Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potret Kehidupan Warga Wuhan Satu Minggu setelah Terisolasi akibat Virus Corona

Baca di App
Lihat Foto
YOUTUBE/South China Morning Post
Seorang pria sedang memancing ikan dalam bak dari atas kasurnya
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Genap satu minggu warga Wuhan terisolasi akibat munculnya virus corona.

Sejak Kamis (23/1/2020) minggu lalu, pihak berwenang mengumumkan pembatasan perjalanan terhadap penduduk kota Wuhan, China, termasuk menutup bandara Wuhan, stasiun kereta api, dan transportasi umum.

Kota-kota lain di Provinsi Hubei kemudian mengikutinya pada beberapa hari selanjutnya.

Baca juga: [REAL TIME - LIVE] - Pantau Sebaran Virus Corona di Sini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekitar 5 juta penduduk meninggalkan Wuhan sebelum kota itu terisolasi. Namun, masih ada sekitar 9 juta lainnya yang bertahan di ibukota provinsi Hubei itu.

Bagi warga Wuhan, dunia saat ini hanya sebatas rumah mereka dan terpaksa mencari cara lain untuk mengisi waktu hingga kota kembali dibuka.

Tak sedikit pula dari mereka yang memutuskan untuk membantu penanganan virus corona Wuhan.

Baca juga: Virus Corona Menyebar, Bagaimana Kabar Mahasiswa Indonesia di Wuhan?

Menjadi relawan

Salah satunya adalah Liang Liang, pebisnis yang bergabung dengan 4.000 orang untuk membantu staf medis dan mengangkut berbagai kebutuhan.

Dikutip dari SCMP (30/1/2020), Liang pulang pada 10 malam setelah menjalani hari yang melelahkan di balik kemudinya.

Ia mengaku, keputusannya untuk menjadi relawan karena ia kasihan melihat penderitaan pegawai rumah sakit.

"Video dan foto di dunia maya menunjukkan staf medis bekerja dalam kondisi tragis dan kekurangan pasokan alat pelindung. Saya merasa sangat sedih melihat gambar-gambar itu," kata Liang.

Dalam sepekan terakhir, Liang telah mengangkut 100 staf medis, mengirim puluhan ribu masker dan ribuan pakaian pelindung ke rumah sakit.

Sejumlah pengemudi secara sukarela mulai bekerja pada jam 5 pagi dan seringkali pulang hingga larut malam.

Mereka tak mempedulikan rekomendasi pihak berwenang untuk tetap tinggal di rumah dan mengambil risiko tertular virus corona karena melakukan kontak dengan para dokter dan pasien.

"Jika disebut tak khawatir terinfeksi virus, itu adalah bohong. Aku khawatir. Tapi, melihat situasi saat ini, rasanya motivasi saya untuk menolong lebih besar dibandingkan kekhawatiran terhadap kesehatanku. Saya juga berharap agar beruntung dan tidak terinfeksi," kata Liang.

Baca juga: Percaya China Bisa Atasi Virus Corona, WHO: Tak Perlu Evakuasi Warga Asing dari Wuhan

Cemas

Isolasi Kota Wuhan juga membuat Wang Wei, seorang profesor teknik elektro di Huazhong University of Science and Technology, cemas karena keterbatasan obat.

"Saya keluar seminggu sekali untuk membeli bahan makanan. Makanan mudah dibeli, tapi tidak untuk masker dan obat-obatan," kata Wang.

Ketakutannya semakin bertambah ketika tahu bahwa seseorang yang ia kenal dirawat di rumah sakit karena demam.

"Saya sangat takut. Kakek teman saya meninggal karena pneumonia Wuhan ini," katanya.

Kehilangan peluang bisnis

Crystal Yu, seorang lulusan marketing mengatakan, pengisolasian kota Wuhan membahayakan peluangnya untuk memulai posisi baru.

Yu tiba di Wuhan dari Milan, Italia pada Januari ini untuk menemui keluarganya dan merayakan Tahun Baru Imlek.

Ia dijadwalkan akan memulai magangnya di sebuah perusahaan di Hong Kong pada awal Februari mendatang, tapi ia tak bisa pergi sampai saat ini.

"Saya kurang puas dengan kebijakan pemerintah Wuhan karena mereka tak membagikan informasi secara detail tentang virus ini," kata Yu.

"Saya tiba di Shanghai dari Milan pada 18 Januari dan menuju ke Wuhan pada 19 Januari. Saat itu, media dan pemerintah mengatakan penyebaran virus antar manusia masih terbatas," sambungnya.

Yu setuju dengan kebijakan penguncian kota Wuhan sebagai cara efektif untuk mengendalikan penyebaran virus Corona.

Namun, hal itu telah membuat orang-orang seperti dirinya yang hanya menghabiskan waktu singkat di Wuhan, terdampar.

Baca juga: Virus Corona Meluas, Ini Potret Kota Wuhan secara Geografis

Membuat video dan mengunggahnya

Penduduk Kota Wuhan juga banyak menghabiskan waktunya di dalam ruangan untuk membuat video dan mengunggahnya.

Mereka membuat aktivitas-aktivitas lucu untuk mengisi waktu dan mengurangi rasa cemas.

Salah seorang warga terlihat menciptakan permaianan untuk anaknya.

Ia menyuruh anaknya melempar kertas yang dibentuk seperti lingkaran ke sejumlah peralatan rumah tangga yang telah disusun secara urut.

Selain itu, sebuah video lain juga menampilkan gambar pria yang sedang memancing ikan dalam sebuah ember dari atas kasurnya.

Ada juga warga Wuhan yang membagikan momen mereka sedang bermain badminton di dalam rumah.

Baca juga: Mengenal Kota Wuhan, Kota di China yang Diduga Sumber Virus Corona

Bermain game online

Pengisolasian kota Wuhan juga membuat sejumlah warga menghabiskan waktu mereka dengan bermain game online.

Melonjaknya jumlah pemain yang login bahkan mengakibatkan server game PUBG Mobile sempat down.

Salah satu pemainnya, Tiyuxiaoqiao mengaku dirinya sempat tidak bisa mengakses game battle royale ini.

"Tak jadi nonton film, drama, kumpul-kumpul, mandi di pemandian air panas. Cuma ingin main game, tapi (servernya) collapse," tulis Tiyuxiaoqiao, dikutip dari abcusnews.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi