Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari ini dalam Sejarah: Pesawat MH370 Dinyatakan Alami Kecelakaan, 239 Penumpang Tewas

Baca di App
Lihat Foto
AFP PHOTO / MOHD RASFAN
Foto awak kabin pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang, ditampilkan saat doa bersama di sebuah sekolah di Petaling Jaya, Malaysia, 8 Maret 2016.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Hari ini, 5 tahun yang lalu, tepatnya pada 29 Januari 2015, Pemerintah Malaysia mengeluarkan pernyataan resmi pesawat Malaysia Airlines MH370 mengalami kecelakaan.

Pernyataan tersebut sudah ditunggu-tunggu keluarga korban dan masyarakat luas, setelah tidak adanya kepastian hampir 11 bulan.

Diberitakan Harian Kompas (30/01/2015), pesawat Malaysia Airlines MH370 dinyatakan hilang pada 8 Maret 2014.

Namun pemerintah Malaysia baru memberikan kejelasan status pesawat pada 29 Januari 2015.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam pengumuman tersebut sebanyak 239 penumpang pesawat, termasuk awak kapal dinyatakan meninggal.

Sebagian besar, yaitu dua pertiga penumpang MH370 adalah warga negara China.

Direktur Jenderal Departemen Penerbangan Civil Aviation Malaysia Azharuddin Abdul Rahman mengakui pernyataan kecelakaan itu sulit diterima kerabat korban.

Namun, menurutnya, kepastian lewat pengumuman resmi pemerintah itu penting bagi mereka untuk kembali hidup normal.

Dengan status pesawat mengalami kecelakaan dan seluruh korban dinyatakan tewas, pihak perusahaan maskapai bisa mulai menghitung besar ganti rugi.

Seperti diketahui sebelumnya, pesawat MH370 hilang tanpa jejak dalam penerbangan dari Kuala Lumpur ke Beijing.

Berdasarkan data satelit, pesawat diindikasi memutar ke arah daerah terpencil di Samudera Hindia.

Hal itu sempat membuat dugaan, pesawat sengaja diarahkan ke tempat terpencil itu. Hingga berita tersebut ditulis, keberadaan MH370 masih misteri.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Legenda Film Bisu, Charlie Chaplin Meninggal Dunia

Puing pesawat ditemukan

Dilansir Britannica, potongan puing pertama baru ditemukan 29 Juli 2015. Saat itu flaperon sayap kanan ditemukan di sebuah pantai di pulau Reunion, Perancis.

Selama satu setengah tahun berikutnya, 26 potongan puing ditemukan di pantai Tanzania, Mozambik, Afrika Selatan, Madagaskar, dan Mauritius.

Dua keping puing berasal dari bagian dalam kabin, menunjukkan bahwa pesawat itu telah hancur.

Tetapi tidak dapat ditentukan apakah perpecahan itu terjadi di udara atau saat terjadi benturan dengan laut.

Studi terhadap puing-puing yang ditemukan di Tanzania menunjukkan pesawat tidak mengalami penurunan yang terkontrol. Artinya, pesawat itu tidak dipandu ke pendaratan air.

Penemuan puing-puing itu digunakan untuk mempersempit area pencarian di Samudera Hindia.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Produksi Toy Story Pertama Dimulai

Penyebab kecelakaan

Dilansir Britannica, penjelasan tentang apa yang mungkin terjadi pada penerbangan MH370 sangat beragam.

Hilangnya Aircraft Communication Addressing and Reporting System (ACARS) dan sinyal transponder pesawat memicu spekulasi yang sedang berlangsung tentang adanya pembajakan pesawat.

Namun tidak ada klaim pertanggungjawaban langsung oleh individu atau kelompok manapun.

Selain itu tampaknya pembajak juga tidak akan menerbangkan pesawat ke Samudera Hindia bagian selatan.

Ada dugaan pilot disarankan bunuh diri oleh salah satu kru, karena sinyal pesawat dimatikan.

Tapi tidak ada yang mencurigakan dari perilaku kapten, perwira pertama, maupun awak kabin sebelum penerbangan.

Pada bulan Juli 2018 pemerintah Malaysia mengeluarkan laporan terakhir tentang hilangnya MH370.

Kerusakan mekanis dianggap sangat tidak mungkin, dan perubahan jalur penerbangan kemungkinan dihasilkan dari input manual.

Tetapi pada akhirnya para peneliti tidak dapat menjawab mengapa MH370 menghilang.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tsunami Terjang Flores, Lebih dari 1.300 Orang Meninggal

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi