Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Rasisme terhadap Etnis Tionghoa setelah Wabah Virus Corona

Baca di App
Lihat Foto
Reuters/Sophie Carsten
Salon kecantikan di Pulau Phu Quoc, Vietnam, memasang pengumuman tidak terima pelanggan China karena khawatir dengan virus corona.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Kecenderungan rasisme mulai terjadi di sejumlah negara pada etnis Tionghoa atau warga China setelah wabah infeksi virus corona merebak sebulan terakhir.

Kini, masyarakat China atau Asia diidentikkan dengan pembawa virus dan potensial untuk menularkannya pada bangsa lain.

Dikutip dari CGTN, seorang netizen asal China mengunggah sebuah foto yang menunjukkan ayahnya tengah berpose di depan mobil yang diberikan oleh si anak sebagai kejutan.

Di kolom komentar terdapat sebuah kalimat yang kurang pantas, intinya ia meminta mereka untuk tetap berada di China sampai persebaran virus benar-benar bisa diatasi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain itu, banyak juga restoran Vietnam yang menuliskan pengumuman "Tidak menerima orang China" di depan tempat mereka berusaha.

Baca juga: Virus Corona, Inggris Tarik Staff Kedubes dari China dan Mulai Karantina 83 Warganya

Beralih ke media sosial, di Twitter Jepang tagar #ChineseDon'tComeToJapan sempat menjadi topik perbincangan paling banyak diunggah.

Yellow Allert

Sementara itu, di Kanada dilaporkan terjadi beberapa kasus perundungan terhadap anak-anak yang berdarah China di sekolah.

Di belahan dunia yang lain, di Perancis. Sebuah koran menampilkan wajah seorang perempuan China di halaman sampul dan membubuhkan "Yellow Allert" di sebelah foto tersebut.

"Yellow Alert" berarti peringatan untuk berhati-hati dan waspada.

University of California menyatakan rasa takut atau phobia yang disebut sebagai xenophobia sebagai reaksi yang normal mengingat krisis kesehatan yang masih terus berlangsung.

Mendapat banyak protes, universitas yang memiliki banyak mahasiswa dari Asia ini kemudian meminta maaf.

Sebagaimana dikutip dari Business Insider, seorang mahasiswa asal Asia yang bersekolah di Arizona State University mengaku takut jika ingin batuk.

Mahasiswa yang tidak ingin disebutkan namanya menceritakan pengalamannya yang pernah dipandang oleh semua orang saat ia batuk di dalam kelas.

Ia merasa wabah virus corona sudah melahirkan kesenjangan budaya antara orang-orang Asia dan penduduk asli Amerika di lingkungan kampus.

Baca juga: Orang Tua atau Anak-anak yang Lebih Rentan terhadap Virus Corona?

Walikota Toronto berikan dukungan

Di lain pihak, Walikota Toronto, John Tory menyatakan akan berdiri bersama komunitas masyarakat China melawan stigma yang dilekatkan pada mereka terkait virus corona.

"Kita tidak boleh membiarkan rasa takut menang atas nilai-nilai kita sebagai sebuah kota," katanya.

Kepala Kesehatan Masyarakat Toronto, Eileen de Villa meyakini informasi yang salah tentang virus corona telah menciptakan stigma yang tidak tepat.

"Saya sangat prihatin dan merasa kecewa bahwa ini terjadi. Diskriminasi tidak dapat diterima. Tidak membantu dan justru menyebarkan informasi yang salah, tidak membawa manfaat untuk siapapun," kata dia dalam sebuah kesempatan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber: CGTN News
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi