie soal masuknya HAR ke Indonesia pada 7 Januari 2020, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly tak bisa berkata-kata.

Tanggal 7 Januari 2020 adalah sehari sebelum operasi tangkap tangan oleh KPK. Setelah penangkapan oleh KPK yang dilakukan pada 8 Januari 2020, Yasonna mengatakan, HAR ke luar negeri pada 6 Januari 2020.

Presiden Joko Widodo sampai harus berbicara agar pembantu-pembantunya lebih cermat dalam memberi keterangan kepada media. Meskipun pembantunya banyak, pembantu yang dimaksud Jokowi kali ini adalah Yasonna.

Apa respons Yasona? Yasona meminta maaf. Namun, permintaan maafnya tidak untuk kasus HAR tetapi untuk warga Tanjung Priok.

Apalagi ini? Warga Tanjung Priok beramai-ramai berunjuk rasa ke kantor Kementerian Hukum dan HAM lantaran tersinggung dengan pernyataan Yasonna soal Tanjung Priok yang identik dengan kemiskinan dan kriminalitas. Yasonna membandingkan Tanjung Priok dengan Menteng.

Babak selanjutnya kasus HAR yang menyuap komisioner KPU Wahyu Setiawan adalah pemeriksaan Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto oleh KPK.

Hasto mendatangi KPK untuk diperiksa sebagai saksi. Usai diperiksa, Hasto minta HAR kooperatif dan menyerahkan diri. Hasto mengatakan itu sambil memberi contoh tampaknya.

Ketiga, Sandiaga

Selalu menarik perhatian memang Sandiaga Uno. Kemunculannya ke panggung politik sejak hendak mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI di Pilkada 2017 membuktikan hal itu.

Minggu lalu, Sandiaga menjadi bahan percakapan dan spekulasi Pilpres 2024. Percakapan dan spekulasi ini begulir sejak Jokowi berseloroh dan memberi isyarat bahwa Sandiaga akan maju di Pilpres 2024.

Seloroh dan isyarat itu disampaikan Jokowi saat pelantikan Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), 15 Januari 2020.

Dalam rapat kerja Partai Gerindra DKI Jakarta, Minggu (26/1/2020), Sandiaga yang menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra meminta kader Gerindra pintar-pintar menempatkan diri.

Kenapa demikian? Di Pusat, Partai Gerindra mendukung Presiden Jokowi. Di DKI Jakarta, Gerindra mendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Posisi yang membutuhkan “kepintaran” politik.

Seperti diketahui, hubungan Jokowi dan Anies tidak cukup harmonis sejak Anies tidak lagi dipakai sebagai pembantu Jokowi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2016. Hubungan tidak harmonis ini terpelihara dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Pilpres 2019.

Dengan “kepintaran” politik para kader di partai yang didirikan Prabowo Subianto, Sandiaga tampaknya hendak merawat seloroh dan isyarat Jokowi atasnya di Pilpres 2024.

Kenapa demikian? Dari semua tokoh, yang saat ini paling berpotensi maju dan dimajukan dalam Pilpres 2024 adalah Anies.

Partai Nasdem jauh-jauh hari sudah mencium dan menegaskan posisi ini meskipun belum tegas-tegas amat. Kecerdikan aka “kepintaran” politik khas partai yang didirikan Surya Paloh berlanjut kepada Anies.

Hal sama dilakukannya untuk Jokowi saat semua partai lain termasuk PDI-P belom berpikir Pilpres 2019. Jauh-jauh hari. Di level provinsi, Ridwan Kamil contoh lain lagi.

Dengan seloroh dan isyarat Jokowi dan komplikasi relasi kuasa Partai Gerindra dengan Jokowi dan Anies, Sandiaga yang pandai mencuri perhatian media akan mendapat sorotan lebih luas. Kecuali, Prabowo akan menyatakan diri maju dalam Pilpres lagi.

Apakah itu mungkin? Mungkin saja terjadi. Tidak ada larangan dalam konstitusi seorang warga negara berkontestasi dalam Pilpres lima kali berturut-turut.

Kisah Sukiyah

Soal ketidakmungkinan yang jadi mungkin, saya bagikan pokok keempat, Sukiyah.

Siapa Sukiyah? Sukiyah (50) adalah warga Dusun Karangombo, Desa Polobogo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Karena kebutaannya dan hidup sebatang kara, Sukiyah menutup diri selama 27 tahun. Selama tinggal di rumah papan beralas tanah tanpa penerangan lampu itu, rambutnya tidak pernah dipotong. Rambutnya menjadi gimbal dan jadi tempat tikus dan ulat bersarang.

Terakhir Sukiyah berkomunikasi dengan warga adalah setahun lalu saat ia menolak dimandikan dan justru menggigit salah satu tangan warga.

Perangainya yang sulit membuat warga yang hendak membantu berpikir ulang dan mengurungkan niat.

Adalah Ardian Kurniawan Santoso, yang memungkinkan komunikasi dengan Sukiyah terjadi, Sabtu (25/1/2020).

Dengan pendekatannya, Ardian bisa mengajak Sukiyah membersihkan diri. Pertama-tama dengan memotong rambut gimbal Sukiyah sepanjang lebih dari dua meter.

Ardian adalah relawan Masyarakat Relawan Indonsia-Aksi Cepat Tanggap (MRI-ACT). Kelamnya hidup yang pernah dijalani tampaknya membuat Ardian lebih bisa memahami kelamnya hidup orang lain.

Ardian dua kali masuk penjara karena merampok di Jember, Boyolali dan Salatiga. Saat ini, di MRI, Ardian adalah Koordinator Wilayah Salatiga dan Kabupaten Semarang.

Di ACT, Ardian adalah sopir Food Truck ACT ke Palu, Riau, Jambi, Dumai dan Padang.

Namun, pengalaman bertemu Sukiyah adalah pengalaman yang paling menggetarkan hatinya dibanding semua pengalaman lain.

Kisah tergetarnya hati manusia selalu menggetarkan hati manusia lainnya. Sehat selalu Sukiyah, Adrian, dan semua perawat kemunusiaan di mana pun berada termasuk kalian semua tentunya.

Sambil mengenang semua perawat kemanusiaan, mari menundukkan kepala untuk Kobe Bryant, legenda basket setelah era Michael Jordan yang meninggal karena helikoter yang ditumpanginya kecelakaan, dini hari tadi.

Salam,

Wisnu Nugroho

 
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi