Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Staf Rumah Sakit di Hong Kong Mogok Kerja karena Virus Corona...

Baca di App
Lihat Foto
AFP/ANTHONY WALLACE
Pengguna jalan mengenakan masker melintas di jalanan Hong Kong di tengah masa liburan Tahun Baru Imlek pada 27 Januari 2020. Saat ini, China tengah dihantam virus corona yang sudah membunuh lebih dari 100 orang.
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Pada Senin (3/2/2020), ribuan pekerja rumah sakit di Hong Kong melakukan aksi mogok kerja untuk menuntut penutupan perbatasan secara penuh dengan China. 

Aksi pemogokan kerja dilakukan setelah seorang ahli mikrobiologi terkemuka setuju dengan tuntutan tersebut.

"Menutup perbatasan sepenuhnya adalah satu-satunya cara efektif untuk mencegah penyebaran virus," kata ahli mikrobiologi Universitas Hong Kong Dr Ho Pak-leung, dilansir dari SCMP (3/2/2020).

Meski pemerintah telah menutup layanan kereta api dan feri, tetapi para staf kesehatan menginginkan penutupan perbatasan secara total.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sementara itu, pihak berwenang Hong Kong beralasan, penutupan perbatasan secara penuh bertentangan dengan saran dari WHO.

Akibat aksi pemogokan itu, antrian panjang terjadi di berbagai rumah sakit, seperti Rumah Sakit Queen Elizabeth di Yau Ma Tei dan Queen Mary di Pok Fu Lam.

"Jika ada penutupan perbatasan penuh, tidak akan ada cukup tenaga kerja, peralatan pelindung, atau ruang isolasi untuk memerangi wabah itu," kata Winnie Yu, Ketua Aliansi Staf Rumah Sakit yang baru dibentuk, dilansir dari BBC (3/2/2020).

Mereka mengatakan, aksi mogok tersebut akan terus berlanjut jika tuntutan tidak segera dipenuhi.

Baca juga: Update, Sudah 487 Pasien Virus Corona Berhasil Sembuh di Sejumlah Negara

Sementara itu, mantan ketua Otoritas Rumah Sakit Anthony Wu Ting-Yuk mendesak mereka untuk mengesampingkan tuntutannya dan kembali bekerja.

"Tugas utama kami adalah merawat pasien. Setiap orang memiliki pandangan berbeda tentang cara pemerintah memerangi wabah ini," kata Wu.

"Tapi, saya sungguh berharap, kita semua mengesampingkannya dan melakukan tugas untuk pasien yang membutuhkan bantuan," sambungnya.

Peserta aksi mogok minta maaf

Beberapa peserta aksi mogok juga meminta maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan.

Tapi, mereka tetap bersikeras untuk melakukan aksi mogok demi kebaikan yang lebih besar.

Lu, asisten ruang operasi di Caritas Medical Center di Cheung Sha Wan misalnya, mengaku sangat menyesal dengan aksi mogok tersebut.

Dia menyesalkan aksi tersebut lantaran banyak orang pasti akan menunda operasi karena aksi mogok itu. Namun, ia berjanji akan menangani kasus mereka begitu kembali bekerja.

Di rumah sakit Queen Mary, seorang dokter ahli jantung Dr Lai Ching-Lung menunjukkan dukungannya kepada para peserta aksi protes.

Ia mengaku tak bisa mengambil bagian dari aksi tersebut karena tugasnya merawat pasien.

Kendati demikian, ia memahami tuntutan mereka dan mendesak agar pemerintah segera menutup perbatasan secara penuh sebelum keadaan menjadi lebih buruk.

Sejauh ini, terdapat 15 kasus virus corona yang telah dikonfirmasi di negara tersebut.

Baca juga: 362 Orang Meninggal, Jumlah Korban akibat Virus Corona di China Lebih Besar dari SARS

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi